Sabtu, 03 April 2010

BESARAN DAN SATUAN

Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, luas, volume, dan kecepatan. Warna, indah, cantik bukan termasuk besaran karena ketiganya tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.
Besaran dibagi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran
Besaran
Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka, misalnya panjang, luas, volume, dan kecepatan. Warna, indah, cantik bukan termasuk besaran karena ketiganya tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan angka.
Besaran dibagi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Ada tujuh besaran pokok dalam Satuan Internasional (SI), seperti dalam tabel di bawah ini:
No. Besaran pokok Satuan SI Singkatan Alat ukur
1. Panjang meter m mistar
2. Massa kilogram kg neraca
3. Waktu sekon s stopwatch
4. Suhu kelvin k termometer
5. Kuat arus ampere a ampermeter
6. Jumlah molekul mole mol
7. Intensitas cahaya candela cd
Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari besaran pokok.
No. Besaran turunan Besaran pokok Satuan
1. Luas panjang x lebar m2
2. Volume panjang x lebar x tinggi m3
3. Kecepatan Jarak / waktu m/s

Contok PTK

Karya Tulis Ilmiah

PEMANFAATAN MEDIA PROYEKTOR DI LABORATORIUM KOMPUTER DALAM MEMBIMBING SISWA KELAS VIII A MENGENAI CARA MEMBUAT TABEL MENGGUNAKAN PROGRAM PENGOLAH KATA (MICROSOFT WORD)

Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
SUHIRMAN
NIM:09108249007

PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010

CONTOH LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) TIK
PEMANFAATAN MEDIA PROYEKTOR DI LABORATORIUM KOMPUTER DALAM MEMBIMBING SISWA KELAS VIII A MENGENAI CARA MEMBUAT TABEL MENGGUNAKAN PROGRAM PENGOLAH KATA (MICROSOFT WORD)

ABSTRAK
Proses pembelajaran Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) cenderung lebih banyak menggunakan tempat di laboratorium komputer daripada di dalam ruang kelas. Agar pembelajaran TIK di ruang laboratorium komputer menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, maka perlu dipilh media yang tepat yang dapat digunakan dalam ruang laboratorium komputer, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat mudah tercapai. Maka penulis perlu mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Pemanfaatan Media Proyektor di Laboratorium Komputer Dalam Membimbing Siswa Kelas VIII A Mengenai Cara Membuat tabel Menggunakan Program Pengolah Kata (Microsoft Word).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji seberapa besar manfaat media proyektor mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa apabila digunakan sebagai media pembelajaran di ruang laboratorium komputer.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga kelompok kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. . Langkah-langkah yang diterapkan dalam tindakan kelas menggunakan media pembelajaran berupa proyektor tersebut yaitu guru memberi contoh cara membuat tabel dengan menggunakan komputer yang disorotkan dengan proyektor (LCD) ke layar di depan kelas dengan cara langkah demi langkah. Setiap satu langkah yang diterangkan guru langsung dipraktekkan oleh siswa dengan prinsip siswa menirukan seperti apa yang dicontohkan guru. Dengan demikian praktek dengan cara meniru contoh yang sudah ada akan lebih mudah daripada hanya diterangkan dengan metode ceramah atau hanya dengan kata-kata saja.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran proyektor terjadi adanya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa. Hasil yang diperoleh dari ulangan melalui pos test Kelas VIII A setelah diberi pelajaran dengan menggunakan media proyektor memperoleh nilai rata-rata kelas 90,85. Dari hasil isian angket yang diberikan kepada 39 siswa yang masuk pada hari itu dimintai tanggapannya mengenai proses belajar mengajar menggunakan media proyektor ternyata dari 39 siswa kelas VIII A tersebut diperoleh data bahwa 100% responden menyatakan bahwa diberi pelajaran guru dengan media proyektor lebih jelas dan mudah diingat. bahwa 100% responden menyatakan bahwa lebih berminat jika diajar guru dengan media proyektor. Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa media proyektor sangat komunikatif dan sangat bermanfaat digunakan sebagai media pembelajaran di ruang laboratorium komputer dalam membimbing siswa mengenai cara membuat tabel menggunakan program pengolah kata (microsoft word).

BAB I dst selengkapnya bisa menghubungi 081913127080

Contoh PTK

Karya Tulis Ilmiah


PENINGKATAN
KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA (KEM)
DENGAN TEKNIK TRI FOKUS STEVE SNYDER

Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia


Oleh:
SUHIRMAN
NIM:09108249007


PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010


ABSTRAK


Abstrak. Kecepatan Etektif Membaca (KEM) siswa kelas 3 MI Hidayatusibyan Lancar, Wadaslinang masih rendah, yaitu 106 kpm. Angka ini masih jauh dari angka KEM ideal untuk siswa SLTP yaitu 250 kpm. Hal ini disebabkan antara lain belum diternukannya pendekatan/metode/teknik pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan, antara lain:
(1) agar siswa dapat menumbuhkan kemampuan membaca pemahaman untuk menangkap informasi bacaan, dan
(2) agar siswa dapat meningkatkan KEM mereka.

Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder. Pembelajaran tersebut dibagi dalam sejumlah kegiatan, yaitu; (1) pendahuluan, yang meliputi pemberian motivasi berkaitan dengan kegiatan membaca cepat dan pemahaman serta pengenalan (penjelasan) tentang teknik Tri Fokus Steve Snyder, (2) kegiatan inti, yaitu praktik membaca dengan teknik Tri Fokus Steve Snyder, dan (3) penutup, yaitu evaluasi atau pengukuran KEM siswa.

Berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang menggunakan Teknik Tri Fokus Steve Snyder dapat disimpulkan bahwa:
(1) rata-rata KEM siswa kelas 3 D meningkat dari 106,50 kpm pada pembelajaran pertama (tidak menggunakan teknik trifokus) menjadi 128,72 kpm pada pembelajaran kedua, dan
(2) terjadi perubahan minat, motivasi, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.



PENDAHULUAN

Hasil studi yang dilakukan oleh Book and Reading Development (1992) yang dilaporkan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa kebiasaan membaca belum terjadi pada siswa SD dan SLTP. Hasil studi tersebut juga menunjukkan adanya korelasi antara mutu pendidikan secara keseluruhan dengan waktu yang tersedia untuk membaca dan ketersediaan bahan bacaan. Selanjutnya hasil studi tersebut
menyimpulkan bahwa belum dimilikinya kebiasan membaca oleh siswa cenderung memberikan dampak negatife terhadap mutu pendidikan SD dan SLTP secara nasional (Sitepu: 1999).

Pada tahun yang sama, IEA (International Association for Evaluation Education Achievement) mengungkapkan bahwa kebisaaan membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke-26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya kemampuan membaca tersebut dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal sekolah.

Rendahnya minat dan kemampuan membaca antara lain tampak pada rendahnya kecepatan efektif membaca (KEM) mereka. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa pembelajaran membaca di sekolah belum maksimal, kalau tidak boleh dikatakan gagal. Padahal kita mengetahui bahwa rendahnya kemahiran membaca akan sangat berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain, yaitu
a. mahir menyimak listening skills),
b. mahir berbicara (speaking skills),
c. dan mahir menulis (writing skills) (Tarigan: 1994).


Penggunaan pendekatan, metode, dan teknik membaca yang tidak tepat diasumsikan merupakan salah satu faktor penentu kurang maksimalnya pencapaiaan tujuan membaca di sekolah. Selain itu, alokasi waktu yang disediakan untuk pembelajaran masih sangat minim. Akibatnya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh guru untuk pelatihan membaca siswa cenderung diarahkan hanya membaca bacaan-bacaan pendek yang terdapat dalam buku paket. Pemahaman guru terhadap kiat-kiat pengembangan membaca yang baik juga disinyalir sangat kurang.

Demikian juga halnya yang terjadi pada siswa kelas 3 D SLTP 3 Patebon, Kendal, Jawa Tengah semester I tahun pembelajaran 2002/2003. Dari pengukuran awal diketahui bahwa KEM mereka masih rendah yaitu 106,50 kpm. Angka ini menurut Nurhadi masih jauh dari KEM ideal untuk siswa SLTP, yaitu 250 kpm.

Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan harus segara ditangani dengan sungguh-sungguh, simultan, dan terencana. Rendahnya KEM siswa akan memengaruhi rendahnya kemampuan mereka dalam menemukan isi bacaan yang dibaca. Hal tersebut akan berakibat pada turunnya minat baca mereka. Pada akhirnya gairah belajar dan prestasi akademik mereka menurun.

Ada dua faktor utama penyebab rendahnya KEM siswa. Pertama, faktor siswa yang terdiri atas: (1) faktor internal antara lain rendahnya minat dan motivasi membaca, penguasaan bahasa yang rendah, dan intelegensi siswa, dan (2) factor eksternal antara lain: keadaan sosial ekonomi siswa, lingkungan yang kurang kondusif untuk peningkatan kemahiran membaca. Kedua, factor guru antara lain: kemampuan guru dalam memotivasi siswa, dan kemampuan guru mengelola kelas untuk pembelajaran membaca masih kurang.


Teknik Tri Fokus Steve Snyder adalah teori mutakhir yang berkembang saat ini, cukup sederhana, mudah, dan praktis untuk melatih KEM siswa. Di samping itu, teknik ini masih jarang digunakan dalam pelatihan pembelajaran membaca padahal teknik ini sangat sederhana dan mudah. Oleh kerena itu, teknik ini dijadikan solusi terbaik untuk meningkatkan KEM siswa kelas 3D SLTP Negeri 3 Patebon Kabupaten Kendal.

Teknik Tri Fokus Steve Snyder merupakan teknik membaca yang terbilang baru. Teknik ini memiliki kelebihan sederhana, praktis, dan inivatif. Teknik ini disebut tri fokus karena mengajarkan pada para siswa untuk mengembangkan pelatihan peripheral mereka dengan latihan "tri fokus", Maksudnya titik konsentrasi pandangan mata terpusat tiga focus (tiga bagian) setiap barisnya. Sebagian dipusatkan di sebelah kiri, sebagian tengah.dan sebagian kanan.

Periferal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3 (1999 : 858) berarti proses melihat tidak mengenai pokoknya. Dalam kaitan ini dapat diartikan bahwa pandangan periferal saat membaca maksudnya ketika kita membaca titik fokus pandangan mata kita tidak tertuju pada satu demi satu kata secara terpisah. Namun satu focus mewakili satu bagian baik yang berupa kelompok kata (frase), klausa, atau bagian berdasarkan penjedaan.

Dalam membaca, pelihatan periferal yang lebih luas berarti adalah kemampuan untuk menerima informasi lebih banyak dalam satu waktu. Kita membaca lebih cepat jika kita memahami satu frasa dalam sekali pandang. Oleh karena itu pelihatan periferal harus dilatih dan ditingkatkan agar lebih luas dan tajam (De Porter 2000 : 270-274).

Berdasarkan hal tersebut di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah "Apakah teknik Tri Fokus Steve Snyder dapat meningkatkan kecepatan efektif membaca (KEM) siswa 3D SLTP 3 Patebon pada semester I tahun pelajaran 2002/2003. Adapun tujuan penelitian makalah ini adalah agar siswa memiliki kecepatan efektif membaca yang memadai dan menumbuhkan kemampuan membaca pemahaman (kritis) untuk menangkap informasi dari bacaan dengan cepat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti:

Bagi siswa yang memiliki kecepatan efektif membaca rendah dapat mengetahui kelemahannya dalam membaca cepat dan dapat mengubahnya menjadi kekuatan dalam meningkatkan KEM. Bagi guru agar mengetahui teknik pembelajaran membaca yang sederhana, mudah dan praktis tapi mampu meningkatkan kinerja dan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya.

METODE PEMECAHAN MASALAH


Untuk menjawab apakah teknik Tri Fokus Steve Snyder mampu meningkatkan KEM siswa? Berikut ini adalah perlakuan pembelajaran sebelum dan sesudah penggunaan teknik Tri Fokus Steve Snyder.

Pertemuan pertama

Pada perternuan pertama, KEM siswa diukur dengan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran dilakukan dalam beberapa tahap:
1. Pendahuluan, meliputi: menyiapkan bahan bacaan, menyiapkan alat evaluasi, dan menyampaikan informasi model kepada siswa tentang KEM.
2. Kegiatan inti, meliputi: siswa membaca wacana dan mencatat waktunya, siswa menjawab soal yang berkait dengan wacana (berupa sepuluh soal pilihan ganda dengan empat jawaban) tanpa membaca wacana.
3. Penutup, yaitu: siswa bersama guru menghitung KEM yang dicapai.
Pertemuan kedua

Pada pertemuan kedua penulis mengadakan inovasi pembelajaran dengan menggunakan teknik Tri Fokus Steve Snyder. Pembelajaran dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

TAHAP PRA PEMBELAJARAN;

Pada tahap ini penulis mengadakan persiapan antara lain: membuat rencana pembelajaran, menyiapkan alat-alat implementasi tindakan, menyiapkan bacaan serta alat evatuasi.

TAHAP PEMBELAJARAN:

Pendahuluan:
a. Siswa diajak berbincang tentang KEM hingga terjadi persepsi yang benar.
b. Siswa diberi motivasi agar tumbuh gairah untuk mengubah diri berkaitan dengan KEM mereka.
Motivasi pertama yang diberikan antara lain dengan menyodorkan kepada mereka dan menvakinkan mereka kalimat-kalimat ini:
a. Aku sadar membaca itu mudah.
b. Aku pembaca cepat.
c. Aku mampu membaca cepat dan paham.
Siswa diminta membaca kalimat-kalimat tersebut dalam hati dan menghayati, kemudian menjadikan kalimat-kalimat tersebut sebagai keyakinan awal sebelum membaca. Kegiatan ini penulis sebut dengan pembelajaran sugestif.

Kemudian disampaikan beberapa hal berkait dengan persiapan sebelum membaca. Persiapan ini lebih bersifat teknik ekstemal. Namun demikian, kondisi eksternal ini sangat berpengaruh pada saat siswa membaca. Jika kondisi dan sikap fisik tidak nyaman dan lingkungan penuh gangguan niscaya kemampuan siswa dalam membaca tidak maksimal.

Siswa diminta melakukan persiapan sebelum membaca sebagai berikut:
1. Minimalkan gangguan
2. Duduklah dengan sikap tegak
3. Lihat sekilas seluruh wacana
Kegiatan inti

a. Siswa dikenalkan dan dilatih pengembangan periferal yang merupakan inti dari teknik trifokus. Latihan ini berupa tes sederhana yaitu :
1. Lihatlah secara langsung sebuah objek!
2. Rentangkan kedua lengan kalian dengan jari telunjuk mengarah ke atas!
3. Gerakan lengan kalian ke dalam secara perlahan-lahan hingga kalian melihat jari-jari tadi.
4. Perhatikan cakupan pelihatan mata kalian ketika melihat lurus ke depan!
b. Setelah latihan tersebut, siswa diberi lembaran yang berisi simbol-simbol Tri Fokus Steve Snyder seperti Gambar 1. Untuk membaca simbol-simbol tersebut siswa hanya memperhatikan bagian kiri dengan fokus pada bintang, sebagian tengah, dan sebagian yang kanan. Hal ini dilakukan berulang-ulang beberapa menit. Pada saat mata berpindah dari satu bintang ke bintang yang lain siswa diminta menghitung dalam hati secara berirama 1,2,3; 1,2,3. Inilah latihan trifokus.



Gambar 1

c. Siswa diarahkan menggunakan konsep tersebut untuk membaca sesungguhnya. Bacaan yang digunakan berjudul "Sentra Kedelai Masih Terpusat di Jawa". Bintang (imajiner) merupakan fokus, sedangkan garis-garis merupakan kata-kata dalam kalimat. Setelah selesai membaca, siswa menghitung waktu yang digunakan kemudian bacaan dikumpulkan. Sebagai akhir pembelajaran siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dangan bacaan tanpa melihat teks bacaan. Soal yang dikerjakan berjumlah sepuluh nomor dengan empat pilihan ganda. Sebagai akhir kegiatan pembelajaran siswa mengoreksi hasil tes yang telah dikerjakan. Setelah itu, siswa menghitung sendiri KEM mereka dengan menggunakan rumus yang telah disampaikan.

HASIL PENELITIAN

Pertemuan Pertama

Hasil kegiatan pertemuan pertama diketahui bahwa:
1. Siswa tampak biasa-biasa saja dalam mengikuti pembelajaran membaca.
2. Karena berulang-ulang mengalami kegiatan membaca dengan model pembelajaran yang sama siswa tampak kurang bergairah.
3. Dari hasil evaluasi diketahui bahwa rata-rata KEM siswa 106,50 kpm.
Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua terjadi perubahan antara lain:
1. Siswa tampak memiliki motivasi lebih tinggi
2. Siswa lebih bergairah mengikuti pembelajaran
3. Terjadi peningkatan KEM, yaitu 128,72 kpm.





PEMBAHASAN


Sebelum pembelajaran kedua dilakukan rata-rata KEM siswa 3D adalah 106,50 kpm dengan KEM tertinggi 203,30 kpm dan KEM terendah 41,85 kpm. KEM di atas 110,00 berjumlah 17 siswa. Setelah proses pembelajaran kedua bertangsung terjadi peningkatan rata-rata KEM siswa kelas 3D menjadi 128,72 kpm, ini berarti ada perubahan yang cukup berarti. KEM tertinggi 218,77 kpm dan terendah 81,55 kpm, KEM di atas 110,00 kpm berjumlah 37 siswa.

Perubahan juga semakin tampak pada siswa. Terbukti dari empat puluh siswa 37 siswa (92,5%) mengatakan mulai terbiasa dan senang dengan membaca cepat. Guru juga dapat lebih memahami prinsip-prinsip Teknik Tri Fokus Steve Snyder sehingga lebih mampu menciptakan suasana pembelajaran membaca yang cukup kondusif.

KEM siswa sebesar 128,72 kpm pada pembelajaran kedua memang belum sampai pada angka ideal, tetapi hasil ini menunjukan bahwa teknik Tri Fokus Steve Snyder cukup etektif untuk meningkatkan kecepatan efektif membaca siswa kelas 3D SLTP Patebon tanpa mengesampingkan beberapa kelemahan yang ada.

SIMPULAN

Hasil pembelajaran dapat disimpulkan:
1. Rata-rata KEM siswa kelas 3D meningkat dari 106,50 kpm menjadi 128,72 kpm.
2. Teknik Tri Fokus Steve Snyder menumbuhkan motivasi dan kreativitas membaca siswa.
3. Teknik Tri Fokus berpengaruh terhadap cara dan gaya guru mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
1. De Porter, B dan Hemacki, M. 2000. Quantum teaming: Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa.
2. Harjasujana A. S.dan Yetimulyati. 1966. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.
3. Redway, K. M. 2000.Membaca cepat. Jakarta: Pustaka Binama Pressindo.
4. Sitepu, B. R 2002. Lagi-lagi Membaca. Buietin Pusat Perbukuan.V, 16-21.
5. Tarigan, H. G. 1994. Membaca sebagai suafu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
6. Tim Pelatih Proyek PGSM Propinsi Jawa Tengah 1999/2000. Peneiltian tindakan kelas (clasroom action reseach) bahan penelitian dosen LPTK dan guru sekolah menengah. Proyek PPG Dirjend Dikti Depdikbud.
7. Yulaelawati, EII.''Mahir mambaca kuasai informasi" Buietin Pusat Perbukuan N. (Januari 2000 ) 21 -24.
-------------------
*) Muhammad Sarwono adalah Guru Bahasa Indonesia SLTPN 3 Patebon Kabupaten Kendal J


By Herman

Penulisan Karya Ilmiah

Karya Tulis Ilmiah

BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN

Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:
SUHIRMAN
NIM:09108249007

PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010

HALAMAN PENGESAHAN


Karya tulis “Boraks dan Formalin pada Makanan”
Disusun oleh :

Nama : SUHIRMAN
Nim : 09108249007

Telah disahkan pada
hari :
tanggal :

Pembimbing


Ali Multadi,M.Pd

KATA PENGANTAR


Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan sykur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet pada makanan. Dengan begitu maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku makanan.
Kami juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas makanan yang merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang dihasilkan dari Indonesia dapat lebih terjamin dan sehat.


Penulis

HALAMAN MOTTO



Motto yang kami pegang dalam penulisan karya ilmiah ini adalah :

“Jadikan hari ini dan kemaren adalah sebuah pengalaman untuk meraih hari esok yang lebih baik”


HALAMAN PERSEMBAHAN


Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :

Seluruh pembaca dan masyarakat Indonesia yang menginginkan kemajuan bangsa dan kecerdasan bangsa


DAFTAR ISI


Halaman Pengesahan……………………………….....………………………… 1
Kata Pengantar……………………………………………………...………..…… 2
Halaman Motto……………………………………………………………….…. 3
Halaman Persembahan…………………………………………………......……. 4
Daftar Isi………………………………………………………………...…..……… 5
Abstraksi……………………………………...………………………………….. 6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………….. 7
1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….…………….. 7
1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….…… 8
1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..……………. 8
1.5 Metode Penelitian………….………………………………………………. 9
1.6 Hipotesa…………………....…………………………………………………. 9
1.7 Manfaat…………....………………………………………………………….. 9
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………… 11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian…………….……………………………………………… 14
3.2 Sumber Data…………………………………………………………… …. 14
3.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………… 14
3.4 Teknik Analisis Data…………………………………………………… . 15
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................16
4.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………… . 16
4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan… 16
4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks 18
4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks
dan formalin di Indonesia………………………………………………… 21
BAB V PENUTUP……………………………………………..…………………. 23
DAFTAR PUSTAKA


ABSTRAKSI

Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan boraks dan formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut sangat dilarang digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah yang berusaha diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.
Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak memutuskan dan bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada pembuatan bakso dengan bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak faktor yang menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat langsung.


BAB I
PENDAHULUAN


Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan manfaat.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.
Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.

1.2 Pembatasan Masalah

Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi lagi.


1.3 Perumusan Masalah

1 Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?
2 Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya?
3 Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau formalin?
4 Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
5 Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini supaya dapat dibasmi secara tuntas?

1.4 Tujuan Penulisan

1.Mengetahui pengertian boraks dan formalin.
2.Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada proses pembuatannya.
3.Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
4.Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks pada makanan.

1.5 Metode Penulisan

Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket. Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.

1.6 Hipotesa

1 Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan untuk industri tekstil, kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan makanan.
2 Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.
3 Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah berbagai gangguan pada saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang berselaput yang terkena secara langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kanker bahkan kematian.
4 Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah kurang tegas dan tidak tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih sering melihat orang-orang yang keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan memakan makanan yang mengandung boraks atau formalin.

1.7 Manfaat

Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.
Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan.
Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.


BAB II
LANDASAN TEORI


Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.
a. Tanda dan gejala akut :
Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air maupun alkohol. Beberapa pengaruh formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut.
a. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.
b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan kabur, bahkan kebutaan
d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi makanan yang menggunakan formalin dan boraks.
- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.
- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua
dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.
- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari
3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.
- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau
menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.



BAB III
METODE PENELITIAN



Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

3.2 Sumber data
Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami ambil sampel adalah 40 siswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.


3.4 Teknik Analisis Data
Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.



BAB IV
PEMBAHASAN



Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak penggunaan boraks dan formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin yang kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil angket sebelumnya.

4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin
Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti apa itu boraks dan formalin adalah 11 orang, dari total 40 angket yang dibagikan.
Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu boraks dan formalin lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan dalam persen maka 72,5 % responden menyatakan mengetahui boraks dan formalin, sedangkan 27,5 % lainnya tidak begitu mengetahui tentang boraks dan formalin.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan formalin harus lebih sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui secara pasti apa itu boraks dan formalin, sehingga dapat menggunakannya secara benar, sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan juga dengan pengetahuan akan boraks dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan dapat dikurangi bahkan menghilang dari masyarakat.

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan
Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa jumlah responden yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan responden yang tidak begitu tahu tentang dampak boraks dan formalin pada makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks dan formalin pada makanan adalah 18 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 20 orang sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam presentasi adalah sebagai berikut :

1. Jawaban A : 45%
2. Jawaban B : 5%
3. Jawaban C :50%
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu atau bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.
Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh kita?
a. Formalin
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :
• Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
• Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar
• Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
• Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit
membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

b. Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :
• Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
• Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks
Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah responden yang menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi formalin sebanyak 33 orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak 6 orang, dan 1 orang memilih kerupuk. Sedangkan menurut makanan-makanan yang biasa mengandung boraks dan formalin yang biasanya mereka konsumsi, jumlah responden yang memilih tahu dan bakso sebanyak 28 orang, 10 orang memilih ikan dan 2 orang memilih kerupuk.
Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius beranggapan bahwa tahu dan bakso merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau boraks. Tahu dan bakso memang cukup dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan mereka makanan yang paling sering diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005, penggunaan boraks formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan 57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.
Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak menjawab bahwa mereka paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal, menurut kebanyakan dari mereka tahu dan bakso adalah makanan yang biasanya mengandung boraks atau formalin. Mengapa mereka masih tetap sering mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu dan boraks yang paling sering mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini disebabkan karena siswa SMA Kanisius percaya bahwa para pedagang di Kanisius pasti tidak memberikan formalin maupun boraks pada dagangannya, maka mereka tidak takut untuk mengonsumsinya.
Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan. Walaupun berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005 penggunaan boraks dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita makan, terutama makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun formalin.
Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa makanan yang diberi boraks maupun formalin:
a. Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.
B. Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
C. Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal.
D. Ikan segar
Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit dipotong. Ia tidak rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang merah tua dan tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih.
E. Ikan asin
Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering tetapi bagian dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung air, ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.



4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia
Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih merajalela.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam melakukan razia.
Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan : “Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 19 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama sekali.
Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam menangani masalah ini.


BAB V
PENUTUP


Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:
a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan formalin.
b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut:
Ø Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin, pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
Ø Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat undang-undang mengenai boraks dan formalin.
Ø Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks.
Ø Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.


BAB VI
DAFTAR PUSTAKA


http://www.beritaindonesia.co.id
http://www.depkes.go.id
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id
http://id.wikipedia.org
http://www.gizi.net

PENDIDIKAN NASIONAL(HISTORI)

Karya Tulis Ilmiah

LADASAN HISTORIS PENDIDIKAN


Karya tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran
LAndasan Historis Pendidikan

Oleh:
SUHIRMAN
NIM:09108249007

PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010


KATA PENGANTAR


Dengan rahmat dan karunia Allah SWT, karena atas ridho-Nya kami dapat menyelesaikan laporan presentasi ini dengan judul “Landasan Historis Pendidikan”. Dengan selesainya penulisan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun, umumnya bagi semua pihak yang membaca laporan ini walaupun penyusun sadar bahwa penulisan laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran dari semua pihak sebagai bahan perbaikan dan penyempurnaan isi laporan ini di masa yang akan datang.
Akhirnya penyusun sampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan laporan ini.

Bandung, Desember 2008


Penyusun

Suhirman


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMBAHASA
A. Pendidikan Zaman Hindu/Budha
B. Pendidikan Zaman Islam
C. Pendidikan Zaman Pendudukan Asing
D.Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945-1950 (dari Proklamasi sampai RIS)
E. Pendidikan Indonesia Tahun 1950-1959 (Demokrasi Liberal)
F. Pendidikan Indonesia Merdeka Tahun 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)
G. Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka: Zaman Perkembangan Orde Baru
PERTANYAAN DAN TANGGAPAN
DAFTAR PUSTAKA


LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
A. Pendidikan Zaman Hindu Budha

1. Faktor-faktor yang memungkinkan berkembngnya pendidikan Hindu Budha
- Faktor Politis
Bangsa Aria dari kerajaan India bagian Utara mendesak kerajaan India bagian Selatan sehingga penduduk Selatan lari ke Indomesia. Jadi, peradaban nusantara dipengaruhi oleh Bangsa India di bagian Selatan.
- Faktor Ekonomis/ Geografi
Jalur perdagangan antar India dan Tiongkok melalui jalan laut menyebabkan banyak orang bergaul dengan Bangsa Indonesia.
- Faktor Kultural
Tingkat peradaban Bangsa India lebih tingi dibanding pendidikan nusantara ini.
2. Hinduisme dan Budhisme
Hindu di India, terbagi 2 golongan besar:
- Brahmanisme
- Syiwanisme
Budha
Disebarkan Sidarta Gautama menjadi 2 aliran:
- Mahayana
-Hinayana
3. Pendidikan Hindu Budha
Pada zaman Hindu, materi pendidikan zaman formal berpusat kepada ajaran agama, membaca, dan menulis (huruf palapa) dan bahasa sansakerta, keterampilan membuat candid an patung. Pendidikan dikenal dengan perguruan kemudian dikenal dengan nama pesantren. Mutu pendidikan pada saat itu cukup memuaskan berbagai pihak.
a. Tujuan Pendidikan
Identik dengan tujuan hidup:
- Moksa (Hindu), terlepas dari samsara.
- Nirwana (Budha), kebahagiaan abadi
b. Sifat Pendidikan
- informal
- berpusat pada religi
- penghormatan yang tinggi terhadap guru
- aristokratis
c. Jenis-jenis Pendidikan
- Pendidikan intelektual
- Pendidikan kesatriaan
- Pendidikan keterampilan
d. Lembaga Pendidikan
- Pecatrikan/ padepokan
- Pura
- Pertapaan
- Keluarga
e. Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan Budha terbesar telah berdiri lembaga pendidikan setaraf Perguruan Tinggi, terkenal mahaguru yang berasal dari India, yaitu Darmapala. Dalam seni bangunan dan seni pahat menghasilkan karya arsitektur yang menakjubkan, Candi Borobudur dan Prambanan.

B. Pendidikan Zaman Islam
1. Masuknya Islam ke Indonesia
- melalui Persia
- melalui Gujarat (India)
- Mesir dan Mekah
2. Inti ajaran Islam
- Islam sebagai agama tauhid
Suatu keyakinan bahwa Tuhan itu Esa segalanya. Alloh tempat meminta makhluknya. Alloh tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada yang mampu menyamainya. Alloh Esa dalam zatnya,artinya zat Alloh itu satu, tidak terbilang dan tersusun oleh unsure-unsur yang berbeda.
- Manusia adalah sama di sisi Alloh
Semua manusia adalah sama di sisi Alloh, yang membedakannya hanyalah ketaqwaannya. Seseorang dikatakan iman dan taqwa apabila ia mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri.
- Iman, Islam, Ihsan (3 pokok ajaran Islam)
3. Pendidikan
a. Berkembangnya Pendidikan
Pada mulamya, ajaran Islam disebarkan melalui para pedagang yang membawa misi pula sebagai penyebar Islam dan menjadi ustadz. Pendidikan Islam mulai teratur sejak Maulana Malik Ibrohim mengajarkan agama, bahkan ada yang mengatakan bahwa beliaulah orang pertama yang mendirikan pesantren. Selain itu, para wali juga banyak menentukan perkembangan Pendidikan Islam sehingga dengan mudah pendidikan Islam diterima oleh masyarakat waktu itu. Pendidikan Islam mulai teratur setelah Raden Patah mendirikan pesantren dan mendirikan organisasi Bhayangkare untuk mempergiat usaha Pendidikan dan ajaran Islam.

b. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Dasar pendidikan: Ajaran Islam
- Iman, Islam, Ihsan
- Keyakinan (termasuk rukun iman)
- Melaksanakan syariat Islam
- Amal sholeh
- Tauhid
Tujuan pendidikan dalam Islam untuk meningkatkan pengabdian yang dilihat 2 aspek:
- hubungan manusia dengan Alloh
- hubungan manusia dengan manusia lainnya.
Yamg keduanya bertujuan akhir untuk kebahagiaan dunia akhirat.
c. Lembaga-lembaga Pendidikan (untuk mengembangkan ajaran Islam)
- langgar (mengajarkan dasar tentang Islam)
- pondok pesantren (pendidikan lanjutan setelah langgar)
d. Metode Pendidikan
- metode sorongan (individual)
- metode halaqoh/ palagan
e. Ciri-ciri Pendidikan
- Pendidikan bersifat religius
Pendidikan bersifat pada agama dan ajaran Islam serta merupakan bagian dari kehidupan. Pendidikan bersumber pada agama.
- Guru tidak memperoleh bayaran
Didasarkan pada kepercayaan bahwa hidup ii dari agama, oleh agama, dan untuk agama.
- Pendidikan bersifat demokratis
Didasari oleh pandangan bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di sisi Alloh, bukan hanya milik kiayi/ penguasa.



C. Pendidikan Zaman Pendudukan Asing
1) Kedatangan Orang Portugis

Setelah menguasai Malaka tahun 1511, orang-orang Portugis terus menelusuri ke Indonesia bagian timur, untuk mencari sumber rempah-rempah dan mereka akhirnya menguasai pulau-pulau Ternate, Tidore, Ambon dan Bacan. Dalam misi mencari rempah-rempah itu, mereka selalu diikuti oleh misionaris Roma Katholik. Yang pertama-tama mengembangkan agam Katolik di Indonesia bagian timur adalah Ordo Franciskan, namun kemudian mereka terdesak oleh Ordo Yezuit. Untuk mengembangkan agama Katolik itu, penguasa portugis di Maluku, Antonio Galvano pada tahun 1536 mendirikan sekolah seminary. Mungkin inilah lembaga pendidikan pertama yang berbentuk sekolah di Indonesia.

2) Zaman VOC

VOC didirikan pada tahun 1602. selanjutnya keluarga Belanda membutuhkan pendidikan baik pendidikan umum maupun pengetahuan khusus dan sebagai perkumpulan dagang, VOC membutuhkan tenaga pembantu dari bumi putera, maka mereka mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.

a) Dasar dan Tujuan Pendidikan
Sebagai perusahaan dagang, wajarlah VOC memiliki tujuan komersial. Pada abad 17 dan 18 di Negeri Belanda segala kegiatan yang menyangkut pendidikan dilaksanakan oleh lembaga keagamaan. Namun di Indonesia VOC tidak menginginkan gereja memiliki wewenang yang besar dalam mengatur masyarakat di daerah-daerah yang mereka kuasai.
b) Jenis-Jenis Sekolah
1. Pendidikan Dasar
Sekolah-sekolah yang diselenggarakan VOC bercorak keagamaan. Sekolah-sekolah ini bertujuan untuk mendidik budi pekerti.

2. Sekolah Latin
Bahasa Latin pada abad 17 di Eropa merupakan bahasa ilmiah sehingga muncul gagasan untuk mendirikan sekolah latin di Batavia.

3. Seminarium Theological
Sekolah ini bertujuan untuk mendidik calon pendeta

4. Akademi Pelayaran
Didirikan pada tahun 1743 dengan maksud untuk calon perwira pelayaran, namun usianya tidak lama karena pada tahun 1755 ditutup.

3) Pemerintah Hindia Belanda

Pada akhir abad 18 perusahaan VOC mengalami kemunduran yang akhirnya pada tahun 1799 VOC dibubarkan. Bersamaan dengan itu di Eropa telah terjadi perubahan dalam alam pikiran baru yaitu aufklarung.
Pengaruh Aufklarung terhadap pendidikam Indonesia yaitu:
1) manusia bebas mengeluarkan kritik
2) menyangkut pendidikan agama
3) gereja dipisahkan dari negara atau pemerintahan
4) menjadi pelopor dari system pendidikan baru
5) sekolah bebas dari agama
Ciri Persekolahan dalam Hindia Belanda
1) sekolah bersifat dualistis
2) sekolah bersifat sekuler
3) sekolah lebih banyak didasarkan kepada kebudayaan barat
4) sekolah cendeintelektualistis dan verbalistis
5) sekolah pemerintah kurang memperhatikan pendidikan kaum wanita

Jenis-jenis sekolah
1) Sekolah untuk orang Eropa
a) Sekolah Dasar
b) Sekolah Lanjutan
2) Sekolah untuk Bumi putera
a) Sekolah Rakyat
b) Sekolah Raja
c) Sekolah Lanjutan
3) Sekolah Kejuruan
a) Sekolah Pertukangan
b) Sekolah Pendidikan Guru
c) Sekolah Gadis

4) Pendidikan Hindia Belanda sejak 1900

a) Lahirnya Politis Etis
Pemerintahan Belanda melalui perusahaan-perusahaan orang-orang Belanda telah mengeruk keuntungan dari bumi putera, namun rakyat Indonesia nasib dan kehidupannya tidak dirasakan adanya perbaikan. Melihat keadaan ini muncul pandangan-pandangan di kalangan orang Belanda untuk memberikan kepada penduduk asli, sebagian dari keuntungannya. Aliran ini terkenal dengan sebutan politik etis. Sejak tahun 1900 pemerintah Hindia Belanda banyak mendirikan sekolah-sekolah yang berorientasi Barat.
b) Landasan dan Tujuan Pendidikan
Sebagai pengaruh dari politik etis, maka arah etis dijadikan landasan dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah pendidikan.
c) Jenis-Jenis Persekolahan
1) Pendidikan Rendah
- Sekolah rendah berbahasa pengantar bahasa Belanda
- Sekolah rendah berbahasa pengantar bahas Daerah

2) Pendidikan Lanjutan
- MULO
- AMS
- HBS
3) Pendidikan Kejuruan
- Sekolah pertukangan berbahasa daerah
- Sekolah pertukangan berbahasa Belanda
- Sekolah teknik
- Sekolah dagang
- Sekolah pertanian
- Sekolah kejuruan kewanitaan
- Sekolah keguruan
4) Pendidikan Tinggi
- Pendidikan Tinggi Kedokteran
- Pendidika Tinggi Hukum
- Pendidika Tinggi Teknis
5) Pendidikan Swasta untuk Bumi Putera
- Muhammadiyah
- Taman Siswa
- INS

5) Masa Pendidikan Jepang

Jepang memperkenalkan militerisme dengan landasan ideal dalam pemerintahannya di Indonesia. Dalam masa Jepang ada inovasi yang paling penting adalah pendidikan merupakan hak semua warga Negara, pengadaan buku, dan rindunya bangsa Indonesia kepada kemerdekaan dan juga pendidikan yang merata dengan system administrasi yang lancar.


a) Landasan dan Tujuan Pendidikan
Landasan idiil pendidikan pada zaman Jepang disebut Hakko Ichiu yaitu bangsa Indonesia bekerjasama dengan bangsa Jepang dalam rangka mencapai kemakmuran bersama Asia Raya.

b) Hal-hal yang menguntungkan
1) Bahasa Indonesia berkembang secara luas
2) Buku-buku bahasa asing diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
3) Seni beladiri dan perang dimiliki para pemuda Indonesia
4) Perasaan rindu kepada kebudayaan dan kemerdekaan berkembang dan bergejolak luar biasa
5) Diskriminasi menurut golongan penduduk, keturunan, dan agama ditiadakan
6) Bangsa Indonesia dilatih dan dididik untuk memegang jabatan pimpinan
7) Sekolah-sekolah diseragamkan dan dinegerikan



D. Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1945-1950 (dari Proklamasi sampai RIS)
Revolusi Nasional memuncak pada tanggal 17 Agustus 1945 dalam bentuk Proklamasi Kemerdekaan.Proklamasi merupakan suara suara rakyat bersama menghancurkan segala bentuk penjajahan, dan menimbulkan kehidupan baru bagi bangsa Indonesia, termasuk dalam bidang pendidikan, sehingga sesudah Proklamasi Kemerdekaan dirasakan perlunya mengubah sistem pendidikan yang sesuaidengan tuntutan kehidupan tersebut. Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K) ki Hajar Dewantara membuat ”instruksi umum” berisi seruan kepada para guru agar meninggalkan sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme.Isi ”instruksi umum” tersebut adalah:
1. Pengibaran ”Sang Merah Putih” setiap hari di halaman sekolah
2. Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
3. Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapus nyanyian Kimigayo(lagu kebangsaan Jepang)
4. Menghapuskan pelajaran bahasa Jepang, serta segala upacara yang berasal dari Pemerintahan Balatentara Jepang
5. Memberi semangat kebangsaan kepada semua murid
Selain itu dibuat pula berbagai peraturan dalam kabinet-kabinet selanjutnya untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran lama dengan sistem yang lebih demokratis. Diawali dengan Kongres Pendidikan maka Menteri PP dan K membentuk Komisi Pendidikan yang tugasnya membentuk Panitia Perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran.
Sejak 18 Agustus 1945 hingga RIS 27 Desember 1949, yang menjadi Undang-Undang Dasar adalah UUD 1945 dan sekaligus sebagai pedoman dalam penyelenggara an pendidikan. Pasal UUD 1945 yang menyatakan tentang pendidikan adalah:
1. Pasal 31 ayat 1: Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran
2. Pasal 31 ayat 2: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran yang diatur dengan undang-undang
3. Pasal 32: Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia
Konstitusi Sementara RIS berlaku dari 27 Desember sampai 17 Agustus 1950. Pasal yang menyatakan tentang pendidikan temasuk dalam Bab V tentang hak-hak dan Kebebasan Dasar Manusia,terdapat pada pasal 30 berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran
2). Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas
3). Mengajar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan perundang-undangan.

1. Tujuan dan Dasar Pendidikan
Selama masa negara Kesatuan I (1945-1949), tujuan pendidikan belum dirumuskan secara jelas dalam undang-undang. Tujuan pendidikan hanya digariskan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dalam bentuk Keputusan Menteri tanggal 1 Maret 1946,yaitu warga Negara sejati yang menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk Negara. Sedangkan dasar pendidikan adalah Pancasila seperti yang terumuskan dalam pembukaan UUD 1945.
Setelah Kongres Pendidikan di Solo(1947) yang bertujuan meninjau kembali berbagai masalah pendidikan, Usaha Panitia Pembentukan Rencana Undang-Undang Pokok Pendidikan dan Pengajaran (1948) yang diketahui oleh Ki Hajar Dewantara, serta Kongres Pendidikan di Yogyakarta (1949), lahirlah UU No.4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk Seluruh Indonesia yang diundangkan pada tanggal 4 April 1950. Undang-Undang ini diberlakukan untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan II yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 dari Republik Indonesia Dahulu tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk seluruh Indonesia.
Tujuan pendidikan dan pengajaran berdasarkan UU No 4 1950 tertuang pada pasal 3, yaitu membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Pada pasal 4 tercantum bahwa pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas Kebudayaan Kebangsaan Indonesia.
2. Sistem Persekolahan
Selama penjajahan Jepang, sistem persekolahan di indonesia sudah dipersatukan dan terus disempurnakan dalam zaman Negara Kesatuan I. Namun karena masih ada daerah yang ada dalam pendudukan Belanda, pelaksanaannya belum tercapai. Faktor keamanan menyebabkan banyak pelajar yang berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga pendidikan banyak yang tidak diselenggarakan. Tetapi setelah dilakukan konsolidasi intensif, sistem persekolahan Indonesia akhirnya mengkristal dengan penjenjangan sebagai berikut:

a. Pendidikan Rendah (Sekolah Rakyat)
b. Pendidikan Menengah (Umum, Kejuruan, dan Keguruan)
c. Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi, Universitas, Sekolah Tinggi, dan Akademik)

3. Penyelenggaraan Pendidikan
Penyelenggara pendidikan selama masa 1945-1950 mengacu pada 10 hal yang diajukan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) kepada Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.
Pada tanggal 1 Januari 1946 terbentuk Bagian Pendidikan Masyarakat pada Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Pendidikan masyarakat bertujuan membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila yang dapat dicapai dengan dua cara, yaitu metode belajar serta metode bekerja yang dilaksanakan secara masal dan integral di suatu desa.
Metode bekerja yang digunakan adalah metode Panca Marga, yaitu lima jalan untuk mencapai tujuan, sebagai berikut:
1). Melestarikan dasar-dasar pengertian untuk membangun masyarakat dengan melaksanakan pendidikan dasar untuk masyarakat
2). Membentuk kader-kader pendidikan untuk membangun masyarakat dengan melaksanakan pendidikan kader masyarakat
3). Menyediakan dan menyebarkan bacaan dengan mengadakan perpustakaan atau taman pustaka masyarakat
4). Memfungsionalkan golongan wanita dengan melakasanakan pendidikan kewanitaan
5). Memfungsionalkan golongan pemuda dengan melaksanakan pendidikam taruna karya.
Pendidikan masyarakat mempunyai tugas memberantas buta huruf, menyelenggarakan kursus pengetahuan umum dan mengembangkan perpustakaan rakyat.

4. Kurikulum Pendidikan
Pemerintahan dan rakyat berupaya memperbaharui sistem pendidikan Indonesia sejak proklamasi 17 Agustus 1945, sehingga pada tahun 1946 Menteri PP dan K (Mr.Soewandi) membentuk Panitia Penyelidik Pendidikan dan Pengajaranyang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara yang tugasnya meninjau kembali dasar-dasar dan isi,susunan, dan seluruh usaha pendidikan. Hasilnya berkenaan dengan kurikulum, menetapkan bahwa setiap rencana pelajaran pada setiap jenjang pendidikan sekolah hendaknya meningkatkan pendidikan jasmani, dan meningkatkan pendidikan watak.

Pembaharuan kurikulum menghasilkan Kurikulum SR 1947, yang membedakan 3 macam struktur program,yaitu:
1). SR yang menggunakan pengantar bahasa daerah pada kelas yang lebih rendah
2). SR yang menggunakan pengantar bahasa Indonesia sejak kelas I
3). SR yang diselenggarakan sore hari oleh keadaan (terbatas sampai kelas IV, sedangkan kelas V dan VI harus pagi).
Kurikulum SMA tediri atas SMA bagian A, yaitu Jurusan Sastra dan SMA bagian jurusan Ilmu Pasti dan Alam.Kurikulum ini berlaku sampai tahun 1952.



E. Pendidikan Indonesia Tahin 1950-1959 (Demokrasi Liberal)
Masa demokrasi liberal ditandai dengan dilaksanakannya UUD Sementara 1950 berdasar Piagam Persetujuan Pemerintah Republik Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia tanggal 19 Mei 1950.UUDS RI ini ditetapkan oleh DPR dan Senat yang berlaku sejak 17 Agustus 1950 sebagai dasar negara kesatuan II RI. Pancasila sebagai dasar negara kesatuan dengan rumusan yang sama dengan konstitusi Sementara RIS, dan dengan pasal tentang pendidikan yang sama pula dengan pasal 30 konstitusi Sementara RIS.
1. Tujuan dan Dasar Pendidikan
Tujuan pendidikan dan pengajaran didasarkan pada UU No. 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah yang berlaku di Republik Indonesia, melalui UU No. 12 Tahun 1954 berlaku untuk seluruh Indonesia pada tanggal 18 Maret 1954. Tujuan pendidikan dan pengajaran tertuang pada pasal 3, yaitu membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dasar pendidikan Indonesia tertuang pada pasal 4 UU No. 4 Tahun 1950.
2. Sistem Persekolahan
Sistem persekolahan pada masa ini mengikuti masa sebelumnya yangdisesuaikan dengan UU No.12 Tahun 1954. Menurut jenisnya pendidikan dan pengajaran dibagi atas:
a. Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak
Bertujuan menuntun timbulnya rohani dan jasmani anak-anak sebelum masuk sekolah rendah
b. Pendidikan dan pengajaran rendah
Bertujuan menuntun timbulnya rohani dan jasmani anak-anak, memberi kesempatan kepadanya guna mengembangkan bakat dan kesukaannya masing-masing dan memberikan dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, ketangkasan baik lahir maupun batin.
c. Pendidikan dan pengajaran menengah
Bertujuan melanjutkan meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah rendah untuk mengembangkan cita-cita hidup serta membimbing kesanggupan murid sebagai anggota masyarakat, mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat dan/atau mempersiapkannya bagi pendidikan dan pengajaran tinggi.
d. Pendidikan dan pengajaran tinggi
Bertujuan memberi kesempatan pada pelajar untuk menjadi orang yang dapat memberi pimpinan di dalam masyarakat dan memelihara kemajuan ilmu dan hidup masyarakat.
e. Pendidikan dan pengajaran luar biasa
Diberikan secara khusus bagi mereka yang membutuhkannya. Tujuannya adalah nenberi pendidikan dan pengajaran pada orang yang dalam keadaan kekurangan, baik jasmani maupun rohaninya, supaya dapat mmiliki kehidupan lahir batin yang layak.

3. Penyelenggara Pendidikan
a. Pendidikan Guru
Salah satu masalah dalam pendidikan adalah kurangnya tenaga guru.Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah menempuh dua jalan,yaitu memperbanyak jumlah SGB(Sekolah Guru 4 tahun) dan mengerjakan tenaga yang belum mempunyai wewenang untuk mengajar (calon guru). Usaha itu bersifat sementara, sebab pemerintah menghendaki agar pelaksanaan pendidikan pada SR diserahkan pada tenaga pengajar yang berijazas SGA.Karena permintaan masyarakat untuk mengikuti pendidikan SR semakin meningkat, pemerintah mengadakan pendidikan guru yang lebih singkat dan kursus-kursus guru.
Jenis-jenis pendidikan guru lainnya terdiri ats Sekolah Guru Pendidikan Dasar(SGPD), Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak(SGTK), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa(SGPLB), Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan (PGSLP),Sekolah Guru Kepandaian Putri(SGKP), dan Sekolah Guru Pendidikan Teknik, Kursus B-I dan B-II untuk mendidik guru SMA/SGA/SGPD/STM/SMEA.
b. Pendidikan Agama
Pelaksanaan pendidikan agama diatur oleh Peraturan Bersama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan dan Menteri Agama, No. 1767/Kab. Tanggal 16 Juli 1951.Pendidikan agama diberikan mulai kelas empat sekolah rendah sampai sekolah lanjutan tingkat atas dengan jumlah jam 2 jam palajaran perminggu. Untuk sekolah rendah khusus, pendidikan agama mulai diberikan di kelas I dengan jumlah jam 4 jam pelajaran perminggu.
c. Pendidikan Masyarakat
Untuk menambah tenaga pendidikan masyarakat dan meningkatkan kemampuan serta ketrampilan kerja, didirikan beberapa jenis kursus/pusat latihan seperti:
• Kursus Pengasuh Pendidikan Masyarakat (satu tahun setelah SD(1960)).Lulusannya ditugaskan menyelenggarakan dan mengasuh kursus- kursus Pendidikan Masyarakat di desa-desa
• Kursus Penjenjang Pendidikan Masyarakat (satu tahun setelah SMP)
• Kursus Penilik Pendidikan Masyarakat (satu tahun setelah SMA).Lulusannya ditugaskan di kewedanaan
• Pusat Latihan Pendidikan Masyarakat (PLPM) di Kebon Jeruk Jakarta tahun 1956, dan pada tahun 1964 menjdai Pusat Latihan Nasional Pendidikan Masyarakat(PLNPM)
d. Partisipasi Pendidikan Swasta
Partisipasi pendidikan swasta antara ditunjukkan dengan munculnya lembaga pendidikan swasta yang keagamaan,kebangsaan dan netral mulai tahun 1951.Pada tahun 1951 pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 1951 tentang Pelaksanaan Penyerahan Sebagian dari pada Urusan Pemerintah pusat dalam Lapangan pendidikan,Pengajaran, dan Kebudayaan kepada Propinsi. Isinya antara lain menetapkan bahwa propinsi mempunyai wewenang untuk membangun dan menyelenggarakan Sekolah Dasar.
Untuk lebih banyak memberi kesempatan belajar kepada masyarakat, Pemerintah daerah memberikan subsidi pada Sekolah Dasar Swasta, menyelenggarakan perpustakaan rakyat dan mendirikan lembaga pendidikan guru sementar yang disebut Kursus Pengajar untuk Kursus Pengantar kepada Kewajiban Belajar (KPK-PKB).Tujuannya adalah memberantas buta huruf, menyelenggarakan pendidikan umum setingkat SD, dan memberikan subsidi kepada organisasi swasta yang menyelenggarakan pendidikan.Tugas Menteri Pendidikan dalam hal ini melakukan supervisi, bimbingan profesional, penentuan kurikulum dan buku teks, mengadakan supervisi terhadap sekolah-sekolah asing dan mengatur hari libur (HARTilaar,1995).




F. Pendidikan Indonesia Merdeka Tahun 1959-1965( Demokrasi Terpimpin )
- Berlandaskan UUD 1945
- Dekrit Presiden 5 Juli 1959
- Pancasila sesuai rumusan dalam pembukaan UUD 1945

1. Tujuan dan Dasar Pendidikan

Tujuan:
UU No. 12 Tahun 1954, Manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Dasar Pendidikan :
Pancasila dan kebudayaan kebangsaan Indonesia

1. Sistem Persekolahan
- UU No. 22 Tahun 1961 :
Perguruan Tinggi menjadi dasar formal sistem persekolahan pada zaman demokrasi terpimpin.
- Struktur Sistem Persekolahan :
v Prasekolah(Taman Kanak-Kanak)
v Sekolah Dasar(SD,Madrasah ibtidaiyah)
v SLTP(SMP,Madrasah Tsanawiyah,SMEP,SKKP,Sekolah Teknik)
v SLTA(SMA,Madrasah Aliyah,SMEP,SKKA,STM,SPG,SMOA,dll)
v Perguruan Tinggi

- Penyelenggaraan Pendidikan
Diselenggarakan dalam bentuk :
1) Sapta Usaha Tama(SUT)

Tindakan jangka pendek yang segera harus dilakukan dalam lingkungan departemen pendidikan, pengajaran dan kebudayaan dan masyarakat.
SUT merupakan intruksi menteri muda pendidikan pengajaran dan kebudayaan. Dikeluarkan 17/8 1959, sebagai usaha menyesuaikan pendidikan nasional dengan pertimbangan politik pada masa itu.
Usaha-usaha tersebut terdiri 7 usaha:
1. penertiban aparatur dan usaha-usaha kementerian pendidikan pengajaran dan kebudayaan.
2. menggiatkan kesenian dan olahraga.
3. mengharuskan “usaha halaman”
4. mengharuskan penabungan
5. mewajibkan usaha-usaha koperasi
6. mengadakan kelas masyarakat.
7. membentuk regu kerja dikalangan SLA dan Universitas.

2) Panca Wardhana
Instruksi menteri pendidikan dasar dan kebudayaan No. 2, 17 Agustus 1961.
Prinsip-prinsip :
1. Perkembangan cinta bangsa dantanah air, moral nasional/internasional/keagamaan
2. Perkembangan intelegensi
3. perkembangan emosional-artistik atau rasa keharuan dan keindahan lahir batin.
4. Perkembangan keprigelan atau kerajinan tangan.
5. Perkembangan jasmani.

2. Panitia Pembantu Pemeliharaan Sekolah dan Perkumpulan orang tua murid dan guru-guru( POMG)
Kegiatan ini dibentuk sebagai wadah untuk mewujudkan dan memelihara hubungan erat antara orang tua murid dan sekolah, sehingga sekolah dapat berkembang dan melaksanakan tugasnya membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan pendidikan nasional.

3. Pendidikan Masyarakat
Berdasarkan surat keputusan menteri P dan K No. 4223/kab/1951, Jawatan pendidikan masyarakat bertugas:
1) Merencanakan, memimpin,menggiatkan dan mengawasi pemberatasan buta huruf.
2) Merencanakan, memimpin, menggiatkan, dan mengawasi kursus.
3) Mengusahakan buku-buku untuk dan mengisi perpustakaan rakyat.
4) Mengikuti dan membantu perkembangan Gerakan Pemuda.
5) Mengusahakan buku-buku pimpinan dan pelajaran.
6) Memimpin dan mengawasi pendidikan jasmani diluar sekolah.
7) Menyelenggarakan kursus-kursus kader untuk pendidikan masyarakat.
8) Memajukan gerakan kepanduan.
9) Membantu inisiatif masyarakat untuk kemajuan kaum wanita.

Kurikulum Pendidikan
Selama demokrasi terpimpin, terjadi perubahan kurikulum mulai jenjang SD sampai jenjang SLTA. Pada jenjang SD Bahasa daerah sebagai pengantar kelas I-III
Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
dimulai sejak kelas 1 SD
Kurikulum SMP Penambahan 2 MAPEL baru pada kelas III SMP yaitu ilmu administrasi dan kesejahteraan keluarga, serta dimasukannya jam krida, tujuannya yaitu untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan bakat dan minatnya.

Kurikulum SMA 1952 – bagian A ( Bahasa/Sastra )
_ bagian B ( ilmu pasti dan alam )
_ bagian C ( Ekonomi )

1961_ Gaya Baru, perubahan ini berkenaan dengan :
Tujuan Pendidikan yaitu untuk menciptakan kemampuan dan kesanggupan sebagai anggota masyarakat, mendidik tenaga ahli agar memiliki dasar-dasar ilmu dan kecakapan hidup.
Penggolongannya berupa kelompok dasar, khusus, penyerta dan prakarya.
Penghapusan jurusan A, B, dan C dengan menggantikannya menjadi jurusan budaya, sosial, ilmu pasti, dan ilmu alam.


G. Pendidikan Nasional Indonesia Merdeka : Zaman Perkembangan Orde Baru
1. Pendidikan Nasional Indonesia Tahun 1966-1969( Zaman awal orde baru)
Orde baru adalah tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara Indonesia berdasarkan kemurniaan pancasila dan UUD 1945. dengan tujuan mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dalam wadah NKRI.
Struktur persekolahan pada masa orde baru pada dasarnya masih tetap sama dengan struktur yang lama yaitu berdasaarkan UU No. 12 Tahun 1954 dan UU No.22 Tahun 1961.
2. Pendidikan Nasional Indonesia pada masa pembangunan jangka panjang I(1969/1970-1993/1994)

a. Tujuan dan dasar pendidikan
Dalam Tap MPR RI No II/MPR/1978 menetapkan pendidikan nasional berdasarkan atas pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional diundangkan dan berlaku sejak 27 maret 1989, antara lain menyatakan :
1) Pendidikan Nasional berdasaarkan Pancasila dan UUD 1945
2) Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tangung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

b. Sistem Pendidikan dan Persekolahan
Menurut UU No. 2 Tahun 1989 Sistem Persekolahan terdiri atas 3 jenjang yaitu :
1. Pendidikan Dasar terdiri dari SD dan SMP
2. Pendidikan menengah yang mencakup SMU dan SMK
3. Pendidikan Tinggi terdiri atas program pendidikan akademik dan program pendidikan profesional

c. Kebijakan-kebijakan pokok pembangunan pendidikan
1) Relevansi, adalah upaya menyesuaikan sumber daya manusia sebagai hasil pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
2) Pemerataan pendidikan.
3) Peningkatan mutu guru dan tenaga pendidikan.
4) Peningkatan mutu pendidikan.
5) Peningkatan partisipasi masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA
Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan.2008.Landasan Pendidikan Edisi Kedua.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

By Herman

Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata Kuliah : Perkembangan Mutakhir Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Kode Mata Kuliah : IN705
SKS : 2 SKS
Semester : 2
Dosen : Prof. Dr. Kosadi Hidayat, M.Pd.
Prasyarat : -
TUJUAN MATA KULIH
Mata kuliah ini bertujuan agar pembelajar mampu merefleksi paradigma baru yang dijadikan landasan atau pendekatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan analisis dari kekurangan atau kekeliruan prkatisi pendidikan masa lampau diiringi dengan suatu pandangan jauh melihat ke depan.
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Proses Pembelajaran : tatap muka, diskusi kelas, presentasi, latihan
Tugas : laporan buku dan makalah, presentasi dan diskusi
Media : OHP, LCD/Power Point
EVALUASI
1. Penyajian dan diskusi
2. Laporan buku
3. Makalah
4. UTS
5. UAS
6. Kehadiran
7. Tugas-tugas
URAIAN POKOK BAHASAN
Pertemuan I
Pengantar dan Subtansi Mata Kuliah Perencanaan Bahasa
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. tujuan mata kuliah ini;
2. isi silabus itu sendiri guna mengakomodasi berbagai kebutuhan mahasiswa;
3. ruang lingkup silabus;
4. mekanisme perkuliahan;
5. jenis-jenis tugas yang mesti dilakukan mahasiswa;
6. mekanisme evaluasi perkuliahan; dan
7. referensi yang wajib dibaca mahasiswa berikut sumber-sumber lain sebagai pengayaan.
8. konsep dasar paradigma
9. ragam paradigma bahasa dan sastra Indonesia
10. paradigma lama pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
11. paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
Sumber
H.A.R. Tilaar. (2000) Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Yakarta: Rineka Cipta
Tugas dan Evaluasi
1. Tugas terstruktur
Pertemuan II
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. konsep dasar paradigma
2. karakteristik paradigma
3. konsep dasar pendekatan, metode, dan strategi
4. perbedaan dan persamaan antara paradigma dan pendekatan
Sumber
Joyce, B. & Weil, M. (1980) Model of Teaching New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Palmer, H.E. (1977) The Scientific Study and Teaching of Language
Hidayat, K. (2000) Strategi Belajar Mengajar B.I. Bandung: Bina Cipta
Tugas dan Evauasi
1. Tugas terstruktur
2. Tugas individual tentang paradigma dan pendekatan
Pertemuan III
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan pendekatan mekanis
2. pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan pendekatan mentalis
3. analisis pembelajaran berdasarkan pendekatan mekanis
4. analisis pembelajaran bahasa dan sastra berdasarkan pendekatan mentalis
Sumber
Stern, H.H. (1983). Fundamental Concepts of Language Teaching, Oxford: University Press
Tugas dan Evaluasi
1. Tugas membuat suatu model berdasarkan pendekatan mekanis/mentalis.
Pertemuann IV
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. aplikasi pendekatan empiris dan pembelajaran bahasa/sastra di setiap jenjang pendidikan (SD< SMP< SMA, dan PT)
2. analsis pembelajaran berdasarkan karakteristik masing-masing pembahasan
Sumber
Thomas Owen (1965) Transformasional Grammar and teh Teacher of English. New York: Holt Rinehart and Winston
Tugas dan Evaluasi
1. tugas terstruktur
2. latihan masing-masing kelompok untuk setiap kembaga
Pertemuan V
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. peranan bahasa dan masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
2. ruang lingkup sosiolinguistik dan konteks pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
3. ragam bahasa dalam pembelajaran dan sastra Indonesia
Sumber
Gumperz, J. (1964) Linguistic and Social Interaction in Two Communities
Weireich, U. (1968) Language in Contract. The Hague: Montru
Tugas dan Ealuasi
1. tugas terstruktur
2. laporan buku
Pertemuan VI
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. pembelajaran bahasa/sastra Indonesia dalam konteks sosiolinguistik
2. tindak bahasa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
3. variasi bahasa dalam konteks pembelajaran
Sumber
Schmidt, R.W. (1983). Interaction Acculturation and the Acquisition of Communicative Competente. Rowley Mass: Newbury House
Tugas dan Evaluasi
1. Tugas uji coba latihan-latihan
Pertemuan VII
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. latar belakang kemunculan dan teori tata bahasa relasional
2. perbedaan tata bahasa relasional dengan tata bahasa transformasi
Pertemuan VIII
Ujian Tengah Semester (UTS)
Pertemuan IX
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. lima pendekatan mutakhir dalam pengajaran bahasa
2. ciri-ciri pembelajaran komunitas (community language learning)
Sumber
Soedjono, D. (1987) Linguistik: Teori dan Terapan Jakarta: Universitas Karolik Atmajaya
Tugas dan Evaluasi
1. tugas dan laporan buku CLL
Pertemuan X
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. prinsip-prinsip dasar Total Physical Respons
2. tahap-tahap penguasaan pembelajaran bahasa/sastra Indonesia melalui pendekatan TPR (Total Physical Respons)
Sumber
Soedjono, D. (1987) Linguistik: Teori dan Terapan Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya
Rommetveit, R. (1971) Word and Context and Verbal Messages Transmisión dalam E.A. Crasswell
Mackey (1984) Language Teaching Analysis
Tugas dan Evaluasi
1. Tugas uji coba pembelajaran bahasa/sastra Indonesia melalui TPR
Pertemuan XI
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. prinsip-prinsip dasar pendekatan The Natural Approach
2. tekhnik pelaksanaan bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan pendekatan PNA
Sumber
Mackey (1984) Language Teaching Analysis
Rommetveit, R. (1971) Word and Context and Verbal Messages Transmisión dalam E.A. Crasswell
Soedjono, D. (1987) Linguistik: Teori dan Terapan Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya
Tugas dan Evaluasi
1. mahasiswa mengapresiasi prinsip-prinsip dasar PNA
2. diskusi
Pertemuan XII
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. konsep dasar Pendekatan The Silent Way
2. prinsip-prinsip dasar Pendekatan Silent Way
3. teknik dan strategi Pendekatan The Silent Way
Sumber
Mackey (1984) Language Teaching Analysis
Rommetveit, R. (1971) Word and Context and Verbal Messages Transmisión dalam E.A. Crasswell
Schmidt, R.W. (1983). Interaction Acculturation and the Acquisition of Communicative Competente. Rowley Mass: Newbury House
Soedjono, D. (1987) Linguistik: Teori dan Terapan Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya
Tugas dan Evaluasi
Presentasi
Pertemuan XIII
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. sejarah pertumbuhan pendekatan Sugestopedy
2. prinsip-prinsip dasar pendekatan Sugestopedy
3. strategi pembelajaran bahasa/sastra dengan pendekatan Sugestopedy
Sumber
Mackey (1984) Language Teaching Analysis
Rommetveit, R. (1971) Word and Context and Verbal Messages Transmisión dalam E.A. Crasswell
Schmidt, R.W. (1983). Interaction Acculturation and the Acquisition of Communicative Competente. Rowley Mass: Newbury House
Searlie, J. (1975) Indirect Speech Acts dalam P.Cole & J. Morgan ed. Syntax and Semantics
Soedjono, D. (1987) Linguistik: Teori dan Terapan Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya
Tugas dan Evaluasi
1. diskusi
2. praktik pembelajaran bahasa dan sastra dengan menggunakan pendekatan Sugestopedy
Pertemuan XIV
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. pendidikan dunia kerja
2. konsep pendekatan berbasis luas yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skill)
3. tiga dimensi tujuan pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skill)
Sumber
Depdiknas (2002) Pendidikan yang Berorientasi kepada Kecakapan Hidup (life Skill) dengan Pendekatan BBE
Joyce, B. (1989) Model of Teaching New Delhi: Prentice Hall
Tugas dan Evaluasi
1. tugas terstruktur
2. tugas individual tentang paradigma dan model pembelajaran berdasarkan pendekatan berbasis luas yang berorienasi pada kecakapan hidup (Life Skill)
Pertemuan XV
Pada pertemuan ini dikemukakan hal-hal seperti berikut:
1. konsep dasar pembelajaran berbasis kompetensi
2. karakteristik pembelajaran berbasis kompetensi
3. ragam kecakapan dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa/sastra Indonesia di sekolah
Sumber
KogenP. (1985) The Principalsship: Concepts Competencies and Cases. New York: Longman
Tugas dan Evaluasi
1. presentasi
2. mahasiswa menganalisis model pembelajaran berbasis kompetensi

By Herman

Geometri Dn Pengukuran


Sifat-sifat Bangun datar

Contoh:
Yang bukan merupakan Jajar Genjang adalah:
a.Belah Ketupat
b.Persegi Panjang
c.Trapesium
d.Persegi
Kongrunsi Segi Empat
Kongruensi Segi Empat terjadi Jika sisi-sisi yang terlatak pada kedua segi empat itu kongruensi dan sudut-sudut yang seletak juga Kongruen.
Kesebangunan Segi Empat
Definisi Kesebangunan segi Tiga Berlaku juga untk kesebangunan Segi Empat dengan Penyesuaianya.



contoh:                                                       
                                 A                               P

                                                                S              Q
                     D                               B
                                                                   R

                                  C

Segi Empat ABCD sebangun dengan SEgi Empat PQRS jika AB =
                                                                                               
BC  = CD = DA