Rabu, 06 Oktober 2010

RISET TENTANG PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

RISET TENTANG PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

Pembaharuan pembelajaran, selain dilandasi oleh prinsip yang filosofis, haruslah juga dilandasi oleh temuan-temuan empiris yaitu riset yang memusatkan kajiannya pada sekolah. Scheerens (1990 dalam Townsend & Otero) mengidentifikasi empat kategori besar riset persekolahan.

· Yang mengkaji “outcomes” pendidikan

· Yang mengkaji fungsi produksi pendidikan

· Yang mengkaji sekolah yang efektiif

· Yang mengkaji instruksional yang efektif

Kategori pertama biasanya mengkaji hubungan antara latar belakang sosial-ekonomi murid dengan hasil beiajar. Salah satu yang terkenal adalah laporan yang disampaikan oleh Coleman dkk (1966), Mereka menyimpulkan pengaruh yang paling dominan terhadap prestasi akademik murid adalah fatar betakang sosial ekonomi murid. Riset kategori ini tidak banyak gunanya bagi pembaharuan pembelajaran. Bukankah di luar jangkauan guru untuk meningkatkan sosial-ekonomi anak didik?

Kategori ke dua biasanya mengkaji hubungan antara input (sarana, perasarana, alat dan perlengkapan, dan lain-lain) dengan hasil beiajar. Inipun juga kurang berguna untuk pembaharuan pembelajaran. Kaji ulang terhadap laporan Riset Kategori 2 itu menyimpulkan bahwa tidak diketemukan hubungan yang konsisten antara input dan hasil belajar. Jika ada di antara kita yang berpikir bahwa prestasi murid akan naik secara signifikan jika gedung sekolah bertambah besar dan bagus, halaman bertambah luas, perpustakaannya lengkap, lemari bukunya bagus, dan bahkan gaji guru naik lima kali lipat, maka ada baiknya kita berkontemplasi atau merenung sejenak. Yang banyak gunanya bagi pembaharuan pembelajaran adalah Riset Kategori 3, dan lebih-lebih lagi

Kategori 4. Mengapa menurut Anda? Riset Kategori 3 dan 4 percaya bahwa hasil belajar tidak sekedar dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi anak/orangtua dan bahkan tidak pula ditentukan oleh banyaknya input yang diberikan atau dipunyai sekolah.

Sebagai guru dan pendidik kita harus yakin bahwa peran guru dan pengajaran jauh lebih penting dan kuat pengaruhnya daripada latar belakang sosial-ekonomi anak didik dan input material dan fisik. Jika hal ini tidak diyakini, lalu apa gunanya guru datang ke sekolah dan berada di dalam kelas? Apa gunanya guru mengikuti SPG, PGSU; kemudian D2-PGSD, dan saat ini S2-PGSD?

Riset Kategori 3 ditujukan untuk membuka kotak hitam atau “black box” - yaitu segala sesuatu yang terjadi di sekolah dan kelas?. Kita ingat bukan apa gunanya “black box” bagi sebuah pesawat terbang? Jika ada sebuah pesawat terbang yang jatuh, maka yang paling dicari-cari adalah “black

box’’nya, karena disitulah terekam infromasi yang dapat dipakai untuk mengetahui mengapa pesawat itu jatuh. Begitulah pula halnya dengan pendidikan. Di kelaslah banyak terekam infomnasi mengenai mengapa mutu pendidikan dan pengajaran kita jatuh terjerembab. Kelas adalah ibarat sebuah “block box” bagi sebuah pesawat terbang.

Riset Kategori 4 bahkan lebih dalam lagi memasuki kotak hitam kelas, karena memusatkan perhatiannya untuk menemukan cara-cara mengajar (instructional strategies) yang berpengaruh positif dan signrfikan terhiadap hasil belajar. Para guru akan banyak memetik manfaat dari Riset Kotegori 4 ini.

Karena ruang yang terbatas saya hanya mengetengahkan kembali beberapa temuan empins Riset Kategori 3 dan 4. Saya harapkan, temuan ini menjadi masukan bagi guru untuk meperbaiki dan mencari bentuk baru dalam pembelajaran.

Hasil kajian Scheerens (1990;1992) antara lain mengungkapkan bahwa: 1) budaya sekolah: 2) organisasi sekolah; dan 3) aplikasi teknologi kependidikan, efektif untuk meningkafkan hasil belajar murid. Budaya sekolah yang menjunjung tinggi disiplin waktu, menaruh respek terhadap murid yang berprestasi (bukan karena ia diantar-jemput dengan mobil yang mewah, atau karena murah hati dalam memberikan kado bagi guru), menjadikan sekolah dan kelasnya tertata rapi dan sekaligus menjadi sumber belajar, maka budaya sekolah seperti ini akan cenderung mendorong prestasi belajar murid.

Scheerens juga mengungkapkan: 1) pengajaran yang terstruktur; 2) jumlah jam belajar efektif yang tinggi; 3) peluang berlajar yang besar; 4) dorongan untuk berhasil yang kuat; 5) harapan atau target yang tinggi; dan 6) keterlibatan orongtua secara aktit dalam program sekolah adalah merupakan karakteristik sekolah dan kelas yang efektif.

Creemers (1992) mengingatkan semua pihak yang berkepentingan dengan sekolah agar mengerahkan segala sumber daya untuk mendukung terlaksananya proses pengajaran sebagai kunci untuk meningkatkan hasil belajar murid.

Sumber daya dimaksud tidak hanya terbatas 3M (Man, Money, Materiel) sebagaimana selama ini kita ketahui. Pengertian sumber daya dalam cakupan yang lebih luas terdiri dari (Caldwell&Spink, 1998):

· knowledge (pengetahuan -kurikulum, tujuan sekolah dan pengajaran)

· technology (media, teknik, dan alat pembelajaran)

· power ( kekuasaan, wewenang)

· materiel (fasilitias, supplies, peralatan)

· people (tenaga kependidikan, adminisirotif, dan staf pendukung lainnya)

· time ( alokasi waktu pertahun, perminggu, perhari, perjam pelajaran)

· finance (alokasi dana).

I. SEKOLAH YANG EFEKT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar