Senin, 17 Mei 2010

FORMAT PENULISAN ILMIAH

FORMAT PENULISAN
ILMIAH


PENELITIAN KUANTITATIF


BABI PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
: berupa pengantar mengenai arti penting topik tersebut untuk
diteliti, alur berpikir hingga muncul permasalahan, yang diakhiri
oleh perumusan masalah yang berbentuk kalimat tanya
B. Tujuan Penelitian
: berisi tujuan diadakannya penelitian tersebut
C. Manfaat Penelitian
: berisi manfaat teoritis dan manfaat praktis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Variabel terikat / kriterium
: berisi pengertian atau defmisi variabel tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari variabel tersebut yang nantinya dijadikan indikator dari alat ukur yang digunakan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
B. Variabel bebas / prediktor
: berisi pengertian atau definisi variabel tsebut, aspek / dimensi
/ komponen / bentuk / gejala dsb dari variabel tersebut yang nantinya dijadikan indikator dari alat ukur yang digunakan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
C. Subjek Penelitian
: untuk menggambarkan subjek penelitian -- berisi pengertian, karakteristik dsb) mengenai subjek penelitian (misal : remaja, ibu rumah tangga, waria, pekerja seks komersil, dsb)
D. Hubungan antara Variabel A dengan B atau Perbedaan pada variabel A
berdasarkan variabel B
: berupa dinamika yang menggambarkan keterkaitan antara
variabel A clan Variabel B (baik berupa hubungan, pengaruh, atau perbedaan), sehingga nantinya dapat ditarik suatu hipotesis
E. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi variabel-variabel penelitian
: berisi variabel apa saja yang ada dalam penelitian tersebut
B. Definisi operasional variabel-variabel penelitian
: bentuk operasional dari variabel-variabel yang digunakan, biasanya berisi definisi konseptual, indikator yang digunakan, alat ukur yang digunakan (bagaimana cara mengukur) & penilaian alat ukur (semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi .......)
C. Subjek penelitian
: berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian, juga diberi penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling yang digunakan

D. Teknik pengumpulan data
: teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data dan setiap alat ukur yang digunakan perlu dijelaskan
E. Validitas dan reliabilitas alat pengumpul data
: berisi pengertian mengenai konsep validitas dan reliabilitas serta teknik yang dilakukan. Jika menggunakan alat ukur yang sudah ada, hasil uji validitas dan reliabilitasnya harap ditulis.
F. Teknik analisis data
: teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian


BAB IV PENUTUP
A.Simpulan
: berupa poin-poin yang berisi hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian dan hasil tambahan lainnya.
B. Saran
: saran untuk subjek atau pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian, juga untuk penelitian selanjutnya

Daftar Pustaka
Lampiran























PENELITIAN EKSPERIMEN


BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
: berupa pengantar mengenai arti penting topik tersebut untuk diteliti, alur berpikir hingga muncul permasalahan & diakhiri oleh perumusan masalah yang berbentuk kalimat tanya
B. Tujuan Penelitian
: berisi tujuan diadakannya penelitian tersebut
C. Manfaat Penelitian
: berisi manfaat teoritis dan manfaat praktis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Variabel terikat
: berisi pengertian atau definisi variabel tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari variabel tersebut yang nantinya dijadikan indikator dari alat ukur yang digunakan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
B. Variabel bebas
: berisi pengertian atau definisi variabel tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari variabel tersebut yang nantinya dijadikan indikator dari alat ukur yang digunakan, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
C. Subjek Penelitian
: untuk menggambarkan subjek penelitian -- berisi pengertian, karakteristik dsb)
mengenai subjek penelitian (misal : remaja, ibu rumah tangga, waria, pekerja seks komersil, dsb)
D. Pengaruh / efektivitas variabel bebas terhadap (untuk meningkatkan) variable
terikat
: berupa dinamika yang menggambarkan pengaruh dari variabel
bebas terhadap variabel terikat pada subjek penelitian (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol), sehingga nantinya dapat ditarik suatu hipotesis
E. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi variabel penelitian
: berisi variabel apa saja yang ada dalam penelitian tersebut
B. Definisi operasional variabel penelitian
: bentuk operasional dari variabel-variabel yang digunakan, biasanya berisi definisi konseptual, indikator yang digunakan, alat ukur yang digunakan (bagaimana cara mengukur) & penilaian alat ukur
C. Subjek penelitian
: berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian.
D. Teknik pengumpulan data
: teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data dan setiap alat ukur yang digunakan perlu dijelaskan
E. Validitas dan reliabilitas alat ukur
: berisi pengertian mengenai konsep validitas dan reliabilitas serta teknik yang dilakukan. Jika menggunakan alat ukur yang sudah ada, hasil uji validitas dan reliabilitasnya harap ditulis.
F. Rancangan Eksperimen
: menggambarkan rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian
G.Teknik analisis data
: teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian

BAB IV PENUTUP
A.Simpulan
: berupa poin-poin yang berisi hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian dan hasil tambahan lainnya.
B. Saran
: saran untuk subjek atau pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian, juga untuk penelitian selanjutnya

Daftar Pustaka
Lampiran


























PENELITIAN KUALITATIF


BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
: berisi pengantar mengenai alasan topik tersebut diteliti dan signifikansi masalah
B. Pertanyaan Penelitian
: berupa perumusan masalah yang berbentuk kalimat tanya (mengapa, bagaimana)
C. Tujuan Penelitian
: berisi tujuan diadakannya penelitian tersebut
D. Manfaat Penelitian
: berisi manfaat teoritis dan manfaat praktis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Fokus Penelitian (konsep) 1
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
B. Fokus penelitian (konsep) 2 (jika menggunakan 2 konsep)
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, a5pek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
C. Dinamika yang menggambarkan keterkaitan antara konsep 1 dan konsep 2 (jika
menggunakan 2 konsep)
D. Hipotesis (jika mengajukan hipotesis)

BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek penelitian
: berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian dan jumlah subjek yang akan diteliti
B. Tahap-tahap penelitian
: berisi gambaran mengenai tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian
C. Teknik pengumpulan data
: gambaran mengenai teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data
D. Instrumen Penelitian
: alat bantu yang digunakan di dalam penelitian
E. Keabsahan dan keajegan penelitian
: berisi pengertian dan gambaran mengenai konsep keabsahan (validitas - dimana didalamnya termasuk triangulasi data) dan keajegan (reliabilitas - termasuk cek dan ricek) dalam penelitian kualitatif







BAB IV PENUTUP
A.Simpulan
: berupa poin-poin yang berisi hasil penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian dan hasil temuan lainnya.
B. Saran
: saran untuk subjek atau pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian, juga untuk peneliti selanjutnya

Daftar Pustaka
Lampiran (termasuk pedoman wawancara, pedoman observasi, verbatim)




STUDI KASUS (1)

Keterangan :

Format untuk laporan studi kasus psikologi pendidikan, perkembangan, sosial & klinis . Jumlah subjek : 1 orang (identitas dirahasiakan)

BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
: berisi latar belakang masalah, berupa pengantar singkat mengenai alasan mengapa topik tersebut diteliti
B. Pertanyaan Penelitian
: Permasalahan yang diajukan dalam penelitian (berbentuk kalimat tanya
mengapa, bagaimana)
C. Tujuan Penelitian
: berisi tujuan diadakannya penelitian tersebut
D. Manfaat Penelitian
: manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Fokus Penelitian (konsep) 1
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
B. Fokus penelitian (konsep) 2 (jika menggunakan 2 konsep)
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, aspek / dimensi
/ komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya



BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek penelitian
: berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian dan jumlah subjek yang akan diteliti
B. Tahap-tahap penelitian
: berisi gambaran mengenai tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian
C. Teknik pengumpulan data
: gambaran mengenai teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data
D. Instrumen Penelitian
: alat bantu yang digunakan di dalam penelitian
E. Keabsahan dan keajegan penelitian
: berisi pengertian dan gambaran mengenai konsep keabsahan (validitas - dimana didalamnya termasuk triangulasi data) dan keajegan (reliabilitas - termasuk cek dan ricek)


BAB IV PENUTUP
A.Simpulan
: berupa poin-poin yang berisi hasil penelitian yang menjawab pertanyaan
penelitian dan hasil temuan lainnya.
B. Saran
: saran untuk subjek atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kasus tersebut, juga untuk peneliti selanjutnya

Daftar Pustaka
Lampiran (termasuk pedoman wawancara, pedoman observasi, verbatim)




















STUDI KASUS (2)

Keterangan :

Format untuk laporan studi kasus psikologi indutri - organisasi. Jumlah subjek : 1 orang / 1 perusahaan (identitas dirahasiakan)

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
: berisi latar belakang masalah, berupa pengantar singkat mengenai alasan
mengapa topik tersebut diteliti
B. Pertanyaan Penelitian
: Permasalahan yang diajukan dalam penelitian (berbentuk kalimat tanya - mengapa, bagaimana)
C. Tujuan Penelitian
: berisi tujuan diadakannya penelitian tersebut
D. Manfaat Penelitian
: manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Fokus Penelitian (konsep) 1
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
B. Fokus penelitian (konsep) 2 (jika menggunakan 2 konsep)
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya

BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek penelitian
: berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian dan jumlah subjek yang akan diteliti
B. Tahap-tahap penelitian
: berisi gambaran mengenai tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian
C. Teknik pengumpulan data
: gambaran mengenai teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data
D. Instrumen Penelitian
: alat bantu yang digunakan di dalam penelitian
E. Keabsahan dan keajegan penelitian
: berisi pengertian dan gambaran mengenai konsep keabsahan (validitas - dimana didalamnya termasuk triangraasi data) dan keajegan (reliabilitas - termasuk cek dan ricek)


BAB IV PENUTUP

A.Simpulan
: berupa poin-poin yang berisi hasil penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian dan hasil temuan lainnya.
B. Saran
: saran untuk subjek atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kasus tersebut, juga untuk peneliti selanjutnya

Daftar Pustaka
Lampiran (termasuk pedoman wawancara, pedoman observasi, verbatim)




STUDI KASUS (3)

Keterangan :
Format untuk laporan studi kasus psikologi komunitas. Jumlah : 1 kasus di suatu komunitas

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
: berisi latar belakang masalah, berupa pengantar singkat mengenai alasan mengapa topik tersebut diteliti
B. Pertanyaan Penelitian
: Permasalahan yang diajukan dalam penelitian (berbentuk kalimat tanya – mengapa, bagaimana)
C. Tujuan Penelitian
: berisi tujuan diadakannya penelitian tersebut
D. Manfaat Penelitian
: manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Psikologi Komunitas
: berisi pengertian dan berbagai aspek yang berkaitan dengan psikologi
komunitas (program, prinsip-prinsip, dsb)
C. Fokus Penelitian (konsep) 1
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya
D. Fokus penelitian (konsep) 2 (jika menggunakan 2 konsep)
: berisi pengertian atau definisi konsep tersebut, aspek / dimensi / komponen / bentuk / gejala dsb dari konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut, faktor­faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya

BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek penelitian
: berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian dan jumlah subjek yang akan diteliti
B. Tahap-tahap penelitian
: berisi gambaran mengenai tahap persiapan dan pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian
C. Teknik pengumpulan data
: gambaran mengenai teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data
D. Instrumen Penelitian
: alat bantu yang digunakan di dalam penelitian

E. Keabsahan dan keajegan penelitian
: berisi pengertian dan gambaran mengenai konsep keabsahan (validitas - dimana didalamnya termasuk triangulasi data) dan keajegan (reliabilitas - termasuk cek dan ricek)


BAB IV PENUTUP
A.Simpulan
: berupa poin-poin yang berisi hasil penelitian yang menjawab pertanyaan penelitian dan hasil temuan lainnya.
B. Saran
: saran untuk subjek atau pihak-pihak yang berkaitan dengan kasus tersebut, juga untuk peneliti selanjutnya

Daftar Pustaka
Lampiran (termasuk pedoman wawancara, pedoman observasi, verbatim)

Keterangan :
Subjek I : orang kunci pada komunitas tersebut / anggota komunitas biasa Subjek IIE.
Keabsahan dan keajegan penelitian
Subyek II : orang yang memahami masalah komunitas tersebut (setara dengan significant
other)


STANDAR PENILAIAN

Kriteria yang digunakan dalam penilaian adalah sebagai berikut :
1. Presentasi
: alat bantu yang digunakan, materi yang dipresentasikan, kelancaran, sikap, dll
2. Penulisan Materi
: materi yang diangkat, alur/logika penulisan, metode penelitian yang
digunakan, kesesuaian format, tata bahasa, dsb
3. Penguasaan Materi
: penguasaan atas masalah yang diangkat, teori yang digunakan, metodologi, kemampuan menjawab pertanyaan
PENULISAN ILMIAH (PI)

1. Bentuk Laporan
: berupa proposal, yaitu dalam bentuk proposal penelitian kuantitatif, proposal penelitian kualitatif dan proposal studi kasus (belum mengambil subjek)
2. Format aporan / tata penulisan
: sama dengan laporan tugas akhir / skripsi (baik untuk penelitian kuantitatif, kualitatif maupun studi kasus), namun hanya sampai Bab III
3. Standar Penilaian
: sama dengan standar penilaian pada tugas akhir / skripsi

Cara Cepat menyusun Skripsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis. Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar “lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi”.

Saya juga sering mendapat kiriman pertanyaan tentang bagaimana menyusun skripsi dengan baik dan benar. Ada juga beberapa yang menanyakan masalah teknis tertentu dengan skripsinya. Karena keterbatasan waktu, lebih baik saya jawab saja secara berjamaah di sini. Sekalian supaya bisa disimak oleh audiens yang lain.

Karena target pembacanya cukup luas dan tidak spesifik, maka tulisan ini akan lebih memaparkan tentang konsep dan prinsip dasar. Tulisan ini tidak akan menjelaskan terlalu jauh tentang aspek teknis skripsi/penelitian. Jadi, jangan menanyakan saya soal cara menyiasati internal validity, tips meningkatakan response rate, cara-cara dalam pengujian statistik, bagaimana melakukan interpretasi hasil, dan seterusnya. Itu adalah tugas pembimbing Anda. Bukan tugas saya.
Apa itu Skripsi

Saya yakin (hampir) semua orang sudah tahu apa itu skripsi. Seperti sudah dituliskan di atas, skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3).

Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum “berhak” untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.

Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus).

Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah “belajar meneliti”.

Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat.
Miskonsepsi tentang Skripsi

Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya “ditujukan” untuk mahasiswa-mahasiswa dengan kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi antara kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas rata-rata.

Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah keilmiahan yang baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua pendekatan yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik (scientific approach) biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif (statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist approach) umumnya tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk menemukan teori, hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan sejalan dengan grounded theory.

Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu minder jika Anda mengacu pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang lain.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan

Siapkan Diri. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan seberat apapun.

Minta Doa Restu. Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

Buat Time Table. Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul, kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah benar-benar selesai.

Berdayakan Internet. Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau ProQuest.

Jadilah Proaktif. Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, “mengejar” untuk bimbingan, dan seterusnya.

Be Flexible. Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan hal-hal yang demikian itu.

Jujur. Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu membuatkan skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus, pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.

Siapkan Duit. Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos untuk membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden, dan sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana. Ironis kan?
Tahap-tahap Persiapan

Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek penelitian dan Anda akan “ditarik” masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen pembimbing.

Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.

Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.

Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda pun akan cukup berkualitas.

Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas, penguji biasanya sudah “hafal di luar kepala” sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan Anda pada ujian skripsi nantinya.

Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada melacak referensi yang bertahun 1970-1980.

Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak selalu harus ditulis secara “baku”. Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
Kiat Memilih Dosen Pembimbing

Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital karena nasib Anda benar-benar berada di tangannya. Memang benar bahwa dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama penulisan skripsi. Akan tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang “benar-benar membimbing” skripsi Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing Anda dengan “melepas” dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing adalah salah satu elemen penting yang mendukung kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.

Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan tersendiri soal dosen pembimbing ini. Anda bisa memilih sendiri dosen pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang memilihkan dosen pembimbing buat Anda. Tentu saja lebih “enak” kalau Anda bisa memilih sendiri dosen pembimbing untuk skripsi Anda.

Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?

Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai: (1) dosen senior, dan (2) dosen junior. Dosen senior umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar doktor (atau professor), dengan jam terbang yang cukup tinggi. Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di bawah 40 tahun, umumnya masih bergelar master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan kampus.

Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sebagai contoh, kalau Anda memilih dosen pembimbing senior, biasanya Anda akan mengalami kesulitan sebagai berikut:

* Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.
* Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang tinggi dan jadwal yang sangat padat.

Tapi, keuntungannya:

* Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.
* Anda akan “tertolong” saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen penguji lain (yang kemungkinan masih junior/baru bergelar master) akan merasa sungkan untuk “membantai” Anda.
* Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.

Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda akan lebih mudah selama proses bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai di lingkungan kampus karena jam terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen muda umumnya juga tidak “jaim” dan “sok” kepada mahasiswanya.

Tapi, kerugiannya, Anda akan benar-benar “sendirian” ketika menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen penguji lain lebih senior daripada dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan “dihajar” cukup telak. Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa membantu/membela Anda.

Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.
Format Skripsi yang Benar

Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman penulisan hasil penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten, tebal halaman, jenis kertas dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil penelitian dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut.

Pendahuluan. Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang melandasi penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat tercapai melalui penelitian ini, dan kontribusi yang akan diberikan dari penelitian ini.

Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis. Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas di bab pertama, kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis. Pastikan bahwa bagian ini align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat banyak juga mahasiswa yang “gagal” menyusun alignment ini. Akibatnya, skripsinya terasa kurang make sense dan nggak nyambung.

Metodologi Penelitian. Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan karakter data yang digunakan, model penelitian yang diacu, dan sebagainya.

Hasil Penelitian. Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.

Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran. Hasil penelitian harus disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus menyimpulkan keberhasilan tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang mengganggu, juga saran-saran untuk penelitian mendatang akibat dari keterbatasan yang dijumpai pada penelitian ini.

Jangan lupa untuk melakukan proof-reading dan peer-review. Proof-reading dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan tulis (typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi. Peer-review dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen pembimbing Anda), kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa kompeten, atau keluarga/orang tua (apabila latar belakang pendidikannya serupa dengan Anda).
Beberapa Kesalahan Pemula

Ketidakjelasan Isu. Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang) berlembar-lembar, tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.

Tujuan Riset & Tujuan Periset. Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan fatal. Tujuan riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapatkan gelar S1.

Bab I: Bagian Terpenting. Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari sebuah skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom ketakutan jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau ditolak. Padahal, menurut saya, bagian terpenting skripsi adalah Bab I. Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti dengan sendirinya. (baca juga: Joint Hypotheses)

Padding. Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam acuan dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam daftar acuan.

Joint Hypotheses. Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi antara fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan penelitian ingatlah selalu bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu pula dengan metode yang digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau keduanya), bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.

Keterbatasan & Kemalasan. Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset dan “kemalasan riset”. Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi (atau tidak dapat dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan karena kemalasan periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.

Kontribusi Riset. Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik sponsor atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset selayaknya dijelaskan dengan lugas dan gamblang, termasuk pihak mana saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, apa korelasinya dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan dana sponsor.
Menghadapi Ujian Skripsi

Benar. Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral examination). Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius tetapi ternyata gagal dalam menghadapi ujian pendadaran. Di dalam ruang ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan, grogi, gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus dihadapi.

Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di hadapan dewan penguji. Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus tidaknya Anda dan berapa nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang diberikan oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang juga keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat. Waktu yang diberikan biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.

Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan menguji sejauh mana pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda pelajari. Tentu saja tidak semua mata kuliah diujikan, melainkan hanya mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa pertanyaan yang spesifik, baik konseptual maupun teknis.

Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian skripsi sebaiknya tidak perlu disikapi sebagai sesuatu yang terlalu menakutkan. Ujian skripsi adalah “konfirmasi” atas apa yang sudah Anda lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa yang Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda akan perform well.

Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu betul apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu Anda paparkan semuanya secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan jawabannya dengan baik. Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di hadapan dewan penguji.

Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk berdoa atau menjalankan sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi benar-benar sangat membantu.

Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu tanpa ada kendala dan kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya adalah seorang professor dengan jam terbang sangat tinggi. Selama berada dalam ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari sesekali tertawa. Dan Alhamdulillah saya mendapat nilai A.

Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa, seharusnya Anda sekalian pun bisa.
Pasca Ujian Skripsi

Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal revisi, bawa ke tukang jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar. Setelah Anda dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar sarjana yang selama ini Anda inginkan.

Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup. Sebenarnya Anda bisa melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda. Caranya?

Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda untuk kemudian dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau Anda memang ingin serius terjun di dunia ilmiah, lanjutkan dan kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3. Dengan demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang mudah-mudahan bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.

Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan arif dalam menciptakan serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan tetapi, dengan melakukan penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat bangkit mengejar ketertinggalan.

Sample Proposal (English)

Sample Proposal (English)



All research reports use roughly the same format. It doesn't matter whether you've done a customer satisfaction survey, an employee opinion survey, a health care survey, or a marketing research survey. All have the same basic structure and format. The rationale is that readers of research reports (i.e., decision makers, funders, etc.) will know exactly where to find the information they are looking for, regardless of the individual report.

Once you've learned the basic rules for research proposal and report writing, you can apply them to any research discipline. The same rules apply to writing a proposal, a thesis, a dissertation, or any business research report.

The most commonly used style for writing research reports is called "APA" and the rules are described in the Publication Manual of the American Psychological Association. Any library or bookstore will have it readily available. The style guide contains hundreds of rules for grammar, layout, and syntax. This paper will cover the most important ones.

Avoid the use of first person pronouns. Refer to yourself or the research team in third person. Instead of saying "I will ..." or "We will ...", say something like "The researcher will ..." or "The research team will ...".

A suggestion: Never present a draft (rough) copy of your proposal, thesis, dissertation, or research paper...even if asked. A paper that looks like a draft, will interpreted as such, and you can expect extensive and liberal modifications. Take the time to put your paper in perfect APA format before showing it to anyone else. The payoff will be great since it will then be perceived as a final paper, and there will be far fewer changes.



Chapter 1 INTRODUCTION

1.1. Background

The researcher has chosen to study the language usage in the Philippines because the country is the classic example of local language policy. For over five hundred years this interference affected language usage in all sectors of life. The Philippine became an American territory on the day the Treaty of Paris was signed. The first and perhaps the master stroke in the plan to use education as an instrument of colonial policy, was the decision to use English as the medium of instruction. With American textbooks, Filipinos started learning not only a new language but also a new way of life, alien to their traditions. Based on Ethnological Databases in 1980, 52% of Filipinos in the Philippines claim to speak English as a second language. If accurate, this makes the Philippines one of the largest English speaking countries in the world. The use of English in almost every domain of Philippine life gave birth to a new variety of English, called Philippine English. Due to the multi-dialectical attribute of the Philippine, substrata varieties of Philippine English also exist (Agana, 1999).

Having lived and worked in the Philippines for a period of nearly eight nearly eight years, the researcher was constantly aware of the problems arising from this special situation. This personal experience will be invaluable in guiding the consideration of the issues and the proposals the researcher intends to make, based on this study, for future language policy.



1.2. Statement of the Problem

The present language and educational situation serves as an impetus for the researcher to study the influences of the English language in the Philippines by tracing its presence and influences from the early 1800’s to the present by looking at the language and educational policies and programs formulated and implemented across the generations. In other words, the problem here deals with the historical development of English used in the Philippines and Filipino, the national language of the Philippines.

The problems to be discussed in this research are:

1. Why is English used as the medium of instruction in all schools and universities?

2. What is the importance of English usage in educational system in relation to student's social life and future opportunities?

To answer these questions, the writer embarked on an intensive research work geared towards the ample fulfillment of these answers and several outlying questions.



1.3. Objectives of the Study

The general objectives of this study are:

to analyze how American-English affects language policies and programs of the Philippines in terms of educational system;

to analyze how American-English affection was institutionalized in the educational system.

The special objectives of this study are:

to look at educational and language policies and see up to what extent these language policies and programs in educational system are influenced by English presence in Philippine society;

to find out the present status of the English language among Filipinos, as the result of bilingual educational system from 1974 until 1980s.



1.4. Significance of the Study

This study is particularly important because debates as to the reinstatement of English as the sole media of instruction in Philippine schools and universities are presently taking center stage given the steadily worsening performance of students in national entrance examinations and professional licensing exams given in English. Not a few blame the current Bilingual Education Policy of the Department of Education, which they contend only serves to confuse students given its dual aim of promoting both English and Filipino. Those who purposely diminish English importance in the country are to go against what the rest of the world is doing.

This research is connected with social development of tile Philippines in relation to the usage of English and development of Filipino (Tagalog) language since this language is still developing. The researcher hopes to give light on these points, to investigate the influences American - English has over the country's language policies and why it is constantly mired in Philippine language controversies, and also how to develop better language policies in bilingual education system.



1.5. Definition of Key Terms

1. Language Planning- Deliberate language change; changes in the system of language code or speaking or both that are planned by organizations that are established for such purpose or given a mandate to fulfill such purposes.
2. Bilingual Education - Simultaneous teaching of two more language dialects or vernaculars. In case of the Philippines, English and Pilipino / Filipino are to be taught in schools and colleges. Experiments were done in 1960- 1966 and proved the value of adequately trained teachers, carefully prepared materials, and excellent supervision. This study disproved notion that the teaching or use of three languages simultaneously would confuse children. (Rubin, J and Jernudd, B.(eds) 1975).
3. Pilipino/Filipino- Pilipino is the national language of the Philippines, an artificial language in development. From Pilippino a new language shall be developed, which will be called later as Filipino. Pilipino will then be replaced by Filipino as the national language. Pilipino is derived from Tagalog. Tagalog became the basis of the Pilipino language.
4. Tagalog- was the dialect spoken in the eight united Philippine provinces during Spanish colonial rule. It is the lingua franca of Manila and its neighboring provinces and is understood in almost of the part of Luzon. Manila is the seat of the Government; became the basis of Pilipino/Filipino. No other dialect is widely spoken or understood. It also dominates the Philippine cultural lifestyle. (www.angelfire.com/aka/RJPA/ Directory/ecolinguistics.html) 27.2.2006.



Chapter 2 REVIEW OF LITERATURE

The writer has extensively covered studies and works of both Filipino and other foreign authorship in preparing for this study. The following works contributed and helped the researcher a great deal in this present study.

Regarding the early presence of American-English in the Philippines, the researcher obtained references from Cuesta (1958). Cuesta gave an account of the English language during the American Regime. It was stated that as early as 1903, the American government began sending Filipino students to American colleges and upon their return they were assigned to teach in public schools. She likewise delved into me major phases of the English language which proved difficult for Filipinos. These phases included pronunciation, grammar, rhetoric, style and idioms.

On the present Bilingual Education Policy (BEP), scholarly works have been written by authors like Pascasio (1973), Bonifacio (1977), Ramos (1990), Otanes, Sevilla, Gonzalez, Segovia and Sibayan (1988).

Gonzalez and Sibayan (1988) for instance, made a comprehensive study regarding the scholastic achievements nationwide after eleven years of the Bilingual Education Policy’s implementation. Also teacher competence and proficiency was measured through a battery of tests.

Sibayan and Gonzalez’s study revealed that: 1) almost all adults (administration, faculty and parents), except for the Pilipino faculty, were non-committal towards the BEP and were not favorably disposed to the expanded use of Pilipino; 2) Pilipino teachers in general, when compared with the rest of the faculty, fare badly and are not significantly better in Pilipino than their peers, and 3). Tagalog students enjoy a real advantage over non-Tagalogs. It is recommended by the survey team that compensatory education be given to students from minority groups to mitigate this inequality.

In a similar study to Sibayan and Gonzalez’s, Segovia (1988) investigated the BEP’s implementation in the tertiary level. Segovia and her team concluded that based on their findings, tertiary level administrators, teachers, professors, and students perceive Pilipino to be the language of unity and/or national identity; however, one can be a nationalist even without the facility for communication in Pilipino. The respondents perceive English as a language of socio-economic mobility, educational advancement and international understanding.

Sevilla’s (1988) study gave the writer an idea of the awareness levels regarding the BEP among parents and among government and non-government organizations. Sevilla’s study provided the basis for the writer’s report on English’ presence and utilization in the government and business scenes.

Of valuable assistance are the works of Fishman, Pascasio and Bowen on bilingualism included in Sibayan and Gonzalez’s edited work “Language Planning and the Building of a National Language” (1977).

Works related to the researcher’s topic are quite numerous. However, the above mentioned works provided the bulk of the materials used by the researcher in writing this study.



Chapters 3 RESEARCH METHODOLOGY


3.1. Research Framework

The framework from this study is a historical research which is based on the chronological events. This research is synthesized, abstracted and explored from theories and scientific thinking in order to solve the problem.


3.2. Research Method

In preparation for this study the researcher will trace the introduction of American English in the Philippines, using a historical approach. From there the researcher will consider the status of American English in the country at present, taking careful note of the gradual integration of American English into Philippine society, particularly education. It is the educational system which is the main channel through which language policies are carried out.

Historical research has been defined as the systematic and objective location, evaluation and synthesis of evidence in order to establish facts and draw conclusions about past events (Borg, 1963). It qualifies as a scientific endeavor from the standpoint of its subscription to the same principles and the same general scholarship that characterizes all scientific research.

The values of historical research have been categorized by Hill and Garber (1950) as follows:

It enables solutions to contemporary problems to be sought in the past;

It throws light on present and future trends;

It stresses the relative importance and the effects of the various interactions that are to be found within all cultures;

It allows for the revolution of data in relation to selected hypothesis, theories and generalizations that are presently held about the past.

There are drawbacks to historical research. It is an attempt to reconstruct a previous age using data from the personal experiences of others, from documents and records. Researchers have to contend with inadequate information so that their reconstructions tend to be sketches rather than portraits.

Ultimately, historical research is concerned with a broad view of the conditions and not necessarily the specifics which bring them about, even though such a synthesis is rarely achieved without intense debate or controversy, especially on matters of detail. Despite these drawbacks, the ability of history to employ the past to predict the future, and to use the present to explain the past, gives it a dual and unique quality which makes it especially useful for all sorts of scholarly study and research.

Indeed the particular value of historical research in the field of education is unquestioned. It can yield insights into some educational problems that could not be achieved by any other means. Furthermore, it can help to establish a sound basis for further progress and change, and show how and why educational theories and practices developed. It enables educationalists to use former practices to evaluate newer, emerging ones and it can contribute to fuller understanding of the relationship between politics and education. These elements are always interrelated.

Historical research may be structured by a flexible sequence of stages beginning with the selection and evaluation of a problem or area of study. Then follows the definition of the problem in more precise terms, the selection of sources of data, collection, classification and processing of the data, and, finally, the evaluation and synthesis of the data into a balanced and objective account of the subject under investigation. The principle difference between the method of historical research and other research method used in education is highlighted by Borg:

“In historical research, it is especially important that the student carefully defines his problem and appraises its appropriateness before committing too fully. Many problems are not adaptable to historical research methods and cannot be adequately treated using this approach.” (Borg, 1963)

Once a topic has been selected and its potential and significance for historical research evaluated, the next stage is to define it more precisely, or delimit it so that a more potent analysis will result. Too broad or too vague a statement can result in the final report lacking direction or impact “Research must be a penetrating analysis of a limited problem, rather than the superficial examination of a broad area. The weapon of research is the rifle not the shotgun” (Best, 1970). Gottschalk (1951) recommends that four questions be asked in identifying a topic:

Where do the events take place?

Who are the people involved?

When do the events occur?

What kinds of human activity are involved?

As Travers (1969) suggests, the scope of a topic can be modified by adjusting the focus of any one of the four categories; the geographical area involved can be increased or decreased; more or fewer people can be included in the topic; the time span involved can be increased or decreased; and the human activity category can be broadened or narrowed.

The student must exercise strict self-control in his study of historical documents or he will find himself collecting much information that is interesting but is not related to his area of inquiry (Hockett, 1955).

This research approach is qualitative, which means the following:

(The researcher) captures and discovers meaning once he becomes immersed in the data.

Concepts are in the form of themes, motifs, generalizations, and taxonomies.

Measures are created in an ad hoc manner and are often specific to the individual setting or researcher.

Data are in the form of words from documents, observations, and transcripts.

Theory can be causal or non causal and is often inductive.

Research procedures are particular and replication is very rare.

Analysis proceeds by extracting themes or generalizations from evidence and organizing data to present a coherent, consistent picture (Neuman, 1994).

It is historical and chronological, putting all the historical data in chronological order. Due to limited sources, most of the research done for this work will be based on a survey of the published works of noted Philippine and foreign linguists, language planners, and educators.



3.3. Research Data

One of the principal differences between historical research and other forms of research is that historical research must deal with data that already exists.

“History is not science of direct observation, like chemistry or physics. The historian like the geologist interprets past events by the traces they have left; he deals with the evidence of man’s past acts and thought. But the historian, no less than scientist, must utilize evidence resulting on reliable observation. The difference in procedure is due to the fact that the historian usually does not make his own observations, and that those upon whose observations he must depend are, or were, often if not usually untrained observers. Historical method is...a process supplementary to observations, a process by which the historian attempts to test the truthfulness of the reports of observations made by others” (Hockett, 1955).



3.4. Research Instruments

Sources of data may be classified into two main groups: primary sources, which are the life blood of historical research; and secondary sources, which may be used in the absence of, or to supplement, primary data.

Primary sources of data have been described as those items that are original to the problem under study. Category two includes not only written and oral testimony given by actual participants or witnesses, but also the participants themselves. Whether or not these sources were meant for the intent purpose of passing on information is irrelevant. If a source is, intentionally or unintentionally, capable of transmitting a first-hand account of an event, it is considered a source of primary data.

Secondary sources are those that do not bear a direct physical relationship to the event being studied. This includes third person accounts etc. Best (1970) points out those secondary sources are of limited worth because of the errors that result when information is passed on from one person to another. The importance of using primary sources where possible cannot be stressed enough. The value, too, of secondary sources should not be minimized.

The review of the literature in other forms of educational research is regarded as a preparatory stage to gathering data and serves to acquaint researchers with previous research on the topics they are studying (Travers, 1969). The function of the review of the literature in historical research is different in that it provides the data for research; the researchers’ acceptance or otherwise of their hypotheses will depend on their selection of information from the review and the interpretation they put on it. Borg (1963) has identified other differences: one is that the historical researcher will have to peruse longer documents than the empirical researcher who normally studies articles very much more succinct and precise. And one final point document in education often consists of unpublished material and is therefore less accessible than reports of empirical studies in professional journals.



3.5. Scope and Research Location

3.5.1. Scope

The scope of this research is the influence of American-English on Philippine language planning and policy. The research work done on this work is primarily concerned itself with the investigation of these influences of American-English on Philippine language policies as implemented in the educational system and the effects thereof.

This study also gives a brief account of the still existing Philippine language controversy and the “entrenchment and assimilation” of American-English in Philippine Media, Government and the society as a whole.

It would be most ideal to be able to report on the actual processes that take place in the formulation. Planning and implementation of language policies and interviewing members of the Philippine language Cultivation Council and/or of the Language Planning Board could have been carried out. However due to time and resource constraints, and their unavailability for an audience, this remains to be an ideal.



3.5.2. Research Location

The research location was inhabitants of Manila, Dagupan City, Baguio City, and Ilocos region. The researcher met and interviewed them. The researcher will elaborate this topic later in the dissertation.



3.6. Data Collection Technique

Data and information gathered from records and documents must be carefully evaluated so as to attest their worth for the purpose of the particular study. Evaluation of historical data and information is often referred to historical criticism and the reliable data yielded by the process are known as historical evidence. Historical evidence has thus been described as that body of validated facts and information which can be accepted as trustworthy. Historical criticism is usually undertaken in two stages: first, the authenticity of the source is appraised; and second, the accuracy or worth of the data is evaluated. These two processes are known as external and internal criticism respectively.

External criticism is concerned with establishing the authenticity or genuineness of data. It authenticates the document (or other source) itself rather than the information it contains. It therefore sets out to uncover frauds, forgeries, hoaxes, inventions or distortions.

After the document authenticity has been established, the next task is to evaluate the accuracy and worth of the data contained therein. This presents a more difficult problem than external criticism does. The credibility of the author of the documents has to be established. A number of factors must be taken into account, that is 1) whether they were trained observers of the events, 2) kinds of their relationships to the events, 3) to what extent they were under pressure, from fear or vanity, to distort or omit facts, 4) what the intents of the authors of the documents were, 5) to what extent they were experts at recording those particular events, 6) they were too antagonistic or too sympathetic to give true picture, 7) how long after the event they recorded their account, and 8) whether they are in agreement with other independent witnesses.

A particular problem that arises from these questions is that of bias. There are three generally recognized sources of bias: those arising from the subject being interviewed, those arising from themselves as researchers and those arising from the subject-researcher interaction (Travers, 1969).



3.6.1. Data Collected from People

The researcher met people in Dagupan City and distributed questionnaires, and the respondents answered and the researcher collected the data in 1987. The discussion oh this topic will be discussed further in the dissertation.

3.6.2. Data Collected from Documents

The researcher collected documents from Philippine Government archives, and various bureaus. The discussion on these documents will be elaborated in the dissertation.



Bibliography

Alzona, E. 1932. History of Education in the Philippines: 1965-1930. 1st ed. Manila: University of the Philippines Press.

Prinsip Metodologi Penelitian Ilmiah

Prinsip Metodologi Penelitian Ilmiah

Mengingatkan saya sewaktu pertama kali mendapat tugas untuk mengerjakan proposal pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Karena banyak hal (misal bolos kuliah), akhirnya sewaktu bertemu bagian metodologi, saya hanya bisa bingung, “Apa yang harus saya isi pada bagian ini? Apa bisa ‘mengarang indah’?”

Akhirnya saya sedikit mengerti tentang metodologi: (mudahnya kurang lebih begini)



Jika seorang berbicara tentang cara seorang peneliti melakukan percobaan lapangan, dimana dalam menentukan plot di lapangan, ia pertama-tama membagi daerah dalam 4 (empat) buah blok. Kemudian blok-blok tersebut dibagi 4 (empat). Diteruskan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing blok tersebut, dan seterusnya. Maka yang dibicarakan di sini adalah Prosedur Penelitian. Jika kita membicarakan bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan, maka yang dibicarakan adalah Metode Penelitian.


Berikut ini saya kutipkan beberapa prinsip metodologi dari Titin Supenti dalam Sukses Membuat Proposal .

(http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Proposal_Penelitian).



Prinsip Metodologi

Metodologi merupakan bagian epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatarbelakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuwan maupun peneliti di dalam kegiatan ilmiah mereka.

Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, diantaranya:



A. Rene Descartes

Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6 (enam ) prinsip metodologi yaitu:

1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali dengan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada umumnya dimiliki oleh semua orang. Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimaksud yaitu: (1) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi, (2) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.(3) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mulai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan diantara objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban baru. (4) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu pun yang ketinggalan. (5)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggambarkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode sebagai berikut: (1) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak. (2) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan maupun yang paling meragukan. (3) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada merombak tatanan dunia.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat membayangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena terbukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain. Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesuatu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
5. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia yang terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas). Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang tentunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.


B. Alfred Julesayer

Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Logic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip verifikasi. Terdapat dua jenis verifikasi yaitu:

1. Verifikasi dalam arti yang ketat (strong verifiable) yaitu sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu mendukung pengalaman secara meyakinkan.
2. Verifikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah membuka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan sebagai pernyataan yang mengandung makna.
3. Ayer menampik kekuatiran metafisika dalam dunia ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metafisika (termasuk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEANING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat dilakukan verifikasi apapun



C. Karl Raimund Popper

K.R. Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. K.R. Popper mengajukan prinsip verifikasi sebagai berikut:

1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipotetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir.
Setiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain yang lebih tepat.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti gejala (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang berhasil dibenarkan (justifikasi) akan berubah menjadi hukum.
K.R. Popper menolak cara kerja di atas, terutama pada asas verifiabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verifikasi pengamatan empiris.
3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Maksudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebenarannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya, jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih melalui prinsip falsifiabilitas itu cukup ditemukan seekor angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hijau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut. Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut semakin diperkokoh (CORROBORATION).

Akhirnya, semoga peristiwa mengarang indah seperti yang saya lamunkan dapat dihindari dan sekelumit eceran informasi ini bisa mengisi penelitian yang benar indah.



Sumber: http://supermahasiswa.multiply.com/journal/item/5/Sukses_Membuat_Proposal_Penelitian.







Lihat resource yang lain:

Prinsip Metodologi Penelitian

Definisi Penelitian

Jenis-jenis Penelitian

Kode Etik Penelitian di Internet

How to Do Ethnographic Research: A Simplified Guide

Sampling Methods

Components of a Research Proposal

Rencana Kerja Penulisan Proposal Skripsi

Sample Proposal (English)

Sample Proposal (Arabic)

Proposal Penelitian Kualitatif

Proposal Penelitian Kuantitatif

Proposal Penelitian Kajian Pustaka

Proposal Penelitian Pengembangan

Jenis-jenis Penelitian Ilmiah

Jenis-jenis Penelitian Ilmiah
Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain berdasarkan: (1) Tujuan; (2) Pendekatan; (3) Tempat; (4) Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh; (5) Bidang ilmu yang diteliti; (6) Taraf Penelitian; (7) Teknik yang digunakan; (8) Keilmiahan; (9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan. Berikut ini masing-masing pembagiannya.

Berdasarkan hasil/alasan yang diperoleh:

1. Basic Research (Penelitian Dasar), Mempunyai alasan intelektual, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan;
2. Applied Reseach (Penelitian Terapan), Mempunyai alasan praktis, keinginan untuk mengetahui; bertujuan agar dapat melakukan sesuatu yang lebih baik, efektif, efisien.



Berdasarkan Bidang yang diteliti:

1. Penelitian Sosial, secara khusus meneliti bidang sosial: ekonomi, pendidikan, hukum, dsb.
2. Penelitian Eksakta, secara khusus meneliti bidang eksakta: Kimia, Fisika, Teknik, dsb.



Berdasarkan Tempat Penelitian :

1. Field Research (Penelitian Lapangan), langsung di lapangan;
2. Library Research (Penelitian Kepustakaan), dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) dari penelitian sebelumnya;
3. Laboratory Research (Penelitian Laboratorium), dilaksanakan pada tempat tertentu / lab, biasanya bersifat eksperimen atau percobaan;



Berdasarkan Teknik yang digunakan :

1. Survey Research (Penelitian Survei), tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.
2. Experimen Research (Penelitian Percobaan), dilakukan perubahan (ada perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.



Berdasarkan Keilmiahan :

1. Penelitian Ilmiah

Menggunakan kaidah-kaidah ilmiah (Mengemukakan pokok-pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah/meyakinkan. Ada dua kriteria dalam menentukan kadar/tinggi-rendahnya mutu ilmiah suatu penelitian yaitu:

1. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang diteliti:
2. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama dapat dicapai apabila data yang sama ditemukan di tempat/waktu lain;

Ciri-ciri penelitian ilmiah adalah:

1. Purposiveness, fokus tujuan yang jelas;
2. Rigor, teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik;
3. Testibility, prosedur pengujian hipotesis jelas
4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat dilihat;
8. Parsimony, Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.



2. Penelitian non ilmiah (Tidak menggunakan metode atau kaidah-kaidah ilmiah)

* Berdasarkan Spesialisasi Bidang (ilmu) garapannya : Bisnis (Akunting, Keuangan, Manajemen, Pemasaran), Komunikasi (Massa, Bisnis, Kehumasan/PR, Periklanan), Hukum (Perdata, Pidana, Tatanegara, Internasional), Pertanian (agribisnis, Agronomi, Budi Daya Tanaman, Hama Tanaman), Teknik, Ekonomi (Mikro, Makro, Pembangunan), dll.
* Berdasarkan dari hadirnya variabel (ubahan) : variabel adalah hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap, yang menunjukkan variasi baik kuantitatif maupun kualitatif. Variabel : masa lalu, sekarang, akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan / menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi) adalah penelitian deskriptif ( to describe = membeberkan/menggambarkan). Penelitian dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang adalah penelitian eksperimen.



Penelitian secara umum :

o Penelitian Survei:

* Untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada;
* Mencari keterangan secara faktual dari suatu kelompok, daerah dsb.
* Melakukan evaluasi serta perbandingan terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa;
* Dilakukan terhadap sejumlah individu / unit baik secara sensus maupun secara sampel;
* Hasilnya untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan;
* Penelitian ini dapat berupa :

1. Penelitian Exploratif (Penjajagan). Terbuka, mencari-cari, pengetahuan peneliti tentang masalah yang diteliti masih terbatas. Pertanyaan dalam studi penjajagan ini misalnya : Apakah yang paling mencemaskan anda dalam hal infrastruktur di daerah Kalbar dalam lima tahun terakhir ini? Menurut anda, bagaimana cara perawatan infrastruktur jalan dan jembatan yang baik.
2. Penelitian Deskriptif. Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis.
3. Penelitian Evaluasi. Mencari jawaban tentang pencapaian tujuan yang digariskan sebelumnya. Evaluasi di sini mencakup formatif (melihat dan meneliti pelaksanaan program), Sumatif (dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur pencapaian tujuan).
4. Penelitian Eksplanasi (Penjelasan). Menggunakan data yang sama, menjelaskan hubungan kausal antara variabel melalui pengujian hipotesis.
5. Penelitian Prediksi. Meramalkan fenomena atau keadaan tertentu;
6. Penelitian Pengembangan Sosial. Dikembangkan berdasarkan survei yang dilakukan secara berkala: Misal: Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kalbar, 1998-2003;



o Grounded Research

Mendasarkan diri pada fakta dan menggunakan analisis perbandingan; bertujuan mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep, membuktikan teori, mengembangkan teori; pengumpulan dan analisis data dalam waktu yang bersamaan. Dalam riset ini data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data. Ciri-cirinya : Data merupakan sumber teori dan sumber hipotesis, Teori menerangkan data setelah data diurai.



TUJUAN PENELITIAN :

Secara umum ada empat tujuan utama :

1. Tujuan Exploratif (Penemuan) : menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu
2. Tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada
3. Tujuan Developmental (Pengembangan) : mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah ada
4. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi)



PERANAN PENELITIAN

1. Pemecahan Masalah, meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu masalah yang kompleks dan kait-mengkait;
2. Memberikan jawaban atas pertanyaan dalam bidang yang diajukan, meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-fenomena dari masalah tersebut;
3. Mendapatkan pengetahuan / ilmu baru :



PERSYARATAN PENELITIAN :

1. Mengikuti konsep ilmiah
2. Sistematis/Pola tertentu
3. Terencana



Penelitian dikatakan baik bila :

1. Purposiveness, Tujuan yang jelas;
2. Exactitude, Dilakukan dengan hati-hati, cermat, teliti;
3. Testability, Dapat diuji atau dikaji;
4. Replicability, Dapat diulang oleh peneliti lain;
5. Precision and Confidence, Memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi atau sampel;
6. Objectivity, Bersifat objektif;
7. Generalization, Berlaku umum;
8. Parismony, Hemat, tidak berlebihan;
9. Consistency, data/ungkapan yang digunakan harus selalu sama bagi kata/ungkapan yang memiliki arti sama;
10. Coherency, Terdapat hubungan yang saling menjalin antara satu bagian dengan bagian lainnya.



PROSEDUR / LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN :

Garis besar :

1. Pembuatan rancangan;
2. Pelaksanaan penelitian;
3. Pembuatan laporan penelitian

Bagan arus kegiatan penelitian

1. Memilih Masalah; memerlukan kepekaan
2. Studi Pendahuluan; studi eksploratoris, mencari informasi;
3. Merumuskan Masalah; jelas, dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa
4. Merumuskan anggapan dasar; sebagai tempat berpijak, (hipotesis);
5. Memilih pendekatan; metode atau cara penelitian, jenis / tipe penelitian : sangat menentukan variabel apa, objeknya apa, subjeknya apa, sumber datanya di mana;
6. Menentukan variabel dan Sumber data; Apa yang akan diteliti? Data diperoleh dari mana?
7. Menentukan dan menyusun instrumen; apa jenis data, dari mana diperoleh? Observasi, interview, kuesioner?
8. Mengumpulkan data; dari mana, dengan cara apa?
9. Analisis data; memerlukan ketekunan dan pengertian terhadap data. Apa jenis data akan menentukan teknis analisisnya
10. Menarik kesimpulan; memerlukan kejujuran, apakah hipotesis terbukti?
11. Menyusun laporan; memerlukan penguasaan bahasa yang baik dan benar.

Sumber: (abdulhamid.files.wordpress.com)







Lihat resource yang lain:

Prinsip Metodologi Penelitian

Definisi Penelitian

Jenis-jenis Penelitian

Kode Etik Penelitian di Internet

How to Do Ethnographic Research: A Simplified Guide

Sampling Methods

Components of a Research Proposal

Rencana Kerja Penulisan Proposal Skripsi

Sample Proposal (English)

Sample Proposal (Arabic)

Proposal Penelitian Kualitatif

Proposal Penelitian Kuantitatif

Proposal Penelitian Kajian Pustaka

Proposal Penelitian Pengembangan

Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)

Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)
ImageSuatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.

Format Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )

2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.

4. Hipotesis Penelitian (jika ada)
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.

5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.

7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.

8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)

9. Metode Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

a. Rancangan Penelitian
Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)

b. Populasi dan Sampel
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.

c. Instrumen penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.

d. Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

e. Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.

(lihat analisis )

10. Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

11. Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.

(Lihat Contoh cara membuat rujukan)



Lihat resource yang lain:

Prinsip Metodologi Penelitian

Definisi Penelitian

Jenis-jenis Penelitian

Kode Etik Penelitian di Internet

How to Do Ethnographic Research: A Simplified Guide

Sampling Methods

Components of a Research Proposal

Rencana Kerja Penulisan Proposal Skripsi

Sample Proposal (English)

Sample Proposal (Arabic)

Proposal Penelitian Kualitatif

Proposal Penelitian Kuantitatif

Proposal Penelitian Kajian Pustaka

Proposal Penelitian Pengembangan