Selasa, 05 April 2011

Ketrampilan BK

Dapatkah anda membayangkan pada bagian ini diperlukan adanya kemampuan untuk mendifinisikan sifat-sifat inti dari tahap kedua, sifat intuisinya dan gaya yang lebih menantang.
Tugas utama dalam tahap kedua adalah mengubah pandangan bagi klein. Ia harus mendifinisikan masalah dengan cara yang segar. Cara yang diungkapkannya masalah sampai saat ini tidak menghasilkan kesimpulan yang memuaskan. Perlu diungkapkan lagi dalam cara lain.
Sebagai ilustrasi dimana pimpinan sekolah dan staf pengajar menghadapi suatu situasi seperti yang kita gambarkan dibawah ini :
„Staf pengajar disibukkan dengan kegiatan yang terkait dengan kegiatan berkaitan dengan kesiapan untuk meningkatkan jenjang karir dalam rangka persiapan untuk meningkatkan taraf kehidupan di masa depan, dengan kesibukan mereka hanya meluangkan waktu untuk mengajar saja sedangkan kegiatan dalam partisipasi dalam bimbingan konseling tidak ada waktu sama sekali.
Sebaliknya pimpinan sekolah disibukkan dengan kegiatan organisasi yayasan amal di luar lingkungan sekolah, yang berarti kemampuan untuk mengkoordinasikan kegiatan bimbingan konseling tidak ada waktu sama sekali. Walaupun diantara staf pengajar ada yang tidak terlibat langsung dalam peningkatan karir, tapi melihat teman sejawat tidak ada waktu, maka lingkungan menjadi tidak kondusif dalam lingkungan organisasi intern komunitas pendidikan.
Diantara staf pengajar mengambil inisiatip untuk melakukan sumbang saran dalam merumuskan masalah sebenarnya apa yang terjadi. Dari hasil sumbang saran, maka bertolak dari identifikasi situasi bahwa 1) bimbingan konseling tidak berjalan sesuai dengan keputusan yang dibuat ; 2) semua pihak lebih mementingkan kepentingan pribadi ; 3) semua pihak tidak merasakan manfaat langsung atas kegiatan bimbingan konseling ; 4) tidak ada atasan dari komunitas pendidikan untuk mengawasi secara jelas pentingnya peran bimbingan konseling.
Bertolak dari identifikasi situasi tersebut, maka sampailah mereka pada rumusan masalah sebagai berikut „diperlukan kesadaran bersama, apakah peran bimbingan  konseling dipertahankan atau dibubarkan dalam struktur organisasi formal“  Dengan rumusan itu terbukalah pilihan-pilihan dalam usaha pemecahan masalah „
Bertolak dari pemikiran diatas, maka pada Tahap II mengubah gambaran / pandangan dalam cara yang menonjol. Beberapa unsur baru membrikan jalan untuk diteruskan. Jika tahap I memperjelas menjernihkan perasaan ; maka tahap kedua menjernihkan pikiran. Pada akhir tahap kedua ini, tujuannya dapat ditentukan dan membiarkan tahap akhir untuk jalan keluar.
Tidak seperti tahap I, di tahap kedua sumbangan konselor merupakan kritik. Hal ini bisa berupa penambahan, pengenyampingan pengubahan, bahkan dapat pula berselisih paham mengenai versi cerita klein. Juga terdapat unsur tantangan pada semua teknik tahap II, dan itulah sebabnya mengapa teknik ini sangat baik ditopang dengan kesadaran intuitif dan sensitif dari apa yang dipikirkan dan dirasakan klein kemampuan inilah yang saya sebut mendengar aktif level dua.
Sementara kita bergerak untuk mengadakan pertimbangan yang lebih rinci, perlu diingat bahwa „teknik“ tidak berarti kita harus „teknis“. Konseling adalah kegiatan yang sangat pribadi, didasarkan pada kwalitas  yang sangat pribadi, didasarkan pada kwalitas pribadi seperti kemurnian dan sikap mengormati. Teknik memang berguna karena dapat ditelaah tentang apa yang telah dilakukan oleh konselor yang baik.
Teknik juga membantu pelajar untuk membandingkan denan teknik yang digunakan oleh konselor yang tidak baik. Seperti logika yang tidak dibantah, nasehat yang tidak boleh disalahkan.
Sangatlah mudah untuk melihat kesalahan orang lain, bahwa mereka tidak baik pikirannya, bahwa mereka sedang kacau secara emosional. Godaan yang muncul adalah untuk segera terjun dan meluruskannya. Tapi penekanan dalam konseling adalah selalu membiarkan klein memperoleh pemecahan masalahnya sendiri dan menantang mereka dengan simpatik dan teliti.
1. KEKUATAN DALAM BERDIALOG UNTUK MENDENGARKAN TAHAP KEDUA
Seandainya mendengar aktif merupakan keahlian utama dalam tahap I atau mendengar aktif tahap kedua adalah kelanjutan logis dari tahap I, dan merupakan inti dari tahap II, termasuk didalamnya kemampuan untuk memahami dan mengkomunikasikan  pemahaman itu. Tapi dalam beberapa hal terdapat perbedaan  yang radikal. Bila pada empati tahap pertama masih tetap ada pada klein dan merupakan proses memancing cerita klein, maka pada tahap II sudah mulai dengan cara yang mengigit, menantang dan bahkan dapat mengguncang. Jika tanggapan pemahaman yang tidak menentu pada tahap sebelumnya hingga diperlukan sebagai rangsangan, maka pada tahap II pemahamannya merupakan penyelidikan. Pada tahap I klein perlu merasa aman dan mempercayai bayangan diri orang yang dapat memahami dirinya.
Tapi sekarang pada tahap II, klein diberikan kejelasan dan dihadapkan langung tentang apa yang dihadapinya, untuk itu konselor mengembangkan kemampuan mendengar ke tahap yang lebih mendalam dan memisahkan cara-cara mereka menghubungkannya dengan pemahaman sensitif melalui apa yang disebut denan :
Lukisan Gambar :
Salah satu caranya adalah dengan mengunakan kiasan-kiasan atau perumpamaan. Konselor yang terbaik biasanya banyak ilhamnya. Mereka bahkan tidak mengetahui kapan ilhamnya muncul. Tapi sebenarnya ilham itu bermula dari gambaran tercipta dalam benak mereka.
Jadi pekerjaan utama pada ertngahan tahap konseling ialah seperti yang telah diterangkan sebelumnya, „mengubah gambaran“ dan kemampuan untuk melukiskan gambaran tersebut kepada klein adalah keahlian yang palng berharga yang harus ditunjukkan konselor pada saat ini.
Selain pemahaman sinsitif yang disebut diatas, dapat juga dalam bentuk yang disebut dengan : Membuat yang implisit menjadi eksplsit ; atau Pengambilan resiko untuk meluruskannya ; atau menggabungkan kenyataan-kenyataan ; atau Memilih tema ; Akhirnya engambil kesimpulan.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka semua keahlian pada tahap II berkisar diantara dua keahlian dasar yang disebut mndengar aktif taha kedua dan suatu tantangan untuk membuat komentar tahap satu adalah tentang ketepatan, pemahaman, dan menerima. Tahap II sudah mulai ditelusuri. Sebagaimana penuluran lainnya, semakin sensitif dan semakin ekonomis semakin baik untuk digunakan. Saya telah meneliti teknik-teknik ini sebelum melakukannya.
3. KEBUTUHAN KEAHLIAN LAINNYA DALAM TAHAP KEDUA
Mendengar aktif Tahap II adalah unsure pusat dari konseling tahap II. Jawaban atau tanggapan konselor, selain bersifat empati, pada tahap ini mengadakan enerobosan. Hal-hal yang biasa dilakukan oleh konselor yang baik dalam tahap ini, seperti mengajukan tantangan, atau merangsang atau mengjutkan klein untuk memikirkan kembali, dengan mengungkap hal yang terkait melalui apa yang disebut denan :
Membuat ringkasan :
Cara dibentuknya ringkasan menandakan jasa nyata pertama dari konselor, karena dapat dibentuk dalam suatu cara yang mencari titik terang terhadap aspek tertentu dari orang lain dan mmulai proses khas tahap II yang menyatakan, “saya memahami cara anda melihat permasalahan, tapi mungkin masih ada hal lainnya”. Dengan demikian klein ditantang, tidak hanya cukup memahami. Jangan tercebak dalam usaha untuk memberikan nasehat.
Memberikan informasi :
Memberikan informasi adalah salah satu keahlian dalam tahap konseling menengah. Seorang pimpinan berpengalaman yang saya kenal berkata bagaimana ia merasa heran bahwa sering yang menjadi sumber masalah bagi kleinnya adalah kurang informasi. Tapi kadang-kadang tidaklah jelas bahwa kekurangan informasi itu merupakan akar dari suatu masalah. Indikasi yang baik yang menunjukkan kasus semacam itu adalah bila masalahnya tidak masuk akal. Bila konselor tidak melihat bagaimana sesuatu itu menjadi masalah. Biasanya terjadi bila klein tdak menyadari mengenai,fakta yang diambil konselor begitu saja dan membayangkannya bahwa setiap orang pasti tahu. Seorang konselor sebaiknya tidak pernah merasa takut untuk tampil sebagai orang yang tidak tahu, dan mengajukan pertanyaan :”Maaf, saya tidak mengerti. Bagaimana hal ini menjadi masalah bagi anda ?
Melakukan konfrontasi :
Memberikan tantangan atau konfrontasi merupakan makanan empuk bagi calon konselor, tapi pada kenyataannya hal ini merupakan satu-satunya teknik dan yang paling efektif bila menunjukkan kekurangan dari apa yang disampaikan orang, bila hal ini didukumentasikan dngan fakta dan tingkah laku teknik harus dilakukan da ini diprhalus dengan belas kasihan. Perlu ditegaskan bahwa konfrontasi adalah yang terbaik dari apa yang disebut “suatu posisi perawatan”. Memang akan terasa sulit tanpa menimbulkan rasa sakit.
Seorang klein pernah berkata tentang pengalamannya dengan seorang konselor: “saya menceritakan kepadanya bagaimana semua orang brpendapat bahwa saya ini seorang yang aneh da tahukah anda apa apa yang dikatakannya?” Ia berkata “ kau memang aneh !” Tentu saja komentarnya disampaikan sedemikian rupa agar tidak terasa sebagai celaan. Dalam cara yang cuku ganjil hal itu dapat merupakan suatu yang menyenangkan. Mungkin orang itu”aneh” tapi tidak berarti ia tidak akan diterima oleh konselor. Pernyataan dan konfrontasi semacam itu dapat diungkapkan dengan tertawa.
Membicarakan pengalaman seseorang :
Mungkin ini adalah yang paling penting dan mudah bagi pemula, tapi memang berguna. „Anda tahu, sebenarnya tidak akan ada insentive dalam organisasi pendidikan untuk waktu yang tidak jelas dan saya sering merasa sedikit kecewa bahwa saya terlambat untuk memenuhi persyaratan.“
Ungkapan ini hanyalah dapat berlaku kalau keterbukaan benar-benar pribadi, bila cocok dengan tingkat keterbukaan yang disampaikan sendiri. Akibatnya akan membuat klein terkejut dalam pemikiran „saya ini bukanlah satu-satunya yang mengalami. Oran lainpun pernah menderita dalam hal yang sama“. Tapi tidak berlaku bila keterbukaan itu hanyalah pura-pura yang berakibat mengurangi kepercayaan orang: „ Anak muda pada saat saya seusia kamu, kita tidak tahu sama sekali makna dari bagian insentif“
Bagaimana pula kata-kata pimpinan berpengalaman „Menurut pendapat saya, membicarakan diri sendiri merupakan kesalahan umum dai orang-orang yang belum terlatih atau yang tidak perna berpikr. Kamu perlu memberikan lebih banyak tekanan terhadap bahaya dalam melakkan hal ini.“
Bisikan hati :
Untuk segala peistiwa pada saat konselor membicarakan tentang hubungan yang berkembang antara konselor dan klein.
„Nampaknya kita kembali kearah semula. Saya rasa kita selalu berputar-putar. Setiap saat saya mengungkapkan masalah ke cara anda menghubungkan dengan bagian lain, anda selalu menguap seakan-akan saya telah keluar jalur. Saya pikir anda harus menolak untuk membicarakannya bahwa anda selalu mengatakan kepada saya untuk mengenyampngkannya, tapi anda sendiri tidak mau mengatakan, Benar ?”
Penelurusan / pengorekan lebih dalam :
Kamu terus menerus mengatakan bahwa kamu tidak berguna. Coba berikan contoh-contohnya“ Apa yang anda maksudkan dengan terus keatas, apa artinya ?“
Seorang konselor perlu mendorong klein untuk lebih spesifik. Kadang-kadang klein sengaja menghindar dengan menyatakan hal yang umum atau samar-samar, dan mereka harus didorong untuk menjelaskan maksudnya. Atau konselor tidak akan dapat mengetahui dasar masalah yang akan mengakibatkan tidak pernah mampu mengubahnya.
Memberikan semangat :
„Kamu telah mengatakan mengenai perolehan pengalaman yang dibutuhkan dalam waktu tiga tahun. Tapi cara anda mempersoalkan hal itu dan enerji yang telah anda gunakan untuk pengalaman tersebut, anda merasa mampu untuk menyelesaikannya dalam dua tahun saja“
Inilah cara mengubah gambaran dengan memberikan semangat, bukan hanya dorongan demi untuk pengalamannya. Hanya untuk mengatakan : „Ayolah, kamu selalu meninjaunya dari sudut yang gelap“, dapat memberikan dorongan, tapi adakalanya seperti menyuruh orang tidak merasa demikian.
Kedua kategori ini (penelurusan dan pemberian semangat atau bantuan) adalah dua keahlian yang tidak termasuk ke tahap I. Tapi diletakkan disini di tahap II. Pemberian semangat dan bantuan juga dapat terlihat tahap III.
RINGKASAN
Dalam paragrap ini telah dibicarakan beberapa teknik spesifik untuk menggerakka Klein dari permasalahan, yang kalau ditinjau dari akhir Tahap I dan bila telah mengerti, masih nampak belum terpecahkan. Semua teknik mengandung unsur tantangan dan semuana ditunjang dengan rasa pemahaman dan komunikasi dar mendengar tahap ke II.
Terdapat beberapa variasi dalam pendekatan ini tapi yang paling utama dari keseluruhan teknik tahap II ialah adanya keinginan untuk mengajak Klein agar berpikir beda mengenai masalahnya dan untuk melihat dalam pola kerja yang baru untuk mencocokkan  segala masalah sedemikian rupa sehingga akhirnya terlihat tujuan atau tindak lanjut yang harus diambil.
Tindakan akan diambil pada tahap III, melibatkan cra memberikan nasehat yang sementara waktu saya keluarkan dari Tahap II. Saya telah memberikan berbagai alasan mengapa Konselor jangan cepat ingin memberi nasehat. Yang selanjutnya akan dibahas secara terpisah.
4. PERINGATAN-PERINGATAN
Karena enting, dua aspek dari proses konseling secara singkat akan diambil intisarinya dalam paragrap ini untuk memperkuat, hal-hal yang terkait dengan peringatan yang disebut dengan :
Jangan terlalu teknis :
Selalu muncul bahaya uatuk kegagalan seperti dari daftar teknik yaitu nampak sesuatu yang sederhana akan terlihat sebagai sesuatu yang terlalu teknis. Ketika seorang kritik seni memerik lukisan si A, maka yang dilihat hanyalah masalah seninya, tanpa meninjau masalah kesenangan. Dan tidak diragukan lagi bahwa konseling itu adalah seni serta kepuasan.
Karena itu selalu ingat bahwa apa yang membuat bantuan konseing menjadi efektif adalah diri konselor itu sendiri bukan metodenya. Jika seseorang yang membantu tlah tahu  menaruh rasa hormat pada pendapat orang lain, dapat menyampaikan dengan sederhana dan jujur tanpa menonjolkan sikap serta memiliki kemampuan untuk merendah, maka sudah cukuplah. Untuk menonjolkan diri sendiri dapat membawa kearah kebodohan „teknis“. Tapi akan lebih pentng dalam konseling untuk menonolkan diri dari pada tidak tercela.  Yang perlu diperhitungkan adalah kepekaan dan kerendahan hati untuk mengetahui kesalahan dan menguranginya. Hal ini akan dianggap lebih jauh dari epura-puraan yang diinduksikan karena terlalu merenungkan kesalahan serta teknik.
Seandainya masih ada kwalitas yang diperlukan untuk tahap II, kwalitas yang diperlukan adalah konselor untuk emberikan tantangan kepada klein pada saat yang tepat, jika pada tahap I intinya adalah mendengar, maka pada tahap II intinya adalah mengadakan konfrontasi.
Konfrontasi :
Didalam proses konseling, konfrontasi itu adalah prosedur ringan tidak seperti dalam pemakaian yang umum. Hal ini dapat berarti dari saling pandang, walaupun bukan hal pokok. Yang penting adalah membuat klein dapat bercerita. Bukan hanya meluruskan pikiran mereka, tapi mungkin juga mereka tidak jujur dengan diri mereka; mungkin mereka akan menolak untuk melihat sesuatu, memutuskan sesuatu, mengubahnya dan melakukan sesuatu.Dengan demikian masalahnya takkan pernah ditanggulangi samapai mereka sendiri mau menanggulanginya secara pribadi.
Mereka perlu diberi tantangan  untuk mau membuka sesuatu dan mengakui kesalahannya, mengeluarkan masalahnya; letupan mental; kebodohan yang disengaja, sikap keras. Pada tahap pertama, konselor membiarkan berlak tanpa komentar. Dalam tahap II, ia harus mngambil resiko untuk mengajukan tantangan. Jika kemauan untuk melakukan kesalahan merupakan bagian dari rekaan konselor maka resiko itu harus diambil dari kemauan tersebut.
Aturan-aturan konfrontasi :
1) Sipenolong perlu mempunyai hak untuk mengkonfrontasikan dengan orang lain. Ia perlu mengajukan pemikiran dan usahanya dalam suasana cukup aman agar konfrontasi dapat diterima atau disetujui.
2) Konfrontasi harus dilakukan secara hati-hati.
3) Konfrontasi harus dilakukan dengan secara tentatif.
4) Sipenolong harus jelas mennjukkan bahwa konfrontasi tidak akan mengakibatkan perasaan putus asa, tapi harus membuat perasaan lega.
5) Sebaliknya sipenolong harus mau menerima tantangan. Hubungan dalam konseling tidak boleh searah.
6) Biarkan klein mengajukan tantantan atau mengkonfrontasikan dirinya kalau memungkinkan.
7)
. TAHAP KETIGA
1. MENELITI SASARAN YANG HENDAK DICAPAI
Tahap ketiga proses konseling berkaitan dengan ua hal : dipihak Klein TINDAKAN dan dipihak Konselor membantu dan mencari smber tindakan tersebut. Ciri yang khusus dari tahap ini, dibandingkan dengan dua lainnya yang terdahulu, sudah jelas, artinya bagian tiga dan terakhir dari Keterampilan Konseling memberikan gambaran bagaimana suatu proses konseling harus disempurnakan dan bagimana dia terwujud ke dalam bentuk pertolongan.
2. MELENGKAPI PROSES
Pada bagian ini akan memperlihatkan adanya hubungan antara tahap ketiga konseling dengan dua sebelumnya dan juga memperlihatkan perbedaan gayanya.
Bagi mereka yang punya kegemaran untuk memerankan konselor pada prses taha akhir ini akan lebih mengenal bidang ini. Bila samapai saat ini mereka masih tetap sadar bahwa mereka akan menyadari , akhirnya mereka bisa melakukan sesuatu. Katakanlah sebagai hiburan, kesempatan yang baik bahwa sumbangan mereka akan lebih efektif, lebih ekonomis dalam hal usaha dan lebih sedikit adanya kecenderungan akan adanya kemunduran.
Bila kita perhatikan hal-hal tersebut yang seorang konselor dapat lakukan titik proses ini, segera akan kita dapatkan hampir selalu ada sejumlah kejadian yang klein ingin kita melakukanya karena mereka tiak mungkin melakukannya. Sikonselor masih harus membuat keputusan apa yang dapat dia lakukan dan apa yang tidak.
Sejalan dengan pikiran diatas, kita membayangkan dari pekerjaan yang dilakukan dalam tahap III seperi yang terkait dengan pelayanan sederhana, urutan pelatihan yang dibutuhkan, dan penyerahan dari suatu pekerjaan.
Jadi dengan membayangkan ekerjaan yang kita sebutkan itu, berarti kita memiliki kemampuan bahwa dalam Tahap III, merupakan bagian integral dari proses konseling. Pada tahap pemikiran terebut adakalanya dari satu tahap ke tahap beirkutnya terjadi kontradiksi, yang selanjutnya perlu diseimbangkan melalui kontribusi klein dan konselor seperti yang kita ungkakan dibawah ini :
1)      Konselor mungkin tidak membtuhkan tahap satu atau melalui tahap dua.
2)      Klein adakalanya mengerjakan sendiri tanpa membutuhkan bantuan konselor, sehingga sehingga konselor seharusnya tidak mengambl bagian dan keterlibatan.
3)      Kadang-kadang klein tidak membutuhkan bantuan konselor dalam tahap III, bahkan kebutuhan yang bersifat khusus sekalipun, sehingga konseor harus berperan sebaik mungkin dalam jabatannya dan tidak mengajukan jalan keluar yang lainya, inidisebut membantu lain dari pada konseling.
4)      Tahap III, karena tekanan pada tindakan, amat berbeda dengan dua tahap sebelumnya, tetap keseluruhan poses terbatas dalam kontribusi onselor terhadap apa yang tak dapat dikerjakan olehnya sendiri.
5)      Keseimbangan diantara ketiga tahap dan kontribusi diantara konselor dan klein membuat menjadi sulit, bila satu atau lain pekerjaan lebih baik dari satu ketahap lainnya. Seorang konselor perlu berhati-hati terhadap pusat perhatian pribadi dan pilihan-pilihan dalam perbedaan tahap.
3. KETERAMPILAN TAHAP  III
Terkait dalam pemikran konseling seperti yang terungkap dalam tulisan ini, memberikan semangat yang disebut sebagai “filosofi pusat klein”, yang kadang kala diartikan bukan sebagai petunjuk, pada hal tindakan alternative sebagai petunjuk. Menurut tindakan tersebut bahwasanya konselor tidak memecahkan masalah klein, tetapi ia diperbolehkan bercerita  dengan caranya sendiri, dan dia mendengarkan hal yang tidak berguna, secara perlahan dia didorong agar memikirkan kembali posisinya.
Apa yang dibutuhkan klein ?
Dalam suatu situasi apapun, dimana klein tidak selalu dikesampingkan, oleh karena itu dalam situasi demikian, maka kontribusi konselor pada tahap III, merupakan salah satu sumber dan pelayanan klein untuk mencapai sasaran tertentu.
Bertolak dari pemikiran diatas, maka sumber-sumber yang kurang bagi klein dalam proses ini adalah hal-hal yang terkait dengan apa yang disebut “enerji / kepastian ; pengetahuan / petunjuk. Sehubungan dengan itu, maka konselor disini harus lebih aktif dari pada tahap-tahap sebelumnya, lebih siap lagi mengukur inisiatifnya, jelas lebih mempengaruhi, merangsang dan membantu, secara terbuka mendorong tanggung awab. Dalam hal ini penyluh ingin menggunakan kekuasaannya yang dicapai melalui pekerjaan sensitive pada tahap-tahap sebelumnya. Makud disini kekuasaan bukan kekuatan. Kekatan sesekali timul dari suatu gambaran, sedangkan konseling keluar dari dalam.
Untuk menambah sumber-sumber enerji klein, kepastian dan tanggung jawab, dari petunjuk dan pengetahuan seorang konselor harus memiliki keterampilan yang luas, dalam hal ini yang paling sering harus dimiliki adalah yang terkait dengan 1) latihan, 2) memberikan umpan balik, 3) nasehat, 4) bantuan keahlian, 5) pengarahan, 6) menyumbangkan keahlian.
Dengan pemahaman dari seperangkat keterampilan yang kita sebutkan diatas, diharapkan peran konselor dalam tahap III, proses konseling tentang penambahan sumber-sumber klein untuk mencapai sasaran tertentu diharapkan menjadi produktif.
4. CONTOH TAHAP III
Seperti yang telah diutarakan pada bagian terdahulu bahwa menggambarkan berbagai cara dimana seorang konselor mungkin meneruskan menolong seorang klein dalam tahap III, tapi dalam hal ini agak sulit untuk menggambarkan dalam contoh dalam arti seperti pada tahap I dan tahap II, namun demikian yang sangat popular saat ini, banyak orang mengungkapkan sebagai contoh dalam tahap III, apa yang disebut dengan “ Konseling Karier yang berlebihan” atau “Konseling Karier yang salah”. Jadi contoh konseling karier sebagai hal yang menjelaskan kebutuhan akan keahlian dalam suatu situasi dan dalam beberapa ranah konseling.
Dengan demikian dalam paragraph ini menekankan tema sentral yakni factor yang lain dalam konseling yang lain ialah posisi pendengar non-ahli pada tahap I dan II dan merupakan penekanan yang paling aman dalam segala jenis keahlian.
Suatu tema paralel ialah bila masalah tiba menjadi masalah dari hari ke hari  yang mengganggu produktivitas dan energi orang, yang sebagian besar tidak memerlukan seorang ahli. Untuk sebagian besar masalah semacam itu tidak ada database yang khusus yang dibutuhkan seorang konselor.
Sejalan dengan pemkiran diatas, maka sebagian besar konseling dari hari ke hari oleh pimpinan, teman sejawat, administrasi, bahkan suami / istri dapat membawa seseorang kedalam tiga tahap konseling hanya dengan memahami masalah, membentuknya dimana ada kemungkinan menarik kesimpulan, kemudian memimbing orang itu membuat perubahan melalui pilihan yang perlu segera dilaksanakan.
Dan tentu saja ada keperluan yang tetap akan perlunya dukungan pemberian semangat bila seseorang mngadakan perubahan. Nilai dukungan tidak dapat dianggap remeh. Memag ada kalanya orang dapat dan memang saling membantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar