Selasa, 27 April 2010

Problem- problem Sekolah Dasar Ditinjau dari Perkembangan Anak (Siswa)

Problem pendidikan sekolah dasar yang berkaiatan dengan perkembangan anak, baik dari aspek moral, aspek kognitif ataupun aspek social, yang dilihat dari sudut pandang siswa sebagai peserta didik dan guru sebagi pendidik adalah sebagai berikut :
A.Prolem pendidikan dilihat dari sisi peserta didiknya, diantaranya adalah :
1.Sebagian besar siswa enggan atau malas belajar
Hal ini dikarenakan anak menuntut perhatian dalam belajar namun pada prakteknya anank tidak mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan personal sosial anak yang dikemukakan oleh Erikson yakni pada tahap Industry vs Inferiority ( umur 6 sampai 11 tahun ). Dimana anak sudah bisa mengerjakan tugas- tugas sekolah, namun masih memilik kecenderungan untuk kurang hati- hati dan menuntut perhatian. Oleh karena itu apabila anak tidak mendapat perhatian maka anak akan menjadi enggan atau malas belajar.
2.Ada siswa yang senang melanggar peraturan .
Perilaku ini disebabkan oleh kejenuhan siswa meneriama aturan- aturan yang harus dipatuhinya . Sementara siswa rtersebut ingin bebas dalam menentukan sikap sesuai dengan keyakinanya sendiri. Perilaku anak ini sesuai denga teori perkembangan moral peserta didik yang dikemukakan oleh Lwrence Kohlberg, yakni ketika anak mencapai level 3 post convetional pada stage 4 ke 5, yang disebut sebagai tingkat transisi. Dimana seseorang belum sampai pada tingkat post conventional yang sebenarnya. Pada tingkat ini criteria benar atau salah bersifat personal dan subjektif ( tergantung pelakunya dalam hal ini adalah siswa) serta tidak memiliki prinsip yang jelas dalam mengambil suatu keputusan moral.
3.Ada siswa yang suka melakukan bulying kepada siswa lain.
Siswa melakukan hal itu karena siswa merasa hebat. Hal ini biasa dilakukan oleh siswa kelas tinggi kepada siswa kelas rendah. Namun ada pula yang melakukan bulying terhadap teman sekelas. Adapun bentuk perlakuan bulyingnya adalah memalak (meminta uang dengan paksa), menyuruh- nyuruh siswa lain, mengerjai siswa lain, dsb. Hal yang melatar belakangi siswa melakukan hal itu adalah karena siswa tersebut ingin mendapat pengakuan, ingin mendapat peranan atau ingin dianggap penting / diperhatikan. Ini sesuai dengan teori Erikson mengenai personal sosial anak Ego identity vs Role on fusion (12 sampai 18 tahun). Diman aanak yang beranjak remaj ingin tampil memegang peran social di masyarakat. Namun belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. Sehingga sebagai ssolusinya siswa melakukan bulying kepada siswa lain agar memperoleh peran di sekolah.
4.Ada siswa yang memilih untuk putus sekolah kemudian membantu orangtua mencari nafkah.
Siswa melakukan pilihan untuk putus sekolah kemudian membantu orangtua karena siswa tersebut melihat realita yang ada disekitar. Dimana keluarga siswa tersebut adalah keluarga yang kurang mampu. Keluarga yang kurang mampu untuk hidup sehari – hari saja susah apalagi harus ditambahi dengan beban biaya sekolah. Sehingga siswa lebih memilih uintuk putus sekolah saja kemudian membantu orang tua mencaru nafkah. Pemikiran siswa tersebut sesuai dengan teori perkembangan kognitif anak yang dikemukakan oleh Jean Peaget yakni pada tahap Formal Operasional (usia 11 samapai 15 tahun). Dimana anak sudah dapat menyelesaiakan masalah abstrak secara logis, dengan melihat realita yang ada dilingkunganya. Tidak mengherankan jika kemudian anak menjadi peduli terhadap isu sosial.
B.Problem pendidikan dilihat dari sisi guru atau pendidik, diantaranya adalah :
1.Perilaku guru yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
Anak pada usia SD memandang guru itu sebagai idola. Mereka menganggap guru itu sempurna, sehingga anak lebih percaya serta patuh kepada guru dari pada kepada orangtua. Selain itu anak pada usia SD adalah masa dimana anak itu meniru atau sering disebut dengan imitasi. Jadi dapat kita bayangkan apabila guru berperilaku tidak sesuai dengan nilai dan norma otomatis anak akan menirukan perilaku guru tersebut. Karena amnak merasa guru itu sebagai idola serta guru itu selalu benar. Misalnya saja ada guru yang apabila berperilaku kasar maka anank akan menirukanya,dsb
2.Guru dalam mengajar hanya satu arah.
Saat ini meskipun telah banyak metode pembelajaran namun masih ada guru yang metode pembelajaranya masih satau arah. Metode pembelajaran satu arah adalah metode pembelajaran dimana guru sebagai pusat. Maksudnya guru hanya memberikan ceramah saja, tidak memberikan siswa kesempatan kepada siswa untuk bersama- sama mendiskusikan suatu masalah dala pelajaran.
3.Sikap guru yang pilih kasih terhadap siswanya.
Saat ini masih banyak guru yang bersikap pilih kasih. Guru membanggakan siswa yang dianggapnya pandai, kemudian menjelek- jelekan siswa yang dianggap bodoh. Hal ini tidak baik bagi perkembangan jiwa anak. Sebab anak yang terlanjur dicap bodoh secara tidak langsung alam bawah sadar anak akan memprosesnya sehingga anak tersebut menjadi tidak memiliki gairah untuk maju sebab anak sudah merasa bodoh. Hal ini sesuai dengan teori labelling dalam sosiologi. Namun terkadang denagan adnya guru yang pilih kasih dapat meningkatakan prestasi siswa lain yang ingin menggatikan posisi siswa yang menjadi pilih kasih guru. Akan tetapi terkadang siswa tersebut menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan posisi tersebut.
4.Sikap guru yang selalu merasa dirinya paling benar
Meskipun negara kita menganut paham demokrasi pancasila, namun dalam dunia pendidikan masih terdapat otoriter guru. Otoriter yang dimaksud adalah guru merasa dirinya paling benar. Hal ini terlihat dari sikap guru yang tidak mau mendengarkan kritik ataupun pembenaran dari siswa ketika guru salah dalam menyampaikan suatu materi pelajaran. Selain itu guru yang merasa dirinya selalu benar juga tidak mau mendengarkan usulan atau pendapat dari siswa. Hal ini dapat mematikan perkembangan daya pikir siswa sebab dibatasi oleh guru.
C.Solusi dari problem- problem pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan anak.
1.Perlu adanya perhatian orangtua .
Orangtua perlu memberikan perhatian dalam masalah pendidikan. Perhatian ini baik ketika anak sedang belajar kemudian orangtua membimbing, ataupun dalam masalah ketika anak disekolah (mengenai pelajaran, gurunya, temanya,dsb). Hal ini penting karena dengan diperhatikan anak akan menjadi lebih semangat dalam belajar serta sekolah. Ini merupakan suatu dorongan ekstrinsik ( dorongan yang berasal dari luar diri anak).
2.Perlu adanya pengawasan guru terhadap perilaku siswa disekolah.
Guru di sekolah tidak hanya memberikan atau menyampaikan materi pelajaran, tetapi guru juga harus memperhatikan perilaku siswa di sekolah. Sebab dengan adanya pengawasan dari guru kemungkinan siswa untuk melakaukan tidakan yang tidak dsemestinya (misalnya bulying) dapay berkurang.

3.Pemberian pembelajaran nilai dan norma bagi para guru.
Guru hendaknya mendpatkan pembelajaran nilai dan norma. Jadi tidak hanya siswanya saja yang mendapat pembelajaran mengenai nilai dan norma. Hal ini perlu bagi guru, sebab sperti yang kita ketahui anak usia Sd menganggap guru sebagai idola. Apabila guru tidak dapat menjadi figur yang baik otomatis anak akan menirukanya. Sehingga pendidikan atau pembelajaran nilai dan norma bagi guru itu perlu.
4.Perlu adanya variasi model pengajaran guru di kelas.
Adanya variasi model pembelajaran guru dikelas diperlukan agar murid tidak bosan. Sehingga siswa menjadi bergairah untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selain itu siswa menjadi lebih mudah mwenagkap pelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu dengan adanya variasi model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan atau potensi yang dimiliki oleh anak.
5.Pemberian beasiswa kepada siswa yang kurang mampu.
Pemberian beasiswa kepada siswa yang kurang mampu diperlukan untuk mengurangi angka putus sekolah akibat masalah ekonomi. Apalagi bila anak tersebut pandai. Pemberian beasiswa hendaknya tidak hanya dibebankan kepada pemerintah. Akan tetapi masyarakat mengumpulkan uang kemudian uangf tersebut disumbangkan untuk membantu siswa yang kurang mampu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar