Minggu, 17 Oktober 2010

Konsep dasar pendidikan dan konsep belajar

Konsep Dasar Pendidikan
Pendidikan bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ” Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais ” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada aak disebut pembimbing atau ” pedagog”, dalam perkembangannya, istilah pendidikan ( pedagogy ) berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup ( lifelong education ), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan. Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :
(1) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991 ).
(2) Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan ( McLeod, 1989 ).
(3) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ( Mudyahardjo, 2001:6 )
(4) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan ( Muhibinsyah, 2003:10 )
(5) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan ( seperti sekolah dan madrasah ) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya ( Dictionary of Psychology, 1972 ).
(6) Dalam arti luas pendidikan melipuyi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya ( Poerbakawatja dan Harahap, 1981 ).
(7) Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
(8) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara ( UUSPN No. 20 Tahun 2003 ).
1. Hakekat dan Teori Pendidikan
Mudyahardjo ( 2001:91 ) menegaskan bahwa sebuah teori berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai :
a. asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar/titik tolak pemikiran sebuah teori
b. definisi konotatif atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori.
Asumsi pokok pendidikan adalah :
a. pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dab lingkungan belajarnya;
b. pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yan baik atau norma-norma yang baik, dam
c. pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.
Pendidikan dipandang dari sudut keilmuan tertentu seperti :
a. Sosiologik memandang pendidikan dari aspek sosial, yaitu mengartikan pendidikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi.
b. Antrophologik memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi.
c. Psikologik memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu, yaitu mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secar optimal. Psikologi menurut Woodward dan Maquis ( 1955 : 3 ) adalah studi tentang kegiatan-kegiatan atau tingkah laku individu dalam keseluruhan ruang hidupnya.
d. Ekonomi, yaitu memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani ( human capital ) yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
e. Politik yang melihat pendidikan adalah proses menjadi warga negara yang diharapkan ( civilisasi ) sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh.
Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana soyogyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Teori pendidikan disusun seperti latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta pada dasarnya bersifat direktif. Istilah direktif memberi makna bahwa pendidikan itu mengarah pada tujuan yang pada hakekatnya untuk mencapai kesejahteraan bagi subjek didik.
2. Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Pada dasarnya ”mengajar” adalah membantu ( mencoba membantu ) seseorang untuk mempelajari sesuatu dan apa yang dibutuhkan dalam belajar itu tidak ada kontribusinya terhadap pendidikan orang yang belajar. Artinya mengajar pada hakekatnya suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.Hal ini akan dapat terwujud jika dilakukan melalui proses pengajaran dengan strategi pelaksanaan melalui :
1. Bimbingan yaitu pemberian bantuan,arahan,motivasi,nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi,memecahkan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
2. Pengajaran yaitu bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga kependidikan dengan peserta didik.
3. Pelatihan yaitu sama dengan pengajaran khususnya untuk mengembangkan keterampilan tertentu.
Menurut Langford (1978) yang penting hubungan yang relevan bukanlah antara pengajaran dengan pendidikan tetapi antara pengajaran sebagai suatu profesi dengan pendidikan.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
B. Konsep dan Makna Belajar
1. Konsep Belajar.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Belajar Menurut Pandangan Skiner.
Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar,
2. Respon si belajar,
3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :
1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkannya.
2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena situasi random.
Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.
Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni :
1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau senang.
2. belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response-Learning)dimana respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.
4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
5. belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.
6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.
7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.
8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar.

Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu :
1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.
2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.
3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar. Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom
Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu : domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner
Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.
2. Teori Belajar
Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.
a. Teori Disiplin Mental
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.
b. Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.
c. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
d. Makna dan Ciri Belajar
Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain : belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
e. Prinsip-prinsip Belajar
Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.
g. Cara Belajar yang Baik
Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang.
Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah : menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.
h. Strategi Mempelajari Buku Teks
Salah satu hal yang penting dalam belajar adalah membaca buku teks yang berisi materi pelajaran.Kiat untuk memahami buku teks disebut metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, dan Review).
Survey yaitu menjelajahi seluruh buku yang tersedia di perpustakaan dan tempat lain yang berhubungan dengan mata pelajaran. Dilanjutkan dengan question yaitu bertanya dalam mengarahkan membaca kritis, kemudian membaca ialah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis. Kemudian dilakukan recite yaitu mengulang isi buku pelajaran yang telah dipelajari (berkaitan dengan ide, pengertian, dan analysis) sehingga mendapatkan ide-ide pokok dari buku tersebut. Sedangkan review yaitu meninjau kembali seluruh bahan pelajaran yang telah dipelajari secara menyeluruh. Dengan menggunakan metode SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan dan dapat lebih memberikan pemahaman yang luas tentang materi pelajaran yang terdapat dalam buku tes tersebut.
Tags: pendidikan
Prev: Berita Duka Cita
Next: Marhaban Ya Ramadhan

Arti Belajar dan Pembelajaran

Teori Pembelajaran
Bahagian ini membincangkan makna pembelajaran dan teori-teori utama yang telah dikemukakan untuk menjelaskan pembelajaran.

1.1 Definisi Pembelajaran
Secara umumnya, “learning is about how we perceive and understand the world, about making meaning” (Marton & Booth, 1997; dirujuk oleh Fry et al., 2003), dan oleh itu pembelajaran boleh merupakan prinsip abstrak, maklumat fakta, pemerolehan kaedah, teknik dan pendekatan melakukan sesuatu, idea, perlakuan yang bersesuaian bagi situasi tertentu, mengenali sesuatu, dan juga penaakulan (reasoning) (Fry et al., 2003). Pembelajaran dikatakan berlaku apabila terdapat perubahan dalam perlakuan pelajar hasil daripada penglibatannya dalam suatu pengalaman pendidikan (Nicholls, 2002).

Oleh sebab skop pembelajaran sangat luas, beberapa klasifikasi domain telah dikemukakan. Klasifikasi yang paling biasa ialah kepada domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif merujuk kepada pembelajaran yang melibatkan pemikiran dan minda, domain afektif merujuk kepada pembelajaran berhubung dengan perasaan dan emosi, sementara domain psikomotor merujuk kepada segala pembelajaran yang melibatkan penggunaan anggota fizikal badan.

1.2 Pelbagai Teori dan Model Pembelajaran
Pelbagai teori dan model pembelajaran pernah dikemukakan tetapi bahagian ini hanya membincangkan beberapa teori dan model yang terkemuka sahaja, khususnya yang mempunyai implikasi praktikal terhadap pengajaran dan pembelajaran di institusi pendidikan tinggi.

Konstruktivisme (constructivism)
Daripada premis asas bahawa semua pengetahuan dibina oleh individu (all knowledge is constructed), teori ini menekankan “the notion of continuous building and amending of previous structures, or schemata, as new experience, actions and knowledge are assimilated and accommodated” (Fry et al., 2003, hlm. 10). Oleh itu, pembelajaran melibatkan proses transformasi individu, iaitu individu secara aktifnya membina pengetahuan (people actively construct their knowledge). Oleh sebab konstruktivisme mencadangkan individu belajar secara menyesuaikan, menambah kepada, dan menggantikan pemahaman dan pengetahuan baru kepada pemahaman dan pengetahuan lama, pensyarah perlu sedar bahawa pelajar jarang atau tidak pernah datang dengan minda yang kosong (walaupun pengetahuan dan pemahaman sedia ada yang berkaitan itu silap). Pembelajaran tidak berlaku tanpa perubahan atau tambahan kepada pengetahuan sedia ada.

Perkara ini bermakna pensyarah perlu mengambil kira pengetahuan sedia ada pelajar semasa merancang dan menjalankan pengajaran. Selalunya, pembelajaran difikirkan dari segi penambahan lebih banyak pengetahuan sedangkan pensyarah patut juga memikirkan bagaimana hendak membawa perubahan atau transformasi kepada pengetahuan sedia ada pelajar.

Behaviurisme
Fahaman alternatif, malah yang lebih dahulu muncul ialah behaviurisme. Teori ini sangat dominan dalam tahun 1950an dan 1960an dan masih berpengaruh hari ini. Behaviurisme dikaitkan dengan Pavlov di Russia (idea classical conditioning melalui “dog-salivation-experiment”nya iaitu membuatkan anjing meleleh air liurnya apabila loceng dibunyikan) dan Thorndike, Watson dan Skinner di Amerika Syarikat. Kebanyakan eksperimen awal golongan pengikut behaviurisme menggunakan binatang (Skinner misalnya menggunakan burung merpati) yang memfokus kepada perlakuan refleksif organisma apabila dikenakan rangsangan (stimuli) tertentu. Ringkasnya, behaviurisme cuba menjelaskan pembelajaran tanpa merujuk kepada proses kognitif.

Aspek penting teori behaviurisme yang mempunyai implikasi kepada pengajaran dan pembelajaran di institusi pendidikan tinggi adalah pelajar dilihat sebagai menyesuaikan diri dengan persekitaran, dan pembelajaran dilihat sebagai satu proses pasif. Pengetahuan dan pemerolehannya adalah daripada sumber luaran, iaitu minda seperti bekas kosong yang diisi melalui pengalaman atau pengukuhan melalui rangsangan. Pelajar hanya memberi respons kepada tuntutan persekitaran. Pengetahuan dilihat sebagai sedia ada dan mutlak (pengetahuan objektif). Implikasinya, peranan pensyarah adalah dominan.

(c) Pembelajaran Berasaskan Pengalaman
Satu lagi perspektif tentang pembelajaran ialah apa yang dinamakan pembelajaran berasaskan pengalaman (experiential learning). Idea ini penting kerana ia mendasari banyak pendekatan aktiviti pengajaran dan pembelajaran yang dibincangkan dalam modul ini seperti pembelajaran praktikal (melalui kerja makmal, praktikum, dan latihan industri) dan pelbagai jenis pengajaran dalam kumpulan kecil. Teori pembelajaran berasaskan pengalaman yang paling popular ialah yang dikemukakan oleh Kolb pada tahun 1984.



Pembelajaran berasaskan pengalaman atau belajar dengan melakukan sesuatu (learning by doing) adalah berasaskan tanggapan bahawa pemahaman yang individu miliki bukanlah elemen pemikiran yang tetap atau tidak berubah tetapi sebaliknya dibentuk dan dibentuk semula melalui pengalaman. Juga, merupakan proses berterusan yang kerap digambarkan sebagai pusingan seperti yang jelas dalam Pusingan Pembelajaran Kolb (Kolb Learning Cycle) yang mengenal pasti empat jenis keupayaan bagi kejayaan pembelajaran, iaitu: pengalaman konkrit (concrete experience - CE), pemerhatian reflektif (reflective observation - RO), konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization - AC), dan percubaan aktif (active experimentation - AE).






Pusingan Pembelajaran Kolb
(Sumber: Fry et al., 2003, hlm. 15)

Implikasinya terhadap proses pengajaran dan pembelajaran adalah pertama sekali, pelajar perlu mendapat peluang untuk terlibat sepenuhnya dan dengan bebasnya dalam pengalaman baru (CE). Kedua, mereka mesti mempunyai masa dan ruang untuk membuat refleksi (RO) tentang pengalaman mereka daripada pelbagai perspektif. Elemen ini sangat dipengaruhi oleh maklum balas daripada orang lain. Ketiga, pelejar mestilah boleh membentuk dan membentuk semula, memproses idea, menjadikannya milik sendiri dan menyepadukan idea baru mereka menjadi teori yang logical (AC). Elemen ini membawa kepada perkara keempat (AE), iaitu menggunakan teori untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah, dan menguji implikasinya dalam situasi baru. Kesemua ini menghasilkan bahan untuk titik permulaan dalam pusingan yang lagi satu, iaitu pengalaman konkrit sekali lagi. Oleh itu, pusingan pengalaman tidak sahaja melibatkan melakukan sesuatu, tetapi juga, membuat refleksi, memproses, berfikir dan memahami.

(d) Pelbagai Kecerdasan (Multiple Intelligences)
Teori pelbagai kecerdasan (multiple intelligences) diperkembangkan oleh Howard Gardner (seorang profesor pendidikan di Harvard University) dalam tahun 1983. Beliau berpendapat tanggapan tradisional tentang kecerdasan (intelligence) iaitu berasaskan ujian I.Q. adalah terlalu terhad. Sebaliknya, beliau mencadangkan lapan kecerdasan yang berbeza untuk mengambil kira kepelbagaian potensi manusia, iaitu:
kecerdasan verbal/linguistik
kecerdasan logikal/matematik
kecerdasan visual/ruang (spatial)
kecerdasan kinestetik
kecerdasan muzikal/irama
kecerdasan interpersonal
kecerdasan intrapersonal
kecerdasan naturalis

Implikasi teori ini adalah terdapat pelbagai cara pembelajaran, namun seperti yang dinyatakan oleh Gardner, sekolah dan budaya kita memfokus kebanyakan perhatian kepada kecerdasan linguistik dan logikal-matematik sahaja. Oleh itu, teori ini mencadangkan transformasi secara besar-besaran dalam pendekatan pengajaran dan pembelajaran pada mana-mana peringkat pun. Teori ini menyediakan lapan potensi laluan pembelajaran yang berbeza (eight different potential pathways to learning). Jika seseorang pensyarah mengalami kesukaran untuk mengajar seseorang pelajar melalui cara lebih tradisional iaitu secara linguistik atau logikal, teori ini mencadangkan pelbagai cara lain untuk membentangkan bahan pengajaran bagi memudahcarakan pembelajaran berkesan. Misalnya, jika anda mengajar atau mempelajari tentang law of supply and demand dalam ekonomi, anda mungkin boleh membaca tentangnya (linguistik), meneliti formula matematik yang menggambarkannya (logikal/matematik), meneliti carta grafik yang menggambarkan prinsip itu (ruang), memerhatikan peraturan itu dalam alam semula jadi (naturalis), atau dalam aktiviti perdagangan (interpersonal), dan/ atau menulis lagu (atau mencari lagu sedia ada) yang menggambarkan peraturan itu (lihat http://www.thomasarmstrong.com/multiple_intelligences.htm ).

(e) Teori Pembelajaran Orang Dewasa/Andragogi
Perbezaan ciri-ciri pelajar peringkat universiti berbanding dengan pelajar sekolah menyebabkan beberapa pendidik mencadangkan agar pengajaran dan pembelajaran di peringkat itu didasari oleh falsafah dan sains yang berbeza. Konsep “andragogi” telah dipopularkan oleh Knowles dalam tahun 1980an bagi menamakan seni dan sains pembelajaran orang dewasa yang dibezakan dengan pedagogi, iaitu seni dan sains pembelajaran kanak-kanak (Zuber-Skerritt, 1992; http://www.infed.org/thinkers/et-knowl.htm).

Mengikut Atherton (2003), Knowles membuat andaian bahawa pelajar dewasa mempunyai ciri-ciri berikut:
Keperluan mengetahui (the need to know): Pelajar dewasa perlu mengetahui kenapa mereka perlu mempelajari sesuatu sebelum mereka mula mempelajarinya.
Konsep kendiri pelajar (learner self-concept): Orang dewasa perlu bertanggungjawab terhadap keputusan yang mereka buat dan dilayan sebagai orang yang berupaya untuk arah kendiri (self-direction).
Peranan pengalaman pelajar (role of learners’ experience): Pelajar dewasa mempunyai pelbagai pengalaman hidup yang merupakan sumber paling kaya bagi pembelajaran.
Kesediaan untuk belajar (readiness to learn): Orang dewasa bersedia untuk mempelajari perkara-perkara yang mereka perlu ketahui bagi menangani dengan berkesan pelbagai situasi kehidupan.
Orientasi kepada pembelajaran (orientation to learning): Orang dewasa bermotivasi untuk belajar jika mereka menganggap perkara itu akan membantu mereka melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupan mereka.

Andaian-andaian tersebut bermakna reka bentuk pembelajaran bagi orang dewasa perlu mengambil kira bahawa: orang dewasa perlu mengetahui mengapa mereka perlu mempelajari sesuatu; orang dewasa perlu belajar melalui pengalaman; orang dewasa melihat pembelajaran sebagai penyelesaian masalah; dan orang dewasa akan belajar dengan baik apabila topik itu berguna kepada mereka (immediate value). Dalam erti kata praktikalnya, andragogi bermakna pengajaran bagi orang dewasa perlu memfokus lebih kepada proses dan kurang menekankan isi kandungan yang diajar. Pengajar (instructors) memainkan peranan sebagai fasilitator atau sumber lebih daripada pensyarah atau penilai (http://tip/psychology.org/knolwes.html).

Andaian-andaian ini dan dakwaan bahawa terdapat perbezaan antara andragogi dan pedagogi masih sedang hebat diperdebatkan. Fry et al. (2003), misalnya mempersoalkan kewujudan teori pembelajaran orang dewasa, khususnya sejauh mana pembelajaran orang dewasa berbeza dengan pembelajaran orang lain. Walau bagaimanapun, mengikut mereka walaupun andragogi menerima banyak kritikan, teori ini agak berpengaruh dan masih boleh digunakan untuk membantu pensyarah memahami bagaimana pelajar institusi pendidikan tinggi, khususnya pelajar pasca-siswazah belajar.

Berdasarkan penulisan Knowles selama lebih 30 tahun, mereka merumuskan lima prinsip andragogi berikut:
Semakin individu dewasa mereka menjadi lebih terarah kendiri.
Orang dewasa mempunyai himpunan pengalaman yang boleh menjadi sumber pembelajaran yang kaya.
Orang dewasa menjadi bersedia untuk belajar apabila timbul keperluan untuk mengetahui sesuatu.
Orang dewasa kurang berpusatkan subjek/mata pelajaran berbanding kanak-kanak, sebaliknya mereka lebih berpusatkan masalah.
Bagi orang dewasa, pendorong paling kuat adalah dalaman (internal).


Refleksi
Apakah implikasi sesuatu teori terhadap pengajaran dalam bidang pengkhususan anda?


2. PENDEKATAN DAN GAYA PEMBELAJARAN
Memahami pendekatan dan gaya pembelajaran pelajar dapat membantu pensyarah ke arah menghasilkan pengajaran berkesan. Kajian tentang kaitan antara pelajar dan tugasan pembelajaran yang diberikan (Morton, 1975; Morton & Saljo, 1984, dalam Fry et al., 2003) mendapati bahawa pendekatan pelajar terhadap tugasan mereka ditentukan oleh tahap penglibatan mereka dalam subjek berkenaan iaitu menjurus kepada pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh pelajar.

2.1Pendekatan Pembelajaran
Secara umumnya terdapat tiga pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan: Pendekatan Cetek (Surface Approach), Pendekatan Mendalam (Deep Approach) dan Pendekatan Strategik (Strategic Approach).
Ciri dan hasil pembelajaran bagi setiap pendekatan ditunjukkan oleh jadual berikut:
Pendekatan
Ciri-Ciri
Hasil

Pendekatan Cetek

Digerakkan oleh keinginan untuk hanya menghabiskan kursus
Bergantung kepada menghafal fakta
Tidak membezakan antara pengetahuan baru daripada pengetahuan sedia ada
Menggunakan teknik hafalan
Proses kognitif pada tahap minimum/rendah

Pemahaman secara am/umum bagi keseluruhan kursus/topik yang dipelajari
Pendekatan Mendalam
Digerakkan oleh minat yang mendalam terhadap subjek/kursus
Mencari makna bagi sesuatu yang dipelajari
Mengaitkan konsep dan pengalaman sedia ada dengan yang baru
Membuat penilaian secara kritikal
Mengenal pasti konsep dan tema-tema utama
Menghubungkaitkan pengetahuan dengan pandangan sendiri
Menggunakan logik dan urutan dalam menilai
Pemahaman secara mendalam tentang subjek/ kursus/bahan yang dipelajari
Penghayatan terhadap makna daripada fakta yang dipelajari

Pendekatan Strategik

Digerakkan oleh keinginan untuk mendapat gred yang baik
Mengaplikasi strategi daripada Pendekatan Cetek atau Pendekatan Mendalam sesuai dengan kehendak tugasan.


Pelbagai tahap pemahaman sesuai dengan kehendak kursus/ tugasan/ penilaian

Setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan sah mengikut konteks. Bagaimanapun pelajar sering beranggapan biasanya sesuatu kursus itu mempunyai fakta yang banyak yang mesti dikuasai lantas mereka menggunakan pendekatan cetek dan pendekatan strategik. Oleh itu pensyarah boleh menggalakkan pendekatan mendalam melalui langkah-langkah berikut:
Memasukkan kemahiran berfikir aras tinggi seperti penyelesaian masalah dalam objektif sesuatu kursus.
Aktiviti pengajaran berfokuskan kefahaman mendalam tidak hanya pengulangan dan memberi/mencari maklumat fakta.
Tingkatkan pengajaran bercorak kumpulan dan kurangkan bahan yang bercorak penyampaian maklumat.
Berikan lebih masa untuk membantu pelajar memahami prinsip asas dan galakkan pelajar membuat refleksi kendiri secara kritikal.
Bahan dan cara penilaian memerlukan bukan sahaja hafalan dan ingatan tetapi juga memerlukan kefahaman mendalam.

2.2Gaya Pembelajaran

Satu lagi aspek yang berkaitan dengan memahami pelajar belajar adalah gaya pembelajaran. Terdapat pelbagai kategori gaya pembelajaran tetapi yang dibincangkan di sini adalah kategori yang diutarakan oleh Honey dan Mumford (1982, dalam Fry et al., 2003). Gaya pembelajaran telah diklasifikasikan kepada empat kategori iaitu aktivis (activist), reflektor (reflector), teoris (theorist), dan pragmatis (pragmatist). Ciri-cirinya dihuraikan dalam jadual berikut.





Gaya
Ciri-ciri
Aktivis
bertindak balas terhadap pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang mencabar
memerlukan pengalaman baru dan penyelesaian masalah
kebebasan dan keseronokan dalam pembelajaran
Reflektor
bertindak balas terhadap pembelajaran dengan baik dalam suasana pembelajaran yang berstruktur dan tersusun
memerlukan peluang untuk memerhati, membuat refleksi dan berfikir serta ruang untuk belajar secara terperinci.
Teoris
bertindak balas dengan baik terhadap logik, susunan secara rasional dan matlamat yang jelas
memerlukan peluang dan masa untuk meneroka pelbagai kaedah
mengemukakan persoalan yang mengembangkan intelek
Pragmatis
bertindak balas dengan baik terhadap pembelajaran bercorak praktikal, aktiviti pembelajaran yang mendatangkan faedah semasa dan yang memberi ruang untuk mengaplikasikan teori dalam amalan

Refleksi
Adakah anda tahu pendekatan dan gaya pembelajaran pelajar anda? Bagaimanakah anda boleh mengetahui pendekatan dan gaya pembelajaran pelajar anda?

Makna belajar

pembelajaran: makna belajar
Oleh: Andrias Harefa*

Kata "belajar" dalam kamus Poerwadarminta (1953) diberi penjelasan singkat "berusaha (berlatih dsb) supaya mendapatkan sesuatu kepandaian". Dan bila dilacak dari kata dasarnya "ajar", maka "belajar" diberi arti: (1) berusaha supaya beroleh kepandaian (ilmu dsb) dengan menghafal (melatih diri dsb), seperti dalam "belajar membaca" atau "belajar ilmu pasti"; dan (2) berlatih, misalnya dalam "belajar berenang" dan "belajar berkenalan".

Dua kata dalam bahasa Inggris yang paling sering diterjemahkan sebagai "belajar" adalah "learn" dan "study". Kamus Hornby (1985) memberi arti kata "learn": (1) gain knowledge of or skill in, by study, practice or being taught; (2) be told or informed. Kata "learning" kemudian diberi arti "wide knowledge gained by careful study". Sementara kata "study" sebagai kata benda diberi arti: (1) devotion of time and thought to getting knowledge of, or to close examination of, a subject, esp from books; (2) something that attracts investigation; that which is (to be) investigated; (3) be in a brown; (4) room used by sb for reading, writing, etc; (5) sketch etc made for pratiuce or experiment; piece of music played as a technical exercise; (6) earnest effort. Sedang sebagai kata kerja "study" diberi arti: (1) give time and attention to learning or discovering something; (2) give care and consideration to; (3) studied, intentional, deliberate.

Dengan memperhatikan pengertian kamus di atas, tidak terlalu aneh jika sebagian (besar?) anggota masyarakat mempersamakan begitu saja kata "belajar" dengan "sekolah". Bukankah "sekolah" umumnya (dari tingkat SD sampai universitas) dipahami sebagai tempat "belajar" dalam arti memperoleh ilmu pengetahuan alam, sosial, dan lainnya, secara formal? "Belajar" juga dipersamakan dengan "kursus" dan "pelatihan" dalam arti berlatih untuk memperoleh keterampilan tertentu, baik yang bersifat teknis seperti kursus komputer, maupun yang non-teknis seperti pelatihan komunikasi dan manajemen, yang sifatnya non-formal. Masalahnya, dengan mempersamakan begitu saja makna "belajar" dengan proses pendidikan yang bersifat formal dan non-formal, kita bisa melupakan sama sekali dimensi informal dari pendidikan yang justru paling penting dan merupakan dasar dari keduanya.

Karena itu untuk mudahnya saya mengusulkan agar kata "belajar" kita pahami dalam sedikitnya empat arti, yakni: pertama, mengejar pengetahuan diri sebagai manusia (learning to be); kedua, memperkuat solidaritas dan tali silahturahmi sebagai mahluk sosial (learning how to live together); ketiga, meningkatkan pengetahuan (learning how to think and learn); dan keempat, meningkatkan keterampilan (learning how to do).

Arti pertama dan kedua menunjuk pada dimensi informal (baca: pendidikan), yakni proses pembelajaran diluar lembaga-lembaga formal maupun non-formal. Arti ketiga menunjuk pada dimensi formal (baca: pengajaran), dan arti terakhir menunjuk pada dimensi non-formal (baca: pelatihan). Jadi, "belajar" yang sesungguhnya tidak dapat dan tidak mungkin dimonopoli sepenuhnya oleh lembaga-lembaga persekolahan yang formal itu. Tidak juga cukup bila ditambahkan dengan pelatihan-pelatihan di lembaga non-formal, tetapi harus berbasiskan keluarga dan masyarakat dimana hubungan antar pribadi berlangsung secara informal. Manajemen pendidikan berbasiskan sekolah mungkin penting, namun hal itu hanya merupakan sebagian dari proses pembelajaran dan pendidikan dalam artinya yang lebih dalam.

Keempat makna belajar di atas itulah yang membuat saya berkeyakinan bahwa pada hakikatnya manusia itu dilahirkan pertama-tama sebagai mahluk pembelajar. Ia adalah satu-satunya mahluk yang dapat dan memang harus "belajar". Hal itu saya tegaskan dengan menggunakan istilah "manusia pembelajar". Dan dalam buku Menjadi Manusia Pembelajar (Kompas, 2000), istilah "manusia pembelajar" itu saya definisikan sebagai: setiap orang (manusia) yang bersedia menerima tugas dan tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yakni: pertama, berusaha mengenali hakikat dirinya, potensi-talenta dan bakat-bakat terbaiknya, dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa pertanyaan eksistensial seperti "Siapakah aku?", "Dari manakah aku datang?", "Kemanakah aku akan pergi?", "Apakah yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini?", dan "Kepada siapa aku harus percaya?"; dan kedua, berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap bakat-potensi-talenta-nya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu yang "bukan dirinya".

Tugas dan tanggung jawab pertama di atas membawa setiap pribadi pada perenungan diri agar ia menyadari keberadaannya sebagai "apa" dan "siapa". Tugas dan tanggung jawab kedua di atas membawa manusia untuk menampilkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri (delinked, tak terkait dengan lingkungannya) sekaligus saling bergantung dengan lingkungan hidup di sekitarnya (linked). Dan "belajar" dalam konteks ini tak lain adalah mengusahakan agar tampilan diri (personalitas, kepribadian) itu mencerminkan hakikat atau jati diri (bakat, karakter) manusia itu.

Kedua tugas dan tanggung jawab tersebut melekat pada keberadaan manusia pribadi lepas pribadi. Tak bisa, dan memang tidak mungkin, ia "mendelegasikan" hal itu kepada pribadi atau pihak (lembaga, misalnya) lain yang bukan dirinya. Sebab saya menyetujui pandangan yang mengatakan bahwa menurut kodratnya, manusia memang memiliki Aufgabe (tugas) untuk membentuk dirinya sendiri. Dan karena ia pada dasarnya adalah unfertiges Wesen, mahluk yang tidak siap, maka ia perlu "belajar" dalam arti mempersiapkan dirinya untuk tugas memanusiawikan dirinya dan sesamanya. Saya juga menyetujui pandangan yang mengatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah "pembuat kesalahan" (Islam), semua manusia "telah jatuh ke dalam dosa" (Kristiani), dan "Erare humanum est" (Latin). Dan "belajar" dalam hal ini merupakan proses mengalami "metanoia", "paradigm repentance" alias pertobatan secara moral-spiritual. "Belajar" bukan hanya sekadar memperoleh ilmu pengetahuan, meski itu sangat penting. "Belajar" bukan sekadar meningkatkan keterampilan, meski itu juga penting. "Belajar" itu bertobat, inilah yang terpenting (the most important).

Pada titik ini kita mungkin dapat memahami makna yang lebih dalam dari "belajar". "Belajar" tak lain adalah proses pemanusiawian diri sendiri dan pemanusiawian sesama secara serentak bersamaan. "Belajar" adalah proses mengakui kesalahan dan bersedia meninggalkan yang salah itu dengan cara berharap sepenuhnya kepada Tuhan. Bahwa untuk itu diperlukan pengetahuan (knowledge) dari lembaga-lembaga pengajaran formal (termasuk agama dengan a kecil), sudah pasti. Bahwa untuk itu diperlukan keterampilan (skill) yang bisa diperoleh lewat pelatihan di lembaga-lembaga nonformal, juga jelas. Namun basis utamanya adalah proses pembelajaran dalam suasana informal, pertama-tama di rumah (keluarga) dan kemudian dalam masyarakat (lingkungan). Di rumah dan di masyarakatlah watak moral dan karakter seseorang dibentuk.

Jadi, bila Sindhunata pernah mengatakan bahwa "pendidikan (di Indonesia, meski mungkin juga benar di negara lain-pen) hanya menghasilkan air mata", maka saya bertanya-tanya apa yang terjadi dalam keluarga dan masyarakat kita selama ini? Bagaimana dengan hubungan suami-istri-anak di rumah-rumah kita? Bagaimana hubungan antar tetangga di masyarakat kita? Apakah rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) benar-benar benar-benar menciptakan kerukunan dan bukan pertengkaran? Apakah para pemimpin masyarakat, di pusat dan di daerah, di bidang ekonomi, politik, dan hukum, telah memainkan peranannya sebagaimana seharusnya? Apakah para pemimpin-pemimpin agama benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya? Apakah.......

Mari "belajar", di dalam dan terlebih-lebih lagi di luar lembaga persekolahan!

*) Andrias Harefa, bekerja sebagai knowledge entrepreneur, learning partner, motivational speaker, dan penulis beberapa buku best-seller terbitan Gramedia Pustaka Utama dan Penerbit KOMPAS. Beralamat di www.pembelajar.com
posted by dhamar-sas @ 17:36 >Comments: 0

Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?

Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
* Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
* Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
* Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
* Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
* Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
* Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
Sumber : akhmadsudrajat.wordpress.com

Pengertian belajar dan pembelajaran

a. Belajar
Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku.
Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Ciri-ciri belajar adalah : (1) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor); (2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan . interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis; (3) perubahan  perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.
b. Pembelajaran
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkingan belajar.
Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran.

TEKNIK PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN

DEFINISI
Menurut Kamus Dewan (edisi ketiga), teknik adalah kaedah mencipta sesuatu hasil seni seperti muzik, karang-mengarang dan sebagainya.
Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan teknik adalah satu muslihat atau strategi atau taktik yang digunakan oleh guru yang mencapai hasl segera yang maksimum pada waktu mengajar sesuatu bahagian bahasa tertentu.
Mengikut Kamaruddin Hj. Husin & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz dalam bukunya Pengajian Melayu III : Komunikasi Bahasa, teknik boleh didefinisikan sebagai pengendalian suatu organisasi yang benar-benar berlaku di dalam bilik darjah di mana ia digunakan untuk mencapai sesuatu objektif.
Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru bahasa bagi menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk pelajar-pelajarnya. Teknik yang dipilih haruslah sejajar dengan kaedah yang digunakan dan seirama dengan pendekatan yang dianuti.
 
Teknik-teknik Pengajaran Bahasa
1.Teknik main peranan
2.Teknik permainan bahasa
3.Teknik latih tubi
4.Teknik bercerita
5.Teknik inkuiri
6.Teknik perbahasan
7.Teknik kuiz
8.Teknik sumbangsaran
9.Teknik soal jawab
10.Teknik simulasi
11.Teknik drama
12.Teknik perbincangan
13.Teknik forum
14.Teknik dialog
 
TUJUAN TEKNIK
1.Menarik Minat murid
2.Mengekalkan perhatian
3.Membangkitkan ras ingin tahu
 
TEKNIK LATIH - TUBI
Teknik latih tubu adalah aktiviti pengulangan fakta-fakta atau kecekapan yang dipelajari.
Tujuannya untuk mencapai taraf penguasaan kemahiran disampimg menjamin kekekalannya.
Ia sesuai digunakan untuk pengajaran Bahasa Melayu
Boleh digunakan untuk mencapai sesuatu kemahiran seperti kemahiran menyebut perkataan, ayat-ayat atau mengingat fakta-fakta penting.
Melalui teknik ini pelajar akan mengalami proses mendengar, melihat, memikirkan maksud perkataan-perkataan serta tugasnya dalam situasi yang penggunaan perkataan-perkataan itu.
Berasakan pengajaran bahasa dengar dan sebut (audiolingual) yang biasanya digunakan dalam pengajaran bahasa kedua.
Mengikut teknik ini, perhatian akan diberikan kepada 5 aspek kebolehan menggunakan bahasa iaitu :
I.Sebutan (accent)
-menyebut patah-patah perkataan atau sukukata dengan betul termasuk intonasi yang membawa makna dalam sesuatu situasi.
II.Tatabahasa (grammer)
-penggunaan bahasa yang tepat mengikut hukum-hukum bahasa daripada semua aspek.
III.Perbendaharaan kata (vocabulary)
-meluaskannya dengan penggunaan imbuhan yang sesuai mengikut konteksnya dalam situasi tertentu.
IV.Kefasihan (fluency)
-menggunakan perkataan dan lain-lain dengan cara spontan tanpa memikirkan apakah maksudnya.
V.Kefahaman (comprehension)
-latihan memahami soalan dan memberikan jawapan yang wajar.
Teknik ini dikenali juga dengan teknik menghafaz.
Antara kelemahan tekni ini ialah ia menghadkan kebebasan berfikir dan menumpukan daya kreativiti murid.
Namun begitu, teknik ini amat berguna dan sesuai untuk isi kandungan pengajaran yang memerlukan ikutan dan ulangan.
 
TEKNIK SIMULASI
Simulasi ditakrifkan sebagai satu situasi yang diwujudkan hampir menyerupai keadaan sebenar yang memerlukan pelajar berinteraksi sesama sendiri berdasarkan peranan masing-masing bagi membuat keputusan menyelesaikan masalah, isu atau tugasan semula.
Melalui teknik ini para pelajar dapat menggunakan kemahiran belajar seperti mengumpulkan maklumat, menjalankan temuramah dengan individu tertentu dan mencatat isi-isi penting.
Dalam proses ini pelajar digalakan untuk memberi pendapat, cadangan, membuat keputusan dan menyelesaikan masalah berdasarkan peranan yang dipertanggungjawabkan. Memberi peluang kepada pelajar mengalami sendiri situasi dan masalah.
Melalui teknik ini pelbagai kemahiran dapat digabungjalinkan dan dipertingkatkan terutamanya dalam kemahiran lisan membaca dan menulis.
Dapat menwujudkan pelabagi aktiviti menarik yang menjadi sumber motivasi kepada pelajar untuk meneruskan proses pengajaran dan pembelajaran.
 
TEKNIK MAIN PERANAN
Main peranan bermaksud melakonkan sesuatu situasi atau masalah atau peristiwa yang dianggap penting.
Pelajar diberi peranan dan bertindak sebagai watak-watak yang ditentukan dalam satu situasi yang disediakan.
Main peranan ialah dramatisasi yang tiada kaitan atau penghafalan skrip, dimana pelakon-pelakon cuba menyelesaikan atau menjelaskan situasi kepada kepada pelajar-pelajar lain supaya mempraktikan kepada diri mereka berdasarkan peranan yang dimainkan secara spontan.
Proses ini biasanya dimulakan dengan pemikiran masalah yang sesuai. Masalah ini dikemukakan kepada pelajar dengan cara membacakannya atau memperlihatkannya melalui filem, televisyen, mendengar rakaman dan sebagainya.
 
TEKNIK SUMBANGSARAN
Teknik ini dikenali juga sebagai percambahan fikiran (brainstorming) yang merupakan satu sesi perbincangan yang membolehkan setiap ahli kumpulan menyumbangkan pendapat dan idea.
Boleh didekati sebagai aktiviti permainan bahasa pada peringkat sekolah rendah dan berkembang menjadi aktiviti perbincangan yang lebh serius dan kompleks pada peringkat sekolah menengah, universiti dan latihan profesional.
Menekankan pengeluaran idea daripada pembelajaran yang kretif dan bukan pembelajaran secara analitis.
 
Tujuan Sumbangsaran
Topik perbincangan sesuai dengan kebolehan dan minat murid
Garis panduan guru haruslah ringkas dan jelas
Semua cadangan dan idea yang dikemukakan haruslah dicatat untuk dibincangkan dalam sesi umum.
Setiap kumpulan mestilah memilih pengerusi yang betul-betul layak
Setiap ahli diberi peluang untuk mengemukakan cadangan
Pelajar digalakkan menyumbang seberapa banyak idea
Suasana perbincangan yang tidak formal hemdaklah diwujudkan.
Pastikan peruntukan masa untuk sesi sumbangsaran adalah patut dan mencukupi
Digalakkan menggunakan prinsip 5W ( What? Why? Who? Where? How? )
Cadangan dan idea yang dikemukakan tidak boleh dikritik
Setiap kumpulan dimestikan mempunyai ahli-ahli yang pelbagai kebolehan
 
 
TEKNIK PERMAINAN BAHASA
Permainan bahasa adalah salah satu cara dalam mempelajari bahasa melalui teknik permainan.
Penglibatan dalam permainan telah memberi peluang kepada pelajar memperolehi latihan intensif, pembelajaran bermakna dan sebagai alat dianogstik.
Kebanyakan aktiviti yang dijalankan akan menggunakan pelbagai kemahiran berbahasa pelajar antaranya kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis.
Permainan bahasa mempunyai hala tuju yang bertepatan dengan kemahuan dalam sistem pendidikan negara amnya dan Falsafah Pendidikan Negara khususnya. Hala tuju ini diinterapetasikan melalui objektif tersirat dalam permainan bahasa tersebut iaitu :
merangsang interaksi verbal pelajar
menambah kefasihan dan keyakinan
menyediakan konteks pembelajaran
bertindak sebagai alat yang dapat mengikis rasa bosan
bertindak sebagai alat pemulihan, pengukuhan dan penggayaan
 
 
TEKNIK SOAL – JAWAB
Merupakan teknik yang paling lama dan paling popular digunakan dalam bidang pendidikan
Pemilihan teknik ini bukan kerana ia mudah dilaksanakan, tetapi ia adalah bentuk yang berupaya mewujudkan interaksi guru dengan murid secara berkesan.
Teknik ini dilaksanakan dengan cara guru mengemukakan soalan-soalan yang berkaitan dengan isi pelajaran dan pelajar dikehendaki memberi tindakbalas yang sewajarnya.
Soalan-soalan yang dikemukan memerlukan pelajar berfikir disamping dapat menguji dan menilai apa yang diajar.
Tujuan utama teknik soal jawab ialah :
1.Untuk mengesan pengetahuan berbahasa murid
2.Untuk menggalakkan pelajar berfikir secara kreatif, inovatif, logik dan kritis.
3.Untuk mendorong pelajar menyusun dan menghuraikan bahan yang diajar.
Soalan yang terancang dan bermutu dapat membantu menajamkan pemikiran pelajar di samping dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang lebih dinamik dan berkesan.
 
TEKNIK BERCERITA
Merupakan salah satu pendekatan yang sesuai digunakan untuk membina kecekapan berbahasa kerana cerita merupakan sesuatu yang dapat menarik minat dan perhatian pelajar.
Latihan pemahaman, perluasan perbendaharaan kata dan tatabahasa dapat disampaikan.
Dapat meningkatkan penguasaan kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan menulis dikalangan pelajar.
Perkembangan cerita hendaklah diberi perhatian agar ada peringkat permulaan, kemuncak dan kesudahan cerita. Perhatian perlu diberi kepada teknik persembahan, suara, gerak laku dan kawalan mata.
Suara memainkan peranan yang penting dimana ia harus dikawal supaya jangan mendatar dan tidak menimbulkan kebosanan.
Langkah-langkah dalam persediaan teknik bercerita ialah :
Pilih cerita yang sesuai dengan umur, kecerdasan dan minat murid-murid. Kemudian, sesuaikan pula dengan isi pelajaran yang hendak disampaikan.
Kaji cerita itu dan cuba masukkan aspek-aspek bahasa.
Hafazkan frasa atau ayat-ayat penting.
Latih bercerita seolah-olah guru berada dihadapan murid-murid sekurang-kurangnya sekali sebelum menggunakan teknik ini.
Guru bercerita dalam keadaan yang selesa.
Guru boleh menggunakan gambar, objek-objek sebenar atau lain-lain BBM.
Sediakan kad-kad perkataan, frasa-frasa atau ayat-ayat yang berkaitan dengan aspek-aspek bahasa yang hendak disampaikan.
 
TEKNIK DRAMA
Sering digunakan dalam kaedah komunikatif dan kaedah yang berasaskan pendekatan induktif iaitu kaedah terus, elektif dan audiolingual.
Tujuan utama adalah untuk melatih pelajar menggunakan unsur bahasa, unsur paralinguistik (jeda, nada dan intonasi) dan bukan linguistik (mimik muka, gerak tangan, kepala dan dll) dengan berkesan dalam sesuatu interaksi bahasa atau perbuatan.
Penggunaannya dapat mendorong dan merangsang pelajar untuk menghubungkan perasaannya dengan matapelajaran yang dipelajarinya.
Pelajar bebas meluahkan sesuatu, membuat penemuan, memberi dan berkongsi sesuatu.
Drama berperanan sebagai ragam pembelajaran iaitu sebagai salah satu alat bantu pengajaran dan pembelajaran.
Dapat menimbulkan keseronokan dan keberkesanan pembelajaran kepada pelajar, disamping dapat menyuburkan sahsiah pelajar.
 
TEKNIK INKUIRI
Teknik ini dikenali sebagai teknik tinjau siasat.
Merangkumi aspek-aspek soal selidik untuk mendapatkan jawapan atau kesimpulan yang berorientasikan masalah.
Dapat menimbulkan daya refleksi dikalangan pelajar.
Merupakan satu kaedah pengajaran bahasa yang dinamik untuk menimbulkan minat dan daya kreativiti di kalangan pelajar kerana pelajar sering mengemukakan soalan ‘bagaimana’. Oleh itu, ia dapat melatih pelajar mengemukakan pelbagai soalan.
Ciri lain yang terdapat dalam teknik ini termasuklah memberi latihan yang sebenar dalam proses kemahiran berfikir secara kreatif dan kritis.
Pengendalian teknik inkuiri ialah :
1.Proses mengenali masalah
2.Mengkaji ramalan
3.Mengumpul maklumat
4.Menganalisis
5.Membuat rumusa
 
TEKNIK PERBINCANGAN
1.Teknik perbincangan didefinisikan sebagai satu aktiviti mengeluar dan mengulas pendapat tentang sesuatu tajuk. Tujuannya untuk melatih pelajar mengeluarkan fikiran dan pendapat dengan bernas (Kementerian Pendidikan 1990:85).
2.Teknik perbincangan adalah satu aktiviti pengajaran dan pembelajaran berbentuk perbualan dan ia dilakukan dikalangan pelajar dibawah penyeliaan dan kawalan seorang guru.
3.Melibatkan aktiviti perbincangan antara pelajar secara bekerjasama dalam mengeluarkan pandangan masing-masing mengenai sesuatu perkara atau topik yang diberi. Misalnya bermesyuarat, forum, seminar, bengkel, bahas dan debat.
4.Dalam perbincangan ini akan memberi peluang dan ruang bagi mereka untuk bercakap terutama dalam aktiviti separa formal. Latihan sebegini bukan sahaja sekadar mempertajamkan minda malah dapat melatih kepetahan pelajar untuk bercakap dan mengeluarkan pendapat.
5.Peranan guru akan berubah-ubah kerana aktiviti ini dikendalikan oleh pelajar sendiri.
6.Teknik perbincangan boleh dijalankan mengikut langkah-langkah berikut :
7.Guru menarik perhatian murid kepada tajuk perbincangan yang akan dijalankan.
8.Guru membahagikan murid kepada beberapa kumpulan dan kemudian memilih seorang ketua yang boleh dipertanggungjawabkan untuk memastikan semua aspek perbincangan dapat dijalankan dan dicapai.
9.Guru kemudian menugaskan setiap kumpulan mendapatkan maklumat dengan cara berbincang dengan ahli-ahli kumpulan.
10.Ketika perbincangan guru harus bergerak dari satu kumpulan ke satu kumpulan yang lain, menegaskan perkara-perkara yang perlu dibincangkan dan mengarahkan perbincangan menghala kearah perkara yang betul.
11.Setelah tamat perbincangan guru boleh meminta laporan daripada setiap kumpulan. Hasil perbincangan boleh dicatatkan dipapan tulis mengikut mana-mana yang penting. Setelah dibincang guru bolehlah menjalankan aktiviti penulisan dan sebagainya.
 
TEKNIK FORUM
1.Forum merupakan satu sesi perbincangan yang melibatkan beberapa ahli panel untuk mencanai fikiran dan mengemukan pendapat tentang sesuatu tajuk, dimana ia dijalankan secara formal.
2.Teknik berforum merupakan salah satu aktiviti lisan yang sesuai, di mana pelajar akan berkongsi pengetahuan dan pengalaman secara langsung untuk meningkatkan kemahiran menyampaikan idea dan fikiran dengan jelas, objektif, kreatif dan rasional.
3.Untuk menjayakan aktiviti ini, tajuk forum yang dipilih haruslah mudah, menarik dan mencabar selaras dengan kemahiran, pencapaian serta peringkat umur pelajar.
4.Persediaan yang rapi perlu dibuat sama ada sebelum, semasa dan selepas aktiviti.
TEKNIK PERBAHASAN
1.Bahas ialah pengucapan sama ada menyokong atau membangkang sesuatu pendirian dengan alasan yang logik dan idea yang tersusun.
2.Teknik perbahasan ini sesuai diajar untuk semua peringkat pelajar di sekolah menengah.
3.Antara manfaat teknik ini ialah :
4.Memperkembangkan kecekapan berkomunikasi dengan berkesan
5.Melatih berfikir dengan pantas dan melahirkan buah fikiran dengan tepat dan teratur
6.Menguasai kemahiran berbahasa dengan menggunakan struktur ayat yang betul dan laras bahasa yang sesuai.
7.Mengemukakan hujah secara rasional, kritis dan kreatif.
8.Melatih kemahiran mendengar, menaakul, berhujah dan membidas.
9.Guru perlu mengambil inisiatif sendiri untuk memupuk kebolehan berbahas di kalangan pelajar.
10.Perkembangan kebolehan berbahas dengan sendirinya akan membawa kepada perkembangan kemahiran berbahasa, perkembangan mental yang positif, peningkatan ilmu dan pemupukan sifat-sifat kepimpinan.
TEKNIK KUIZ
Diperkenalkan pada tahun 1940 di England melalui Perbadanan Penyiaran British (B.B.C).
Aktiviti kuiz bermula di negara ini setelah dimasukkan dalam masa pembelajaran Bahasa Inggeris di sekolah-sekolah Inggeris dan diikuti di sekolah-sekolah Melayu.
Tujuannya ialah :
Guru dapat mengukuhkan pengajaran dan memantapkan pemahaman pelajar mengenai topik-topik tertentu.
Pelajar dapat mengulangkaji sambil bergembira.
Pelajar dapat melupakan permasalahan mereka dengan mengemukakan soalan-soalan secara teka-teki.
Pelajar dapat belajar kaedah cara berfikir yang baru.
Membantu pelajar memahami sistem Bahasa Melayu terutama dari segi bentuk, makna dan penggunaan bahasa yang tepat.
Terdapat 2 bentuk pengajaran dan pembelajaran bahasa melalui teknik ini iaitu :
Ia dijalankan secara spontan pada peringkat permulaan, perkembangan dan penutup. Ini bermakna kuiz dapat dijadikan sebagai aktiviti rangsangan, penggayaan, pemulihan dan pengukuhan.
Kuiz sebagai aktiviti pertandingan meliputi pertandingan antara pelajar.

KAEDAH PEMBELAJARAN

Teknik-teknik pembelajaran yang baik merupakan satu kaedah dalam usaha kita
menghadapi pelajaran yang terbaik sebagai langkah untuk memperolehi kejayaan yang
cemerlang di dalam bidang pembelajaran. Pelajar perlu memahami bahawa tidak ada satu
'formula' yang mesti dan tepat bagi merumuskan satu kaedah yang paling baik untuk
menghadapi pelajaran melainkan ia banyak bergantung kepada diri pelajar itu sendiri.
Apa yang penting untuk dijelaskan ialah beberapa garis panduan yang besar sahaja
dikenalpasti untuk dijadikan landasan bagi seseorang pelajar bergerak menghadapi
peperiksaan.
FAKTOR-FAKTOR DORONGAN DALAM PEMBELAJARAN

Mengenal pasti wujudnya 'motivasi dalaman' atau faktor-faktor pendorong di
dalam diri maing-masing, misalnya kemiskinan.

Menginsafi akan kepentingan ilmu, tujuan ilmu dipelajari, untuk apa dan hendak
ke mana ilmu yang dikumpulkan itu.

Dorongan dari rasa tanggungjawab sebagai seorang pelajar.

Menginsafi peranannya terhadap masyarakat pada masa hadapan.
LANGKAH-LANGKAH PERSEDIAAN

Kesempurnaan kesediaan seseorang dari segi mental, fizikal dan rohani yang
mampu mengahadapi peringkat pembelajaran yang baik.

Persediaan mental yang baik ialah persediaan tumpuan fikiran yang sepenuhnya
terhadap pelajaran. Pemikiran yang masih bercampur-aduk dengan perkara-
perkara lain akan mengakibatkan kebuntuan untuk memberi perhatian yang serius
kepada pelajaran. Seseorang pelajar hendaklah menghilangkan ingatannya kepada
perkara yang lain, sebaliknya ingatan hendaklah ditumpukan kepada pelajaran
sahaja.

Berkhayal kepada perkara lain ialah penyakit yang paling besar bagi seseorang
pelajar yang sedang menghadapi pelajarannya. Oleh itu, pelajar hendaklah
mengelakkan diri daripada berkhayal semasa belajar.
TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARA
Elakkan suasana yang bising, banyak gangguan, tidak selesa dan sebagainya
Memilih Masa Yang Sesuai

Tidak semua waktu di dalam sehari boleh digunakan untuk menumpukan fikiran
pada pelajaran.

Setiap hari persekolahan, peruntukan sekurang-kurangnya 2 jam untuk
menelaah/mengulangkaji pelajaran di samping menyelesaikan kerja-kerja yang
diberikan oleh guru. Pada waktu cuti, 4 hingga 5 jam adalah memadai untuk
menelaah pada waktu yang sesuai, iaitu pada waktu pagi dan malam.(ingat !
waktu belajar yang sesuai tidak sama antara semua individu)

Menyediakan satu jadual kerja harian walaupun begitu, mungkin jadual tersebut
tidak mampu diikuti sepenuhnya oleh pelajar.

Pembaziran masa dengan perkara-perkara yang tidak ada hubungan dengan
memperkukuhkan mutu pembelajaran baik secara formal atau informal haruslah
dielakkan.
Pembelajaran Di Sekolah

Pembelajaran di sekolah merupakan sumber yang penting serta yang paling baik
untuk seseorang pelajar menghadapi pelajarannya, dan segala penumpuan yang
maksimun haruslah diberikan serta tidak patut berlaku kecuaian, leka, nakal
ketika berada di sekolah.
Membaca, Memahami dan Menghafal

Teknik pembacaan yang baik ialah pembacaan yang menyeluruh bagi pusingan
yang pertama. Isi dan istilah-istilah yang penting digariskan. Kalau perlu isi yang
digariskan itu dicatat sebagai nota pendek atau ringkas.

Ambil perhatian kepada isi-isi yang penting dan hendaklah dibaca selalu. Kalau
perlu setiap isi-isi itu hendaklah dihafal sedaya mungkin terutama apabila
hampirnya waktu peperiksaan. (ingat ! hafalan tanpa pemahaman yang kukuh
adalah sia-sia).

Menyusun nota dengan teratur dan berkesan dan mempunyai ciri-ciri seperti :

Elakkan diri dari faktor-faktor yang boleh membosankan ketika membaca. Jangan
sesekali membebankan diri dengan kerja-kerja sekolah yang terlampau banyak
pada masa tertentu dan berehat panjang selepasnya.

Kesungguhan belajar mestilah berterusan dari segi semangat belajar dan usaha
dari awal hinggalah ke masa peperiksaan.

Sentiasa meningkatkan semangat belajar dari masa ke semasa. Semakin hampir
dengan tarikh peperiksaan semakin bersungguh-sungguh untuk belajar dan
semakin berkeyakinan dalam menghadapi peperiksaan.

Kesungguhan belajar mungkin boleh dibina melalui kerja-kerja secara
berkumpulan. Yang pentingnya carilah teman/rakan belajar yang boleh anda
manfaatkan pengetahuan dan kefahaman anda kepadanya dan sebaliknya.

Yakinlah dengan kebolehan yang ada pada diri anda dan kesungguhan anda untuk
belajar dan yakinlah dengan pertolongan Allah S.W.T.
LUPAAN DAN INGATAN
Apakah sebabnya kita sering lupa ?
Kerana Gangguan
Membaca perkara-perkara lain selepas buku pelajaran menyebabkan soal peperiksaan
luput dari ingatan.
Tumpuan Perhatian
Tanpa perhatain yang sepenuhnya ketika membaca menyebabkan perkara tersebut tidak
dapat kekal lama.
Faktor Masa
Masa yang terlalu lama mungkin menyebabkan anda lupa akan apa yang telah dipelajari.
INGATAN
Manusia lebih senang mengingati sesuatu jika :-
Minat
Tinggikan minat terhadap perkara yang dipelajari.
Pilihan
Memilih isi-isi penting untuk diingati bagi peperiksaan
langan
Sentiasa mengulangkaji, boleh dibuat melalui perbincangan secara berkumpulan,
penulisan semula atau pembacaan yang kerap.
Assasiasi
Membuat perkaitan dengan sesuatu perkara lain untuk ingatan.
Tubi Belajar
Di dalam proses pembelajaran terdapat peringkat seperti :-
1. Mendengar untuk pertama kali
2. Memahami
3. Menggunakannya
4. Mencipta yang baru
Jika anda membaca berulang kali, tentunya perkara tersebut akan dapat diingati di dalam
satu jangkamasa yang lama.
PERSEDIAAN DALAM LANGKAH-LANGKAH MENGHADAPI PEPERIKSAAN
PERSEDIAAN ASAS
1. Semangat Yang Tinggi
2. Pembacaan Yang Banyak
3. Kefahaman Yang Jelas
4. Ulangkaji Berterusan
5. Keyakinan Diri
Di dalam menghadapi peperiksaan UPSR/PMR/SPM/STPM, satu perkara yang tidak
boleh dilupakan ialah persediaan di peringkat awal secara berterusan sehingga tiba masa
yang ditetapkan dan akan menjadi lebih berkesan sekiranya kaedah pembelajaran yang
betul diamalkan. Namun, ramai juga pelajar yang tidak dapat menghadapi peperiksaan
dengan baik walaupun telah menumpukan banyak masa di saat awal hinggalah ke
akhirnya. Malahan ramai juga yang pada saat-saat akhirnya menjadi putus asa.
Untuk menjawab pertanyaan ini cubalah bertanya kepada diri anda tentang :-
1. Adakah anda telah menghabiskan topik-topik penting ?
2. Adakah anda telah memahami apa yang diajar oleh guru atau dibaca sendiri ?
3. Adakah anda menhadapi pelajaran dengan semangat yang tinggi ?
4. Adakah anda berterusan belajar dan meneliti soalan-soalan lepas ?
5. Adakah anda mempunyai keyakinan diri untuk menjawab soalan nanti ?
UJIAN BULANAN DAN PEPERIKSAAN PENGGAL
Ramai pelajar bersikap acuh tak acuh di dalam menghadapi ujian bulanan dan
peperiksaan penggal dan ada yang menganggapnya tidak penting. Pada hal ujian dan
peperiksaan ini boleh mempengaruhi keputusan peperiksaan nanti. Akibatnya ramai
pelajar yang gagal dan mendapat markah yang rendah di dalam setiap ujian /peperiksaan.
Sikap seperti ini hendaklah dikikiskan. Walaupun demikian, seandainya anda gagal di
dalam ujian, jadikanlah ia suatu pengajaran untuk lebih memahami dan bersungguh-
sungguh mengulangkaji pelajaran. Kegagalan di dalam ujian mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor seperti :-
a) Kurang memahami apa yang diajar
b) Tidak mengambil perhatian yang serius terhadap pelajaran.
c) Tidak mengulangkaji pelajaran selepas waktu persekolahan.
KEARAH MEMBENTUK KEYAKINAN
Keyakinan menghadapi peperiksaan hanya boleh diperolehi oleh pelajar yang sudah
betul-betul membuat persiapan yang rapi. Antara persiapan yang perlu diberi perhatian
ialah :-
a) Habis mengulangkaji topik-topik yang disoal.
b) Mengingati dengan baik nota-nota yang penting.
c) Mengetahui bentuk-bentuk soalan yang akan disoal.
d) Bertawakkal kepada Allah S.W.T.
BEBERAPA PERINGATAN KEPADA PELAJAR

Tidak keterlaluan membaca sehingga kurang tidur.

Belajar dengan hati yang tenang dan lapang. Pastikan semua kerja atau masalah
diselesaikan terlebih dahulu sebelum anda memulakan pembelajaran/study.

Disiplinkan diri anda. Pastikan anda tidak membuang masa dengan kerja-kerja yang sia-sia. Tepatilah masa belajar yang anda telah tetapkan dan pastikan anda ada masa untuk merehatkan otak secukupnya. Elakkan daripada memaksa diri anda untuk belajar sekiranya anda letih dan mengantuk.

Elakkan diri anda daripada membaca dan menghafal matematik. Sebaliknya
cubalah memperbanyakkan latihan mengira dan memahami formula dan
konsepnya.

Berbincang dengan rakan yang lebih memahami dan elakkan daripada sifat malu
bertanya.

Elakkan daripada sifat menangguhkan sesuatu kerja yang diberi oleh guru serta
jauhkan sikap mengambil jalan mudah dengan meniru kerja kawan tanpa
memahami akan maksud dan konsepnya.

Elakkan mengumpulkan nota yang diberikan oleh guru sehingga bertimbun
barulah hendak mengulangkajinya
Sesungguhnya seseorang pelajar akan mencapai tahap penguasaan yang maksimun jika
dia mampu mengaplikasikan teknik dan kaedah belajar yang betul. Setiap pelajar
mempunyai cara belajar yang berbeza, janganlah meniru gaya belajar orang lain yang
tidak sesuai dengan kita. Nota ini sebagai panduan sahaja, ubahlah ia agar sesuai dengan
teknik dan cara anda sendiri. InsyaAllah kejayaan itu milik semua.
TEKNIK PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
DEFINISI

Menurut Kamus Dewan (edisi ketiga), teknik adalah kaedah mencipta sesuatu
hasil seni seperti muzik, karang-mengarang dan sebagainya.

Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan teknik adalah satu muslihat atau strategi atau taktik yang digunakan oleh guru yang mencapai hasl segera yang maksimum pada waktu mengajar sesuatu bahagian bahasa tertentu.

Mengikut Kamaruddin Hj. Husin & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz dalam bukunya
Pengajian Melayu III : Komunikasi Bahasa, teknik boleh didefinisikan sebagai
pengendalian suatu organisasi yang benar-benar berlaku di dalam bilik darjah di
mana ia digunakan untuk mencapai sesuatu objektif.

Teknik merupakan suatu alat yang digunakan oleh guru bahasa bagi
menyampaikan bahan-bahan pengajaran yang telah dipilih untuk pelajar-
pelajarnya. Teknik yang dipilih haruslah sejajar dengan kaedah yang digunakan
dan seirama dengan pendekatan yang dianuti.
Teknik-teknik Pengajaran Bahasa
1. Teknik main peranan
2. Teknik permainan bahasa
3. Teknik latih tubi
4. Teknik bercerita
5. Teknik inkuiri
6. Teknik perbahasan
7. Teknik kuiz
8. Teknik sumbangsaran
9. Teknik soal jawab
10. Teknik simulasi
11. Teknik drama
12. Teknik perbincangan
13. Teknik forum
14. Teknik dialog
TUJUAN TEKNIK
1. Menarik Minat murid
2. Mengekalkan perhatian
3. Membangkitkan ras ingin tahu
TEKNIK LATIH - TUBI

Teknik latih tubu adalah aktiviti pengulangan fakta-fakta atau kecekapan yang
dipelajari.

Tujuannya untuk mencapai taraf penguasaan kemahiran disampimg menjamin
kekekalannya.

Ia sesuai digunakan untuk pengajaran Bahasa Melayu

Boleh digunakan untuk mencapai sesuatu kemahiran seperti kemahiran menyebut
perkataan, ayat-ayat atau mengingat fakta-fakta penting.

Melalui teknik ini pelajar akan mengalami proses mendengar, melihat,
memikirkan maksud perkataan-perkataan serta tugasnya dalam situasi yang
penggunaan perkataan-perkataan itu.

Berasakan pengajaran bahasa dengar dan sebut (audiolingual) yang biasanya
digunakan dalam pengajaran bahasa kedua.

Mengikut teknik ini, perhatian akan diberikan kepada 5 aspek kebolehan
menggunakan bahasa iaitu :
I.
Sebutan (accent)
-menyebut patah-patah perkataan atau sukukata dengan betul termasuk intonasi
yang membawa makna dalam sesuatu situasi.
II.
Tatabahasa (grammer)
-penggunaan bahasa yang tepat mengikut hukum-hukum bahasa daripada semua
aspek.
III.
Perbendaharaan kata (vocabulary)
-meluaskannya dengan penggunaan imbuhan yang sesuai mengikut konteksnya
dalam situasi tertentu.
I V.
Kefasihan (fluency)
-menggunakan perkataan dan lain-lain dengan cara spontan tanpa memikirkan
apakah maksudnya
.
Kefahaman (comprehension)
-latihan memahami soalan dan memberikan jawapan yang wajar.

Teknik ini dikenali juga dengan teknik menghafaz.

Antara kelemahan tekni ini ialah ia menghadkan kebebasan berfikir dan
menumpukan daya kreativiti murid.

Namun begitu, teknik ini amat berguna dan sesuai untuk isi kandungan
pengajaran yang memerlukan ikutan dan ulangan.
TEKNIK SIMULASI

Simulasi ditakrifkan sebagai satu situasi yang diwujudkan hampir menyerupai
keadaan sebenar yang memerlukan pelajar berinteraksi sesama sendiri
berdasarkan peranan masing-masing bagi membuat keputusan menyelesaikan
masalah, isu atau tugasan semula.

Melalui teknik ini para pelajar dapat menggunakan kemahiran belajar seperti
mengumpulkan maklumat, menjalankan temuramah dengan individu tertentu dan
mencatat isi-isi penting.

Dalam proses ini pelajar digalakan untuk memberi pendapat, cadangan, membuat
keputusan dan menyelesaikan masalah berdasarkan peranan yang
dipertanggungjawabkan. Memberi peluang kepada pelajar mengalami sendiri
situasi dan masalah.

Melalui teknik ini pelbagai kemahiran dapat digabungjalinkan dan
dipertingkatkan terutamanya dalam kemahiran lisan membaca dan menulis.

Dapat menwujudkan pelabagi aktiviti menarik yang menjadi sumber motivasi
kepada pelajar untuk meneruskan proses pengajaran dan pembelajaran.
TEKNIK MAIN PERANAN

Main peranan bermaksud melakonkan sesuatu situasi atau masalah atau peristiwa
yang dianggap penting.

Pelajar diberi peranan dan bertindak sebagai watak-watak yang ditentukan dalam
satu situasi yang disediakan.

Main peranan ialah dramatisasi yang tiada kaitan atau penghafalan skrip, dimana
pelakon-pelakon cuba menyelesaikan atau menjelaskan situasi kepada kepada
pelajar-pelajar lain supaya mempraktikan kepada diri mereka berdasarkan peranan
yang dimainkan secara spontan.

Proses ini biasanya dimulakan dengan pemikiran masalah yang sesuai. Masalah
ini dikemukakan kepada pelajar dengan cara membacakannya atau
memperlihatkannya melalui filem, televisyen, mendengar rakaman dan
sebagainya.
EKNIK SUMBANGSARAN

Teknik ini dikenali juga sebagai percambahan fikiran (brainstorming) yang merupakan satu sesi perbincangan yang membolehkan setiap ahli kumpulan menyumbangkan pendapat dan idea.

Boleh didekati sebagai aktiviti permainan bahasa pada peringkat sekolah rendah
dan berkembang menjadi aktiviti perbincangan yang lebh serius dan kompleks
pada peringkat sekolah menengah, universiti dan latihan profesional.

Menekankan pengeluaran idea daripada pembelajaran yang kretif dan bukan
pembelajaran secara analitis.
Tujuan Sumbangsaran

Topik perbincangan sesuai dengan kebolehan dan minat murid

Garis panduan guru haruslah ringkas dan jelas

Semua cadangan dan idea yang dikemukakan haruslah dicatat untuk dibincangkan
dalam sesi umum.

Setiap kumpulan mestilah memilih pengerusi yang betul-betul layak

Setiap ahli diberi peluang untuk mengemukakan cadangan

Pelajar digalakkan menyumbang seberapa banyak idea

Suasana perbincangan yang tidak formal hemdaklah diwujudkan.

Pastikan peruntukan masa untuk sesi sumbangsaran adalah patut dan mencukupi

Digalakkan menggunakan prinsip 5W ( What? Why? Who? Where? How? )

Cadangan dan idea yang dikemukakan tidak boleh dikritik

Setiap kumpulan dimestikan mempunyai ahli-ahli yang pelbagai kebolehan
TEKNIK PERMAINAN BAHASA

Permainan bahasa adalah salah satu cara dalam mempelajari bahasa melalui
teknik permainan
Penglibatan dalam permainan telah memberi peluang kepada pelajar memperolehi
latihan intensif, pembelajaran bermakna dan sebagai alat dianogstik.

Kebanyakan aktiviti yang dijalankan akan menggunakan pelbagai kemahiran
berbahasa pelajar antaranya kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan
menulis.

Permainan bahasa mempunyai hala tuju yang bertepatan dengan kemahuan dalam
sistem pendidikan negara amnya dan Falsafah Pendidikan Negara khususnya.
Hala tuju ini diinterapetasikan melalui objektif tersirat dalam permainan bahasa
tersebut iaitu :

merangsang interaksi verbal pelajar

menambah kefasihan dan keyakinan

menyediakan konteks pembelajaran

bertindak sebagai alat yang dapat mengikis rasa bosan

bertindak sebagai alat pemulihan, pengukuhan dan penggayaan
TEKNIK SOAL – JAWAB

Merupakan teknik yang paling lama dan paling popular digunakan dalam bidang
pendidikan

Pemilihan teknik ini bukan kerana ia mudah dilaksanakan, tetapi ia adalah bentuk
yang berupaya mewujudkan interaksi guru dengan murid secara berkesan.

Teknik ini dilaksanakan dengan cara guru mengemukakan soalan-soalan yang
berkaitan dengan isi pelajaran dan pelajar dikehendaki memberi tindakbalas yang
sewajarnya.

Soalan-soalan yang dikemukan memerlukan pelajar berfikir disamping dapat
menguji dan menilai apa yang diajar.

Tujuan utama teknik soal jawab ialah :
1. Untuk mengesan pengetahuan berbahasa murid
2. Untuk menggalakkan pelajar berfikir secara kreatif, inovatif, logik dan kritis.
3. Untuk mendorong pelajar menyusun dan menghuraikan bahan yang diajar.

Soalan yang terancang dan bermutu dapat membantu menajamkan pemikiran
pelajar di samping dapat mewujudkan suasana pembelajaran yang lebih dinamik
dan berkesan.
TEKNIK BERCERITA
Merupakan salah satu pendekatan yang sesuai digunakan untuk membina
kecekapan berbahasa kerana cerita merupakan sesuatu yang dapat menarik minat
dan perhatian pelajar.

Latihan pemahaman, perluasan perbendaharaan kata dan tatabahasa dapat
disampaikan.

Dapat meningkatkan penguasaan kemahiran mendengar, bertutur, membaca dan
menulis dikalangan pelajar.

Perkembangan cerita hendaklah diberi perhatian agar ada peringkat permulaan,
kemuncak dan kesudahan cerita. Perhatian perlu diberi kepada teknik
persembahan, suara, gerak laku dan kawalan mata.

Suara memainkan peranan yang penting dimana ia harus dikawal supaya jangan
mendatar dan tidak menimbulkan kebosanan.

Langkah-langkah dalam persediaan teknik bercerita ialah :

Pilih cerita yang sesuai dengan umur, kecerdasan dan minat murid-murid.
Kemudian, sesuaikan pula dengan isi pelajaran yang hendak disampaikan.

Kaji cerita itu dan cuba masukkan aspek-aspek bahasa.

Hafazkan frasa atau ayat-ayat penting.

Latih bercerita seolah-olah guru berada dihadapan murid-murid sekurang-
kurangnya sekali sebelum menggunakan teknik ini.

Guru bercerita dalam keadaan yang selesa.

Guru boleh menggunakan gambar, objek-objek sebenar atau lain-lain BBM.

Sediakan kad-kad perkataan, frasa-frasa atau ayat-ayat yang berkaitan dengan
aspek-aspek bahasa yang hendak disampaikan.
TEKNIK DRAMA

Sering digunakan dalam kaedah komunikatif dan kaedah yang berasaskan
pendekatan induktif iaitu kaedah terus, elektif dan audiolingual.

Tujuan utama adalah untuk melatih pelajar menggunakan unsur bahasa, unsur
paralinguistik (jeda, nada dan intonasi) dan bukan linguistik (mimik muka, gerak
tangan, kepala dan dll) dengan berkesan dalam sesuatu interaksi bahasa atau
perbuatan.

Penggunaannya dapat mendorong dan merangsang pelajar untuk menghubungkan
perasaannya dengan matapelajaran yang dipelajarinya.

Pelajar bebas meluahkan sesuatu, membuat penemuan, memberi dan berkongsi
sesuatu.

Drama berperanan sebagai ragam pembelajaran iaitu sebagai salah satu alat bantu
pengajaran dan pembelajaran.

Dapat menimbulkan keseronokan dan keberkesanan pembelajaran kepada pelajar,
disamping dapat menyuburkan sahsiah pelajar.
TEKNIK INKUIRI
Teknik ini dikenali sebagai teknik tinjau siasat.

Merangkumi aspek-aspek soal selidik untuk mendapatkan jawapan atau
kesimpulan yang berorientasikan masalah.

Dapat menimbulkan daya refleksi dikalangan pelajar.

Merupakan satu kaedah pengajaran bahasa yang dinamik untuk menimbulkan
minat dan daya kreativiti di kalangan pelajar kerana pelajar sering mengemukakan
soalan ‘bagaimana’. Oleh itu, ia dapat melatih pelajar mengemukakan pelbagai
soalan.

Ciri lain yang terdapat dalam teknik ini termasuklah memberi latihan yang
sebenar dalam proses kemahiran berfikir secara kreatif dan kritis.

Pengendalian teknik inkuiri ialah :
1. Proses mengenali masalah
2. Mengkaji ramalan
3. Mengumpul maklumat
4. Menganalisis
5. Membuat rumusa
TEKNIK PERBINCANGAN
1.Teknik perbincangan didefinisikan sebagai satu aktiviti mengeluar dan mengulas
pendapat tentang sesuatu tajuk. Tujuannya untuk melatih pelajar mengeluarkan
fikiran dan pendapat dengan bernas (Kementerian Pendidikan 1990:85).
2. Teknik perbincangan adalah satu aktiviti pengajaran dan pembelajaran berbentuk perbualan dan ia dilakukan dikalangan pelajar dibawah penyeliaan dan kawalan seorang guru.
3. Melibatkan aktiviti perbincangan antara pelajar secara bekerjasama dalam
mengeluarkan pandangan masing-masing mengenai sesuatu perkara atau topik
yang diberi. Misalnya bermesyuarat, forum, seminar, bengkel, bahas dan debat.
4. Dalam perbincangan ini akan memberi peluang dan ruang bagi mereka untuk bercakap terutama dalam aktiviti separa formal. Latihan sebegini bukan sahaja sekadar mempertajamkan minda malah dapat melatih kepetahan pelajar untuk bercakap dan mengeluarkan pendapat.
5. Peranan guru akan berubah-ubah kerana aktiviti ini dikendalikan oleh pelajar
sendiri.
6. Teknik perbincangan boleh dijalankan mengikut langkah-langkah berikut :
7. Guru menarik perhatian murid kepada tajuk perbincangan yang akan dijalankan.
8. Guru membahagikan murid kepada beberapa kumpulan dan kemudian memilih
seorang ketua yang boleh dipertanggungjawabkan untuk memastikan semua aspek
perbincangan dapat dijalankan dan dicapai.
9. Guru kemudian menugaskan setiap kumpulan mendapatkan maklumat dengan
cara berbincang dengan ahli-ahli kumpulan
. Ketika perbincangan guru harus bergerak dari satu kumpulan ke satu kumpulan
yang lain, menegaskan perkara-perkara yang perlu dibincangkan dan
mengarahkan perbincangan menghala kearah perkara yang betul.
11. Setelah tamat perbincangan guru boleh meminta laporan daripada setiap
kumpulan. Hasil perbincangan boleh dicatatkan dipapan tulis mengikut mana-
mana yang penting. Setelah dibincang guru bolehlah menjalankan aktiviti
penulisan dan sebagainya.
TEKNIK FORUM
1. Forum merupakan satu sesi perbincangan yang melibatkan beberapa ahli panel
untuk mencanai fikiran dan mengemukan pendapat tentang sesuatu tajuk, dimana
ia dijalankan secara formal.
2. Teknik berforum merupakan salah satu aktiviti lisan yang sesuai, di mana pelajar
akan berkongsi pengetahuan dan pengalaman secara langsung untuk
meningkatkan kemahiran menyampaikan idea dan fikiran dengan jelas, objektif,
kreatif dan rasional.
3. Untuk menjayakan aktiviti ini, tajuk forum yang dipilih haruslah mudah, menarik
dan mencabar selaras dengan kemahiran, pencapaian serta peringkat umur pelajar.
4. Persediaan yang rapi perlu dibuat sama ada sebelum, semasa dan selepas aktiviti.
TEKNIK PERBAHASAN
1. Bahas ialah pengucapan sama ada menyokong atau membangkang sesuatu
pendirian dengan alasan yang logik dan idea yang tersusun.
2. Teknik perbahasan ini sesuai diajar untuk semua peringkat pelajar di sekolah
menengah.
3. Antara manfaat teknik ini ialah :
4. Memperkembangkan kecekapan berkomunikasi dengan berkesan
5. Melatih berfikir dengan pantas dan melahirkan buah fikiran dengan tepat dan
teratur
6. Menguasai kemahiran berbahasa dengan menggunakan struktur ayat yang betul
dan laras bahasa yang sesuai.
7. Mengemukakan hujah secara rasional, kritis dan kreatif.
Melatih kemahiran mendengar, menaakul, berhujah dan membidas.
9. Guru perlu mengambil inisiatif sendiri untuk memupuk kebolehan berbahas di
kalangan pelajar.
10. Perkembangan kebolehan berbahas dengan sendirinya akan membawa kepada
perkembangan kemahiran berbahasa, perkembangan mental yang positif,
peningkatan ilmu dan pemupukan sifat-sifat kepimpinan.
TEKNIK KUIZ

Diperkenalkan pada tahun 1940 di England melalui Perbadanan Penyiaran British
(B.B.C).

Aktiviti kuiz bermula di negara ini setelah dimasukkan dalam masa pembelajaran
Bahasa Inggeris di sekolah-sekolah Inggeris dan diikuti di sekolah-sekolah
Melayu.

Tujuannya ialah :

Guru dapat mengukuhkan pengajaran dan memantapkan pemahaman pelajar
mengenai topik-topik tertentu.

Pelajar dapat mengulangkaji sambil bergembira.

Pelajar dapat melupakan permasalahan mereka dengan mengemukakan soalan-
soalan secara teka-teki.

Pelajar dapat belajar kaedah cara berfikir yang baru.

Membantu pelajar memahami sistem Bahasa Melayu terutama dari segi bentuk,
makna dan penggunaan bahasa yang tepat.

Terdapat 2 bentuk pengajaran dan pembelajaran bahasa melalui teknik ini iaitu :

Ia dijalankan secara spontan pada peringkat permulaan, perkembangan dan
penutup. Ini bermakna kuiz dapat dijadikan sebagai aktiviti rangsangan,
penggayaan, pemulihan dan pengukuhan.

Kuiz sebagai aktiviti pertandingan meliputi pertandingan antara pelajar.
9 PERKARA PENTING MENGAPA KITA HARUS MEMOTIVASIKAN
DIRI

Motivasi diri sendiri adalah tenaga yang mengangkat diri seseorang itu ke
sebarang tahap yang diingininya.

Orang yang benar-benar berjaya sentiasa sedar akan tanggungjawabnya dalam motivasi diri sendiri. Dia memulakan dari dirinya sendiri, kerana dialah yang memiliki kunci penggerak diriny
Alasan yang lumrah yang menyebabkan kegagalan seseorang itu ialah kerana
mengabaikan sama sekali tenaga motivasi diri sendiri.

Adalah mustahil untuk memotivasikan diri orang lain, sebelum kita belajar
memotivasikan diri kita sendiri.

Peluang akan berada di mana-mana bagi seseorang yang mengerti dan
mengunakan motivasi diri sendiri.

Orang yang bermotivasi diri sendiri melibatkan diri, orang-orang biasa hanya
berjanji.

Pada asasnya apa yang kita perolehi dari hidup ini bergantung kepada bagaimana
kita menyesuaikan apa yang kita mahu dengan motivasi diri sendiri.

Tenaga motivasi diri sendiri datang dari satu tindakan rancangan peribadi teguh
dan pelaksanaan rancangan tersebut dalam kehidupan anda setiap hari.

Jika kita tidak dapat memanafaatkan tenaga anda dan potensi anda sendiri maka
mental kita akan terlantar sepanjang hayat.
SIFAT KEGAGALAN
1. KETIDAKYAKINAN KEPADA DIRI SENDIRI

Tidak yakin akan dirinya dan kemampuan untuk melaksanakan usaha atau kerja
yang dihadapinya.
1. SIKAP MELENGAH-LENGAHKAN KERJA

Melengahkan keputusan penting, tidak mahu mengambil risiko dan
mengharapkan masalah selesai dengan sendirinya akan memburukkan keadaan.
1. SIFAT BERPURA-PURA

Sikap egoistik dan memandang status. Sentiasa ingin disanjungi tetapi tidak mahu
berfikir dan maju ke hadapan.
1. SIFAT MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

Tidak bertanggungjawab dan tidak mengambil berat tentang apa sekali pun.

Berpuashati dengan apa yang ada tanpa berusaha lagi.
1. HIDUP TANPA TUJUAN

Tidak mempunyai cita-cita untuk menikmati kehidupan yang lebih bermakna
SIFAT KEJAYAAN
1. FIKIRAN YANG TETAP

Tetapkan matlamat untuk diri sendiri di dalam satu jangka masa yang ditentukan.
Pastikan jangka masa itu matlamat tercapai.
2. PERANCANGAN

Kemahuan hendaklah dirancng terlebih dahulu.
2. SEMANGAT DAN AZAM

Azam yang kuat dan semangat yang kental hendaklah dipupuk dengan sempurna.
2. PERCAYA DIRI SENDIRI

Kepercayaan kepada diri sendiri dan kebolehan sendiri hendaklah diutamakan.
ke muka depa